29.1 C
Jakarta

Virus Corona dan Virus Khilafah Mengancam Timur Tengah

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahVirus Corona dan Virus Khilafah Mengancam Timur Tengah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Menyebarnya virus Corona atau Coronavirus masih menjadi pusat perhatian seluruh warga dunia. Di Indonesia, seperti dilansir cnnindonesia.com pada Sabtu 14 Maret 2020, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi positif terinfeksi virus corona. Di manapun berada, siapapun orangnya, baik laki-laki, perempuan, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui. Virus ganas, ini bisa menular hanya dalam pandangan mata. Virus corona yang berasal dari Kota Wuhan Cina itu, kini menjadi tantangan besar bagi setiap negara, termasuk negara-negara di Timur Tengah.

Sebelum virus corona, sebenarnya Timur Tengah lebih dulu diancam oleh virus yang lebih ekstrem, yaitu virus khilafah. Kedua virus ini tentu sangat berbahaya. Virus corona berbahaya bagi kesehatan jasmani, sedangkan virus khilafah berbahaya untuk stabilitas politik pada sebuah negara. Karena beberapa negara di Timur Tengah, sampai hari ini masih dalam kondisi yang tidak stabil dan mengkhawatirkan. Hal itu disebabkan oleh satu virus berahaya, yaitu virus khilafah.

Berbicara soal virus corona di negara-negara Timur Tengah, kini hampir seluruh negara disana terjangkit virus berbahaya ini. Seperti disitat Johns Hopkins CSSE, data kasus virus corona di Timur Tengah per Kamis, 5 Maret 2020 pukul 21.45 GMT adalah; Iran (3.513 kasus, 107 meninggal, dan 739 pulih), Kuwait (58 kasus), Bahrain (51 kasus), Irak (38 kasus dan 2 meninggal), UEA (28 kasus dan 5 pulih), Oman (16 kasus, 2 pulih), Libanon (16 kasus dan 1 pulih), Qatar (8 kasus), Arab Saudi (4 kasus), Mesir (3 kasus dan 1 pulih), dan Yordania (1 kasus).

Virus Corona Ancam Pejabat Elit Iran

Virus ganas dan mematikan ini menyerang beberapa pejabat elit di Iran. Kini, Iran tercatat sebagai negara yang terjangkit virus corona terbesar setelah Cina. Bahkan, Wakil Presdien dan Wakil Menteri Kesehatan Iran Masoumeh Ebtekar dan Iraj Harirchi dikabarkan positif terinfeksi virus corona. Kemudian menurut laporan kantor berita Iran yang dikutip South China Morning Post, selang seminggu setelah Iraj Harirchi terinfeksi, Mir Mohammadi selaku Anggota Dewan Penasehat Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dilaporkan meninggal akibat virus corona.

Selain Iran, beberapa negara Timur Tengah lain seperti Kuwait, Bahrain, Irak, UEA, Oman, Libanon, Qatar Arab Saudi, Mesir, dan Yordania juga tidak kebal dalam menghadapi keganasan covid-19. Semua negara-negara Timur Tengah tersebut telah melakukan beragam cara dan upaya untuk menghentikan penyebaran virus berbahaya ini. Oleh karena itu, negara-negara yang berbatasan langsung dengan Iran –negara yang paling parah terinfeksi virus corona– telah menutup perbatasannya dengan negara yang bersangkutan. Hal itu sudah dilakukan seperti oleh Irak, UEA, Azerbaijan, Turkmenistan, Afghanistan dan Pakistan. Sementara Oman, Kuwait, Bahrain dan Lebanon telah menangguhkan penerbangan ke kota-kota Iran.

Kemudian Lebanon juga melarang masuk orang-orang yang datang dari Cina, Korea Selatan, Iran, dan Italia. Tersebarnya virus Corona di Timur Tengah sangat berdampak negatif khususnya bagi warga muslim dunia, yaitu ketika Arab Saudi mengambil langkah tegas, yakni menutup sementara para jemaah yang hendak melaksanakan ibadah umrah, termasuk Jemaah umrah dari Indonesia. Tidak hanya itu, Arab Saudi juga melarang negara-negara tertentu yang bepergian ke wilayah kerajaan dengan visa turis.

Kemunculan Virus Khilafah di Timur Tengah

Dalam dinamika perjuangannya, ide khilafah di Timur Tengah ini pertama kali diperankan oleh jamaah Ikhwanul Muslimin yang didirikan pada tahun 1928 di Mesir. Kemudian selanjutnya banyak dimainkan oleh jamaah Hizbut Tahrir yang didirikan pada tahun 1952 di Jerusalem Timur. Dan akhir-akhir ini juga digaungkan oleh Islamic State of Iraq and Sham (ISIS) di Irak dan Syiria. Virus khilafah di Timur Tengah, sampai saat ini masih berkeliaran di sana. Kehadiran kelompok-kelompok ekstremis dan fanatis seperti ISIS, Al-Qaida, HTI, Jamaah Ansharut Tauhid dan kelempok lainnya itu seolah menjadi motor penggerak untuk ditegakannya Khilafah.

Hingga saat ini, Damaskus, Ibukota Suriah, luluh lantak akibat perang saudara yang berkecamuk paska penguasaan ISIS di kawasan tersebut. Misi ISIS, tidak lain kecuali untuk menegakkan Khilafah. Padahal, jika para pengusung khilafah merujuk sistem khilafah pada era Umayyah, Abbasiyah, hingga Usmaniyah, maka sistem khilafah yang bersifat otoritarianisme seperti itu tentu tidak cocok untuk diterapkan pada era seperti saat ini. Karena jumlah umat Islam seluruhnya diperkirakan 1,8 miliar dan tersebar di seluruh penjuru dunia. Perihal siapa yang berhak menjadi khalifah tentu akan menjadi persoalan yang pelik, mengingat umat Islam terdiri dari banyak suku dan bangsa yang berbeda.

Pada akhirnya, virus corona di Timur Tengah semakin hari semakin mengkhawatirkan. Terlebih ada virus yang jauh lebih berbahaya dari virus corona yaitu virus khilafah. Keduanya menjadi ancaman nyata bagi Timur Tengah. Oleh karena itu, dengan kondisi seperti apapun, negara-negara Timur Tengah harus siap dalam menghadapi kedua virus berbahaya tersebut. Tentunya dengan meningkatkan persatuan dan kesatuan tiap negara dalam menanggulangani dan pengobatan virus corona. Selain itu, hilangkan permusuhan dan fanatisme beragama, agar bisa menghargai antara satu dengan yang lainnya, bukan justru disalahkan atau bahkan dikafirkan.

Ridwan Bahrudin
Ridwan Bahrudin
Alumni Universitas Al al-Bayt Yordania dan UIN Jakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru