33.2 C
Jakarta

Wabah Rasa Perang

Artikel Trending

KhazanahOpiniWabah Rasa Perang
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19), alias wabah virus Corona, ditemukan pertama kali di Wuhan, China, pada Desember 2019  lalu. Menurut keterangan yang dilansir Kompas, Corona adalah wabah yang sengat rentan menular, bermutasi jutaan kali lipat dalam waktu yang sebentar. Perang melawan Corona pun digaungkan seluruh dunia.

Tidak butuh lama, wabah tersebut menyebar dengan sangat drastis ke seluruh penjuru dunia. Itu dibuktikan dengan adanya masyarakat yang telah terinfeksi oleh virus tersebut, termasuk di Indonesia. WHO pun menganggapnya sebagai pandemi global.

Tidak hanya masyarakat kecil saja yang mulai khawatir dengan Corona, melainkan pemerintah juga gentar menghadapi. Akan tetapi pemerintah mau tidak mau harus melawan sesuatu yang tak kasatmata keberadaannya tersebut. Di balik kekhawatirannya, pemerintan mempunyai inisiatif tersendiri untuk melawan Corona, dengan mengeluarkan surat edaran yang di dalamnya berisikan larangan dan anjuran, dalam rangka bersama menghadapi Corona.

Di antaranya adalah larangan berkumpul, atau larangan keluar rumah. Yang menjadi pertanyaan besar hari ini: kalau tidak keluar rumah, akan akan makan apa ? Pertanyaan itu sudah lumrah di telinga masyarakat. Secara tidak langsung Negara kita mengalami serangan yang sangat dahsyat, termasuk karena yang dilawan bukan benda yang Nampak di hadapan mata.

Dampak yang sangat jelas kita lihat pada saat ini adalah perekonomian masyarakat di tengah wabah Corona. Perekonomian yang tidak stabil mengakibatkan masyarakat resah. Bagaimana tidak, jika semua orang harus berdiam dirumah, pelaku usaha macet karena tidak ada orang konsumen, pedagang tutup lagi-lagi tidak ada orang yang membeli. Bagaimana mau membeli, mau menkonsumsi, kalau semua masyarakat berada di rumahnya tanpa keluar rumah.

Masyarakat takut dan resah, seakan hidupnya berada dalam penjara kebebasan. Bagaimana tidak dikatakan hidup di penjara kebebasan, kalau hidup hanya dirumah saja. Social drafting tidak diperbolehkan, liburan apalagi. Semua masyarakat takut seakan hidupnya dihantui oleh rasa kewaswasan yang mendalam.

Ibarat Perang

Jika demikian, maka wabah COVID-19 tidak ada bedanya dengan perang, Perang Dunia III. Wabah ini tidak ada bedanya dengan para penjajah, yang telah menjajah kita dulu selama ratusan tahun. Ia menggerogoti ekonomi, membuat masyarakat kalang-kabut dihantui krisis dan kelaparan.

BACA JUGA  Pemilu 2024: Menyelamatkan Demokrasi dari Ancaman Radikalisme

Namun, kita tidak usah gentar dengan ini semua, karena semua bisa kita dilawan. Penjajah bisa disingkirkan, bukan dengan lari ketakutan, akan tetapi dengan melawan Corona yang telah dihimbau oleh dokter sebagai virus yang berbahaya keberadaannya. Sehingga apabila ada seorang yang terkena virus tersebut rentan akan selamat, sulit untuk diobati, sangat mudah menular dan lain sebagainya.

Kita juga tidak usah khawatir dengan perang ini. Setiap perang pasti ada panglimanya. Kita sekarang bisa dikatakan sedang berada di tengah-tengah medan yang sangat besar. Siapa yang menjadi panglima perang kali ini?

Tidak usah takut karena pemerintah adalah panglima perangnya. Kita patuhi aturan dan himbauan pemerintah sebagai penglima. Jika kita membangkang dengan anjuran pemerintah, maka kita akan dibunuh oleh musuh yang sedang berkeliaran. Dan sama halnya kita dengan mengasih nyawa secara percuma tanpa ada perlawanan.

Dengan cara apa kita melawan, kita cukupkan dengan kewaspadaan dan kebersihan. Jangan terlalu takut menghadapi wabah ini, karena kita sudah mempunyai panglima untuk memandu jalannya perang dunia kali ini.

Wabah yang rasa perang ini membutuhkan solidaritas yang tinggi, laiknya kekompakan dalam perang. Dalam perang, jika para prajurit tidak kompak, musuh akan menang. Jadi adalah tidak baik mengandalkan panglima saja, sementara prajurit amburadul. Perang akan mengalami kekalahan, dan yang rugi adalah semuanya.

Membangun solidaritas, kekompakan, dalam memerangi wabah ini adalah keniscayaan. Tidak ada kemenangan untuk wabah, ia harus segera diberantas.  Baik pemerintah sebagai panglima maupun masyarakat sebagai prajurit harus berbaris dalam menumpas musuh yang sama: wabah Corona.

 

Khoirul Umam, Mahasiswa aktif Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura, Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (HES).

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru