31.2 C
Jakarta
Array

Valentine’s Day Haruskah? (Bagian I)

Artikel Trending

Valentine's Day Haruskah? (Bagian I)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Valentine sebentar lagi, bagi kawula muda tanggal 14 Februari merupakan ”hari bersejarah ” Terutama bagi mereka yang dilanda panah asmara. Valentine’s Day, hari kasih sayang. Ada yang mengklaim, itu merupakan tradisi kaum Kristiani. Bagaimana Islam menyikapinya?

Mungkin benar kata jomblo, kalau cinta sudah melekat batu bata terasa coklat. Kalau hati sudah dipenuhi rasa senang, apapun terasa nikmat. Bahkan cubitan dan tamparan dari orang yang dikasihi bagaikan elusan sang bayu. Begitulah kalau di mabuk asmara.

Valentine’s Day menjadi momen bagi muda-mudi untuk mengungkapkan rasa sayang. Entah pada kekasih hati, sahabat maupun pada keluarganya. Fitrah manusia, kalau hidup haus kasih dan sayang, Maka menjadi wajar jika rakyat menjadi brutal dan bringas ketika kasih sayang itu di cabut dari kehidupan mereka. Antar saudara berusaha dipertentangkan. Sahabat dan teman dibuat bermusuhan. Akibatnya, kerusuhan terjadi di mana-mana.

14 Februari, mungkin bisa dijadikan titik tolak untuk menyadari semuanya. Mengembalikan kasih yang hilang. Menumbuhkan rasa sayang pada sesama yang mulai memudar. Hari valentine merupakan hari kasih sayang. Kenapa disebut dengan hari valentine? Konon, ada dua orang muda-mudi yang menjalin cinta kasih. Sekian lama jalinan kasih itu dirajut membuat keduanya mabuk kepayang. Tidak bisa dipisahkan lagi. Akhirnya keduanya pergi menemui seorang pastur di Roma Italia, bernama Valentino. Mereka minta supaya Sang Pastur merestui hubungan mereka. Karena orang tua mereka tidak menyetujui. Melihat begitu kuatnya ikatan cinta-kasih mereka, hati pastur Valentino menjadi luluh dan akhirnya merestui.

Namun, sungguh malang nasib sang pastur. Tindakannya telah menimbulkan reaksi dari beberapa pastur yang lain, karena telah melanggar aturan-aturan yang ada. Akhirnya pihak gereja memutuskan untuk menghukum pastur Valentino. Pada tanggal 14 Februari pastur Valentino dibunuh, gara-gara memperjuangkan sebuah kasih sayang. Kira-kira satu abad setelah terbunuhnya Valentino, orang-orang merayakan hari kasih-sayang dengan nama Valentine’s Day.

Lalu timbul pertanyaan, apakah dalam Islam juga terdapat ajaran Valentine? Bagaimana kalau kita meniru tradisi umat lain (di luar islam)? Apakah berarti kita rela dengan ajaran mereka? Terus bagaimana hukum mengirimkan salam atau kartu ucapan pada lain jenis yang bukan Mahramnya?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita mulai dengan hadis Nabi saw.

“Tidak (dianggap) beriman salah seorang kalian, sehingga dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri ” [Al-Bayan wa at-Ta’rif Fi Asbébi Wurudi aI-Hadits as-Syarif, 334:lll]

Betapa Nabi Saw. Sangat menganjurkan umatnya untuk menebar kasih sayang. Saling mengasihi dan saling menyayangi. Pertanyaan selanjutnya, apakah rasa kasih sayang itu hanya tertentu pada saudara saja? Tentu jawabannya, tidak. Sebab kata-kata ‘akhi’ pada hadis tersebut bermakna kaum muslimin. Kita bisa menganalogikan pada sabda nabi, “ghibah itu adalah membicarakan sesuatu yang tidak di senangi oleh saudaramu”. Artinya Nabi Saw. melarang membongkar rahasia (kejelekan) sesama muslim. Sebab dalam al-Qur’an kita dilarang membuka aib sesama. [Tafsir aI-Baidlawi, 41:II]

Jadi, menyayangi orang lain bukan hanya untuk saudara, sanak famili dan kerabat. Tapi juga untuk insan seagama dan seiman. Bahkan kita juga di anjurkan menyayangi orang kafir. Hal ini dipertegas oleh hadis yang lain:

Orang-orang yang menyayangi sesamanya, akan disayangi oleh Yang Maha Rahman. Berilah kasih sayang pada semua makhluk di bumi. Maka semua makhuk di langit juga akan memberi kasih sayang pada kalian. [Sunan at-Turmudzi, 284-285:II]

Ini semua sesuai dengan misi Islam sejak awal yaitu rahmatan li al-‘Alamin (pembawa rahmat untuk seluruh semesta). Bukan hanya untuk orang Islam tapi juga untuk non muslim. Bahkan bagi kaum jin dan makhluk lainnya.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru