32.1 C
Jakarta

Zionis Israel: Teroris Kafir yang Wajib Diperangi Umat Islam

Artikel Trending

Milenial IslamZionis Israel: Teroris Kafir yang Wajib Diperangi Umat Islam
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Israel membombardir Rumah Sakit Al-Ahli Arab atau Rumah Sakit Baptis, Gaza, Selasa (17/10) kemarin, dan menewaskan sekitar 500 orang warga sipil. Pihak Israel menyangkal pengeboman tersebut sebagai ulah milisi Palestina. Namun, itu hanya fitnah. Serangan tersebut, yang jelas-jelas merupakan bentuk genosida atas rakyat Palestina, jelas-jelas dilakukan Israel dengan Amerika Serikat sebagai supporter-nya.

Tentu, pengeboman tak berperikemanusiaan itu tidak dapat ditoleransi. Tidak ada alasan untuk menjustifikasi serang pada rumah sakit dan warga sipil. Israel, yakni para zionis kafir itu, harus dikecam secara internasional. Negara-negara global yang demokratis wajib menentangnya. Dan teruntuk umat Muslim, memerangi zionisme Israel sebagai bentuk jihad defensif adalah keharusan yang tidak lagi bisa ditawar.

Bukankah perang Palestina-Israel bukan masalah agama? Pertanyaan semacam ini sudah saya bahas pada tulisan sebelumnya. Jadi, saya tidak perlu mengulagnya. Yang jelas, pernyataan “tidak membawa konflik zionisme ke ranah agama” adalah argumen yang naif dan ahistoris. Okupasi atas Palestina terjadi karena keyakinan kaum Yahudi tentang Mesias palsu, sang anti-Kristus, yang dalam Islam dikenal sebagai dajal.

Lagi pula, tanpa membawa ke ranah agama pun, zionis Israel tetap wajib ditentang. Mereka teroris, yang puluhan tahun meneror rakyat Palestina. Mereka teroris, yang sepanjang tahun bersikap rasis terhadap Arab—juga Islam secara keseluruhan. Mereka teroris, dan yang diserang bukan hanya Muslim Palestina tetapi juga Kristen di negara tersebut. Okupasi tersebut ada taktik politik zionis atas dasar keyakinan eskatologi Yudaisme.

Maka, sangatlah aneh jika ada sebagian kalangan yang masih membela zionis Israel. Padahal, jelas-jelas mereka harus dilawan. Memerangi Israel, seiring dengan okupasi dan agresi militer mereka di Palestina, adalah kewajiban yang tak dapat ditawar. Umat Islam memiliki tanggung jawab untuk berjihad melawan Israel. Namun, kewajiban itu konteksnya Israel, yakni melawan zionisme, bukan untuk tegakkan khilafah seperti yang kelompok teroris lakukan.

Umat Islam Wajib Jihad!

Melihat fakta di media sosial, animo masyarakat terhadap perang Palestina cukup tinggi di kalangan sebelah, seperti para aktivis HTI dan pegiat khilafah secara umum. Itu juga yang kemudian menjadi alasan sebagian kalangan masih antipasti terhadap konflik tersebut dan kukuh mengatakan bahwa umat Islam tidak punya tanggung jawab moral untuk ikut campur, apalagi dengan landasan justifikasi teologis.   

Hal itu mesti dimaklumi. Masalah Palestina sangat kompleks, terutama karena zionis kafir Israel disokong oleh hegemoni Barat. Hari ini negara-negara Eropa mendukung Israel, dan yang terkini Presiden Amerika Serikat Joe Biden bahkan berkunjung langsung ke teritorial Yahudi itu. Namun menjadi aneh ketika di tengah konflik yang jelas-jelas bernuansa teror ini, ada umat Islam yang tidak berempati pada Palestina.

BACA JUGA  Idul Fitri: Meraih Satu Bulan Kemenangan, Tetapi Mengotori Sebelas Bulan Lainnya?

Keanehannya semakin besar ketika dukungan terhadap Israel dibumbui sikap antipati terhadap jihad. Dalilnya karena jihad sama dengan teror. Ini jelas keliru fatal. Jihad bukan teror dan umat Islam tidak boleh antipati terhadapnya. Bahwa sebagian kalangan seperti Al-Qaeda dan ISIS melakukan teror atas nama jihad, itu soal klaim saja. Namun bukan berarti hal tersebut melatari kebencian umat Islam terhadap jihad secara umum.

Dalam konteks Israel dengan zionismenya, umat Muslim wajib berjihad. Pemerintah Indonesia menempuhnya melalui sikap konsisten atas kemerdekaan Palestina. Masyarakat Muslim di negara ini, jika hendak melakukan jihad fisik; perang, dipersilakan ke Palestina. Masalahnya adalah Palestina dan kewajiban jihadnya di sana. Jangan seperti para pegiat khilafah yang hanya numpang konflik zionis karena nafsu khilafahnya sendiri.

Jadi, sekali lagi, sebagai umat Islam, empati dan sikap kemanusiaan atas Palestina adalah sesuatu yang niscaya. Paling tidak, jika jihad perang tidak lagi memungkinkan karena terkendala biaya dan batas wilayah, jihad dapat dilakukan melalui suara-suara orasi atau narasi tulisan yang membela kemerdekaan Palestina dan kutukan atas Tindakan biadab zionis kafir Israel. Jika jihad perang mustahil, maka jihad pena bisa menjadi alternatifnya.

Islam Agama Kemanusiaan

Para ekstremis, yang dalam Bahasa Usamah al-Azhari disebut sebagai ahl al-thatharruf, memang telah merusak beberapa formula ideal dalam Islam, termasuk jihad. Namun demikian, Islam adalah agama yang mengedepankan kemanusiaan. Habib Ali al-Jufri menulis buku apik tentang ini, yang berjudul Al-Insāniyah Qabl al-Tadayyun. Artinya, kendati umat Muslim tidak suka jihad pun, ia tetap punya tanggung jawab kemanusiaan.

Okupasi zionis kafir Israel terhadap Palestina—yang sebagaimana disinggung di awal sebagai upaya membawa Yahudi ke tombak kekuatan global melalui pembangunan kuil Sulaiman—sudah tidak dapat ditoleransi dari perspektif kemanusiaan. Mereka bukan merespons serangan Hamas, yang mereka sebut teroris, tetapi tengah berusaha membantai alias menggenosida jutaan rakyat Palestina hingga musnah.

Hanya dengan memusnahkan rakyat Palestina, keyakinan eskatologis zionis-yudaisme itu akan terwujud. Sebab, selama Palestina masih berdiri, ia akan menjadi kendala bagi zionisme. Dan Islam bukan hendak menghalangi pembangunan kuil Sulaiman itu, melainkan menentang kebiadaban zionis kafir Israel itu sendiri. Ini juga yang konsisten dilakukan pemerintah Indonesia: mendukung kedaulatan Palestina dan dan rakyatnya.

Semuanya demi kemanusiaan. Barat juga kerap mengumandangkan misi kemanusiaan ini, namun dalam kasus Palestina mereka punya standar ganda. Hal itu kemudian memunculkan mosi tak percaya terhadap Barat yang buruknya, ini akan memancing para teroris dari kelompok Al-Qaeda cs untuk menargetkan mereka. Terorisme ini telah jadi lingkaran setan yang, baik umat Islam maupun Yahudi, sama-sama terperangkap di dalamnya.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru