28.4 C
Jakarta

Yordania dan Kisah Hijrah 7 Pemuda Ashabul Kahfi

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahUlasan Timur TengahYordania dan Kisah Hijrah 7 Pemuda Ashabul Kahfi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Salah satu negara di Timur Tengah yang kaya dan masih eksis akan budaya Islam adalah Yordania (al-Urdun). Negara kerajaan yang dipimpin oleh Raja Abdullan II ini, adalah salah satu rujukan negara syam (bilad as-syam) dari beberapa negara lainnya, yaitu Lebanon, Palestina dan Suriah.

Negara yang bersebelahan dengan Suriah dan Mesir ini terdapat banyak situs sejarah para nabi; mulai situs Nabi Musa, Nabi Syu’aib, Nabi Isa, Nabi Yussa’ bin Nun, Nabi Soleh hingga Nabi Muhammad SAW. Bahkan, banyak para sahabat yang dimakamkan di negara ini, diantaranya Muadz bin jabal, Ja’far ath-Thoyyar, Abdullah bin Rowahah, Zaid bin Haritsah, dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Tak ayal, situs-situs warisan sejarah itu menjadi primadona destinasi para wisatawan mancanegara.

Bukan hanya itu, Yordania juga menyajikan beberapa objek wisata yang menawan. Siapa yang tak ingin mengunjungi Laut Mati, Gua Ashabul Kahfi, Petra, Mount Nebo, Wadi Rum, Wadi Musa, Jerash, Ajloun, Pohon Nabi? Semua itu ada di Yordania. Dalam kesempatan ini, penulis akan mengulas objek wisata yang termaktub dalam surat al-Kahfi, tepatnya pada ayat 9 sampai ayat 26, yaitu kisah tujuh pemuda ashabul kahfi.

Kisah 7 ashabul kahfi atau the seven sleepers merupakan kisah yang populer di antara agama-agama samawi (Islam, Kristen dan Yahudi). Mengingat, peristiwa tersebut berlangsung pasca diangkatnya nabi Isa AS. Kala itu, ajaran tauhid yang dibwa oleh Nabi Isa mulai ditindas oleh kekaisaran romawi yang masih menganut rumawi kuno.

Sejarah mencatat, bahwa kisah ashabul kahfi ini terjadi pada abad pertama masehi yang masuk dalam kenabian Isa AS. Pada waktu itu, raja yang berkuasa adalah Decius atau masyhur dikenal dengan sebutan Diqyanus. Raja yang berkuasa pada tahun 249 M sampai 251 M ini terkenal dengan kezaliman serta kekejamannya terhadap rakyat. Ia memaksa agar seluruh rakyatnya menyembah dewa-dewa sebagimana disembah oleh bangsa romawi. Bahkan jika ada yang menolak ajakannya, sang raja tidak segan untuk membunuhnya.

Ashabul Kahfi dalam Khazanah Islam

Dalam khazanah keislaman, kisah ashabul kahfi adalah bukti keajaiban kebenaran ajaran Allah SWT yang termaktub dalam al-Quran surat al-Kahfi mulai ayat 9 sampai 26. Sebuah surat yang menceritakan tentang perjuangan hijrah yang dilakukan oleh tujuh orang pemuda dan satu ekor anjing. Berbagai pembahasan, ibroh (pelajaran), sejarah, maupun sisi ilmiah sudah cukup banyak mewarnai perjalanan dunia keilmuan Islam hingga hari ini.

Dalam surat al-Kahfi ayat 13 disebutkan yang artinya “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.”

Ibnu Katsir mengatakan, bahwa para pemuda tersebut bukanlah sembarangan pemuda. Mereka adalah putra-putra dari kalangan bangsawan romawi yang terhormat. Karena itu, mereka sempat diberi waktu ketangguhan oleh sang raja untuk melepaskan agama tauhidnya agar menyembah dewa-dewa yunani, atau jika menolak maka akan dihukum mati. Namun sekali lagi, mereka adalah pemuda yang memiliki iman yang sangat kuat. Mereka justru mencari cara serta memohon petunjuk kepada Allah SWT agar bisa pergi meninggalkan penguasa zalim itu.

Kemudian keesokan harinya, mereka bertujuh bersama seekor anjing pergi (hijrah) meninggalkan bangsanya menuju sebuah daerah terpencil. Di sana mereka menemukan gua, lalu mereka masuk dan beristirahat di dalam gua tersebut. Di sini kuasa Allah mengiringi langkah hamba-hamba-Nya yang taat. Allah SWT mentakdirkan mereka untuk tidur dalam waktu yang sangat lama, yaitu 309 tahun.

Ketika terbangun, mereka merasakan lapar dan belum menyadari bahwa mereka telah tertidur selama ratusan tahun. Para pemuda ini masih menyangka jika mereka hanya tertidur satu malam lamanya. Sebab fisik dan tampilan mereka tidak berubah atau menua sama sekali, Subhanallah.

Singkat cerita, mereka memasuki pasar untuk mencari makanan dan kembali lagi ke gua. Hingga keberadaanya diketahui oleh warga setempat. Sesampainya di gua, mereka bersujud dan berdoa meminta agar Allah menurunkan kuasa-Nya dan mengizinkan mereka kembali kepada Sang Pencipta. Akhirnya mereka diwafatkan oleh Allah SWT.

Lokasi Gua Ashabul Kahfi di Yordania

Lokasi gua ashabul kahfi ini menuai kontroversial. Ada beberapa sumber mengatakan di Jabal Qossiyun Suriah, dan ada juga di Ephesus Turki. Akan teteapi di Yordania inilah lokasi yang paling mendekati ciri-ciri yang sesuai dikisahkan dalam al-Quran. Tepatnya di daerah Abu Alanda, sekitar 10 KM dari pusat kota Amman Yordania, dan tidak jauh dari Bandara International Queen Alia.

Di dalam gua ini, penulis beberapa kali berkunjung dan masuk ke dalam. Gua ini terdapat dua tempat yang berbentuk seperti makam yang diletakkan mayat di dalamnya. Sedangkan di sisi pojok sebelah kiri ditutup kaca, namun masih dapat dilihat bagian dalamnya dengan menggunakan bantuan cahaya senter. Di dalam kaca tersebut terdapat tulang belulang manusia. Konon, menurut petugas setempat, tulang belulang tersebut merupakan kumpulan tulang dari ketujuh pemuda yang tertidur selama 309 tahun lamanya.

Tepat berada di sisi sebelah kiri pintu masuk gua, terdapat sudut memajang koleksi benda sangat antik yang terbuat dari tembikar, uang tembaga dan perak, lampu dari berbagai zaman (Umaiyah, Abasiah, Turki Utsmaniyyah). Ini sekaligus menandakan bahwa tempat itu telah melewati berbagai zaman.

Biar bagaimanapun al-Quran tidak menyebutkan secara eksplisit dimana letak gua ashabul kahfi tersebut. Namun berdasarkan surat al-Kahfi ayat 17 dapat dikehaui kedudukan pintu gua yang menjadi tempat persembunyian menghadap ke selatan. Selain itu, matahari berada di sebelah utara (kiri gua), dan terbenam ke sebelah barat (kanan gua). Dan ciri-ciri tersebut sesuai dengan gua yang berada di Yordania.

Pesan Hijrah

Hijrah ada dua macam. Ada hijrah makaniyah dan ada hijrah maknawiyyah. Hijrah makaniyah adalah hijrah meninggalkan suatu tempat menuju tempat lain yang lebih aman. Adapun hijrah maknawiyah adalah hijrah meninggalkan keyakinan, perbuatan atau perkataan yang dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya.

Adapun hijrah yang dilakukan oleh ketujuh pemuda ashabul kahfi ini adalah hijrah makaniyah, yaitu hijrah meninggalkan tempat demi mempertahankan keimanan dan keamanan mereka. Sebab jika kewajiban mempertahankan keimanan dan keamanan di suatu negara sudah tidak bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, maka hukum meninggalkan negara tersebut (hijrah) sudah menjadi wajib. Hal ini sesuai dengan kaidah usul fikih “maa laa yatimmu al-wajib illa bihi fahuwa wajib.” Artinya, segala sesuatu yang mana sebuah kewajiban tidak bisa sempurna kecuali dengan melakukannya, maka sesuatu tersebut wajib dikerjakan.

Dari kesimpulan tersebut, timbul sebuah pertanyaan. Apakah hijrah yang selama ini dilakukan oleh simpatisan ISIS dan kaum radikal lainnya yaitu meninggalkan Indonesia menuju Suriah sudah sesuai dengan konsep dan pra-syarat Hijrah? Sedangkan keimanan, peribadatan, serta stabilitas keamanan di Indonesia masih relatif terjaga dan terkendali.

Ridwan Bahrudin
Ridwan Bahrudin
Alumni Universitas Al al-Bayt Yordania dan UIN Jakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru