25.9 C
Jakarta

Pengamat: Wabah Terorisme Menguat Saat Pandemi Covid-19

Artikel Trending

AkhbarNasionalPengamat: Wabah Terorisme Menguat Saat Pandemi Covid-19
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta – Wabah terorisme terus menuguat di saat pandemi Covid-19. Kasus teror di berbbagai tempat kembali kambuh. Hal itu disebabkan pemerintah yang mulai abai pada penyakit radikalisme yang menjangkit di tengah tengah masyatakat. Pasalnya, selain wabah covid-19, ancaman lain di tengah masyarakat adalah radikalisme dan terorisme.

Pernyataan ini, muncul dalam diskusi online yang diadakan oleh Lembaga Kajian Dialektika (LKD) dengan tema Ancaman Radikalisme di Tengah Wabah Pandemi Covid-19, Jumat (17/04/2020) malam.

Dipandu oleh Direktur LKD, Muhammad Khutub, hadir sebagai narasumber Rezky Tuanany (Pemuda Bravo 5), Jenny Erfina Saragih (Young Interfaith Peacemaker Community), Arya Prasetya (Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia), I Gusti Made Arya Suta Wirawan (Dosen Universitas Pendidikan Ganesha), Adhi Nur Seto (Wasekjen PB HMI), dan Imam M Sumarsono (Jurnalis).

Dalam pernyataannya, Rezky Tuanany menegaskan bahwa pemerintah sudah harus melakukan penerapan kebijakan dalam penanganan Covid-19 secara tegas. Bukan hanya dalam hal penanganan di sektor kesehatannya saja. Tapi juga efek lain yang muncul di masyarakat, yaitu persoalan ekonomi dan ancaman terhadap situasi keamanan dan ketertiban.

“Akibat wabah pandemi ini, kita tahu bahwa sektor usaha banyak yang lumpuh. Banyak orang yang tidak bisa bekerja. Termasuk generasi milenialnya. Nah, ini yang juga harus segera diatasi oleh pemerintah. Harus ada kebijakan untuk generasi milenial yang terimbas secara ekonomi akibat penyebaran wabah,” tegasnya.

Potensi penyebaran paham radikal di tengah pandemi Covid-19 juga disampaikan oleh Jenny Saragih dari Young Interfaith Peacemaker Community. Menurutnya, mahasiswa dan pelajar menjadi kelompok yang paling rawan terpapar paham radikal.

BACA JUGA  Ketua MPR RI Sebut Generasi Milenial Rentan Terpapar Paham Radikalisme

“Peluang mereka terpapar dengan isu-isu radikalisme dan terorisme jadi semakin tinggi, karena waktu yang digunakan di ruang virtual saat pandemi Covid-19 ini lebih banyak,” kata Jenny.

Memutus Mata Rantai Wabah Covid-19 Pada Wabah Terorisme

Untuk mencegahnya, Jenny mengusulkan adanya dialog yang mendalam yang membahas tentang prasangka-prasangka atau kesalahpahaman yang menyebabkan tindakan intoleran.Hal senada disampaikan oleh Adhi Nur Seto, Wasekjen PB HMI.

Menurutnya, solusi paling efektif untuk mencegah penyebaran paham radikalis adalah dengan dialog. Adhi mengatakan bahwa kelompok yang mudah terpapar radikalisme adalah kelompok yang eksklusif atau tertutup.

Hal ini yang membedakan radikalisme saat ini dengan radikalisme zaman dahulu.Dulu, lanjut Adhi, radikalisme muncul karena ketimpangan sosial sehingga mengharuskan warga untuk melakukan pemberontakan.

“Ideologi tidak bisa mati. Maka jalan untuk mencegah radikalisme itu adalah dengan mengadakan dialog,” kata Adhi.

Merujuk pada situasi pandemi, Adhi melihat ada peluang terjadinya penyebaran radikal di tengah wabah covid-19 yaitu karena adanya kekecewaan publik terhadap pemerintah, ketidaksiapan pemerintah dan kegagapan dalam penanganan wabah seolah menggambarkan pemerintah lambat menangani wabah covid-19.

Untuk itu, Adhi mendorong para mahasiswa dan pemuda untuk mengisi ruang publik yang saat ini justru kosong di tengah pandemi, para aktivis gerakan harus tetap menyuarakan melalui ruang publik seperti media massa, untuk mencegah peluang terjadinya penyebaran radikalisme di tengah wabah.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru