27.2 C
Jakarta

Zina dan Kampanye Menikah Muda dari Kelompok Islamis

Artikel Trending

KhazanahTelaahZina dan Kampanye Menikah Muda dari Kelompok Islamis
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Menjadi bahan ghibah yang cukup panjang setelah nama Larissa dan Alvin muncul di tagar Twitter. Artinya dua sosok milenial yang dikenal dengan representasi pasangan islami dengan kampanye nikah mudanya itu, mendadak ramai dibicarakan ketika terdengar kabar bahwa keduanya akan bercerai. Parahnya selang beberapa waktu, Larissa justru membagikan postingan yang cukup mengejutkan melalui insta story yang hanya bisa dilihat oleh teman terdekatnya.

Namun, postingan Larissa ternyata menyebar secara luas dengan sekejap dan menjadi perbincangan yang cukup serius oleh netizen di berbagai platform media sosial. Postingan Larissa cukup mengejutkan publik dengan berbagai tindakan yang diterima sejak menjadi istri Alvin. Sosok Alvin yang menikah pada umur 17 tahun, dengan posisi Larissa Chou berumur 20 tahun dan memilih muallaf, sempat menjadi pasangan yang diidam-idamkan oleh para ukhti-ukhti yang sedang semangatnya berhijrah, memantaskan diri untuk mendapatkan jodoh yang terbaik, katanya.

Hubungan keduanya kandas setelah 5 tahun berjalan, ternyata postingan religiusitas yang dimiliki oleh seseorang tidak selalu mencerminkan kepribadian. Ini peringatan untuk kita semua, bahwa siapapun itu kita tetaplah manusia biasa. memiliki salah, khillaf dan kekeliruan. Akan tetapi, paling tidak kita perlu berhati-hati dengan laki-laki religius semacam ini supaya tidak mengalami nasib yang sama.

Nikah Muda, Menghindari Zina

Tidak ada yang salah jika alasan menikah muda adalah untuk menghindari zina. Namun, yang muncul pertanyaan selanjutnya adalah apakah untuk menghindari zina adalah hanya dengan menikah? Buktinya, ada banyak hal lain yang bisa menhindari anak muda berzina, di antaranya: mencari ilmu, berpuasa, fokus terhadap cita-cita, pendewasaan diri, dan berbagai kegiatan positif lainnya.

Sayangnya, anak-anak muda yang sudah tergerus pemikirannya soal menikah, selalu menemukan alasan untuk segera menikah, menghindari zina dan alasan masuk akal lainnya. Persoalan lain yang muncul adalah, apakah pikiran anak muda selalu persoalan nafsu, percintaan?

Saya sedang tidak menafikan bahwa cinta adalah fitrah yang dimiliki setiap manusia. Benar adanya jika dalam relasi yang dijalankan oleh setiap orang, bisa saja menimbulkan rasa cinta di antara keduanya. Namun, banyak hal yang bisa dilakukan pada masa muda selain memikirkan menikah dan semata-mata hanya untuk menghindari zina.

BACA JUGA  Demokrasi Layak Dikritik Namun Sistem Khilafah Bukan Solusi!

Anehnya, kampanye menikah muda ini sangat santer menggema di berbagai akun media sosial yang membawa misi keislaman yang cukup kental. Kelompok-kelompok islamis ini cukup akrab sekali dengan anak-anak muda yang sedang hijrah, memantaskan diri untuk mendapat pasangan, mengkaji berbagai hal yang berkenaan dengan pasangan, taaruf dan segala macam.

Pun kita cukup kenal bahwa keberadaan akun @Indonesiatanpapacaran menurut saya justru meninabobokkan para anak muda Muslim, dan mereka haus tentang ilmu keislaman. Tidak bisa dipungkiri bahwa kampanye nikah muda juga berasal dari golongan mereka.

Bukankah masa muda adalah masa keemasan untuk mengembangkan potensi dan segala kemampuan yang dimiliki oleh seseorang? Benar saja. Kita bisa mengembangkan kemampuan dengan mengasah intelektualitas, belajar dari berbagai pemikir seperti Karl Marx, Nietzsche, ataupun para pemikir lainnya. Barangkali kita juga perlu belajar berbisnis startup agar tidak ketinggalan zaman, kita pun di pesantren cukup banyak menyita waktu untuk sibuk, menghafal Al-Qur’an, hafalan Alfiyah, Imriti, dll.

Sehingga anak muda di Barat sudah menciptakan inovasi baru teknologi, kita masih muda sudah sibuk berbicara pernikahan dan memantaskan untuk calon. Namun, bagi para akun islamis ini, tidak ada yang lebih penting untuk dipikirkan selain menghindari zina, dan solusinya adalah menikah.

Apakah saya sedang menyalahkan dan menafikkan ajaran Islam tentang pernikahan? Sama sekali tidak. Namun, persoalan pernikahan adalah hal cukup serius. Menikah adalah proses yang panjang. Bangunan keluarga mashlahahpun harus diciptakan oleh kedua pasangan yang siap.

Dengan pondasi prinsip keadilan, keseimbangan dan kesalingan, atapnya kemashalahatan, suasana rumah sakinah, mawaddah, warahmah dengan pilar perspektif zawaj mitsaqon ghalidha. Mu’asyarAh bil ma’ruf, musyawarah, taradhim.

Bangunan keluarga semacam ini butuh komunikasi yang aktif antarkedua pasangan, tidak bisa dilakukan dengan paksaan salah satu pihak, bahkan anak di bawah umur sangat tidak mungkin berpikir membangun keluarga demikian. Pilihan menikah muda adalah pilihan setiap orang. Namun tidak perlu mengajar orang lain untuk menikah muda, apalagi membawa misi Islam atas glorifikasi menikah muda. Wallahu a’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru