28.6 C
Jakarta

Waspada Jebakan Politik Khilafah di Tengah Panasnya Konflik Palestina

Artikel Trending

Milenial IslamWaspada Jebakan Politik Khilafah di Tengah Panasnya Konflik Palestina
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Di mata aktivis khilafah, membela Palestina tetapi tidak menyertakan bahasa khilafah dalam pergerakannya adalah sebuah kesalahan. Karena menurut mereka, satu-satunya jalan memerdekakan Palestina adalah jihad dan khilafah.

Mereka tahu konflik Palestina dan Israel bukan konflik agama. Tetapi aktivis khilafah ini tetap memasukkan agama dalam bumbu aktivitasnya. Menurut mereka, satu-satunya solusi untuk Palestina adalah dengan cara penguasa Muslim memobilisasi semua sumber daya yang dimiliki umat Islam, mulai dari tentara, persenjataan, logistik, dan lainnya untuk Palestina. Dan caranya dengan cara jihad.

Jihad Khilafah yang Buntu

Cara jihad ini dipilih karena dianggap sebuah hal yang ampuh dan mustajab. Jihad dianggap sebagai bentuk independensi dan gerak wibawa untuk mengambil sikap menghadapi bangsa penjajah Israel. Menurut mereka, tidak ada kata lain selain mengobarkan jihad fi sabilillah di bawah satu komando kepemimpinan Islam.

Jalan buntu solusi Palestina bagi aktivis khilafah adalah karena tidak adanya kepemimpinan umat Islam, yakni khilafah yang tegak di atas asas akidah dan hukum-hukum syarak. Bagi mereka, khilafah akan berhasil membawa umat Islam pada puncak kemuliaan dan kesejahteraan.

Mereka bahkan mencontohkan Umar Bin Khaththab ra. dan Shalahuddin al-Ayyubi. Dua nama ini menurut aktivis khilafah pernah membebaskan Palestina hingga menemukan kemuliaannya. Dua nama itu dianggap pemimpin yang tidak gentar menghadapi musuh, sekalipun jumlahnya besar dan senjatanya lengkap. Bagi mereka, dorongan imanlah yang membuat mereka kuat dan mengundang kemenangan atas musuh-musuhnya.

Mengejek Prabowo dan Indonesia

Sedangkan pemimpin sekarang menurut aktivis khilafah penakut dan memilih membebek pada solusi yang ditawarkan bangsa lain. Bahkan mereka tidak segan menyebut bahwa pemimpin dalam sistem kepemimpinan sekuler demokrasi, kapitalisme, dan liberalisme itu pengecut dan tidak memiliki keseriusan dalam membela Palestina.

Sebagai sebuah contoh, aktivis khilafah ini mengkritik habis-habisan pernyataan Menhan Prabowo Subianto. Kontesknya, pada pidato Prabowo di forum Shangri-La Dialogue 2024 di Singapura yang mendapatkan sanjungan luas bahkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono di akun X @SBYudhoyono.

BACA JUGA  Pendidikan Indonesia Tidak Butuh Khilafah

Dalam pidato tersebut, Prabowo menyampaikan beberapa pernyataan terkait Palestina. Pertama, ia menyampaikan komitmen internasional Indonesia untuk mengejar perdamaian, keamanan, stabilitas, dan kesejahteraan melalui dialog dan kerja sama, sekaligus menyerukan gencatan senjata dan investigasi menyeluruh terhadap bencana kemanusiaan di Palestina.

Kedua, Prabowo menyatakan siap mengirimkan tenaga medis untuk mengoperasikan rumah sakit lapangan di Gaza, bahkan siap mengirimkan pasukan penjaga perdamaian jika diperlukan dan diminta oleh PBB. Dalam waktu dekat, ia pun menyanggupi upaya mengevakuasi lebih dari 1.000 korban Gaza untuk dirawat di rumah sakit-rumah sakit di Indonesia. Ketiga, menyatakan bahwa satu-satunya solusi nyata untuk perdamaian dan keamanan yang langgeng bagi Israel dan Palestina adalah solusi dua negara.

Sanggahan Aktivis Khilafah

Pernyataan Prabowo mendapat sanggahan pedas dari aktivis khilafah. Menurutnya, pernyataan Prabowo adalah pernyataan yang klise dan sulit terwujudkan. Bahkan pernyataan Prabowo di atas itu dianggap barang lama dan usang. Sama dengan usangnya solusi yang ditawarkan PBB, aktivis HAM, sekjend, hingga komisarisnya, juga Mahkamah Internasional.

Menurut mereka, Prabowo tidak sungguh-sungguh ingin menumpas penderitaan Palestina. Misalnya dalam konteks mengirim tentara. Mereka mengkritik bahwa Menhan Prabowo mengirim tentara untuk pasukan perdamaian di bawah PBB, bukan untuk terjun ke medan perang menghapus penjajahan.

Bagi mereka, tawaran Prabowo di atas hanyalah narasi manis dan bahkan sekadar basa-basi politik belaka yang tidak perlu direspons secara berlebihan atau disimpan sebagai harapan yang terlalu mendalam. Mereka mengejek bahwa tawaran Prabowo itu nyaris utopis bagi kedua belah pihak dan hanya menjadi narasi manis yang justru akan memperpanjang umur penjajahan.

Ejekan aktivis khilafah ini seharusnya menjadi catatan mendalam bagi Prabowo. Jika tidak, apa pun yang dilakukan Prabowo ke depan hanya akan dijadikan candaan belaka, meski Prabowo pernah satu kubu dengan mereka, bahkan sekarang akan menjadi Presiden Indonesia.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru