26.7 C
Jakarta

Ulama, Vaksinasi Covid-19, dan Optimisme Masyarakat

Artikel Trending

KhazanahTelaahUlama, Vaksinasi Covid-19, dan Optimisme Masyarakat
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Berbagai upaya terus pemerintah lakukan untuk terus melawan Covid-19. Vaksinasi menjadi salah satu ikhtiar yang berjalan. Senin (1/3), Presiden Joko Widodo dijadwalkan akan memantau langsung vaksinasi Covid-19 massal di Yogyakarta. Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, pemerintah telah memulai vaksinasi tahap kedua Covid-19 sejak Rabu (17/2) lalu, untuk 38.5 juta orang.

Salah satu elemen yang penting dalam proses vaksinasi adalah ulama. kalangan cendekiawan seperti ulama, begitu urgen untuk menerima vaksin. Mengapa ulama merupakan golongan orang yang penting dalam menerima vaksin? Ulama tergolong sebagai petugas pelayanan publik dalam data Kemenkes. Mereka mengelola pesantren, melakukan interaksi dengan para santri, orang tua santri, berbagai kalangan.

Kalangan ulama memiliki peran yang begitu kuat untuk masyarakat. Kesadaran dan sinergitas ulama tentu dibutuhkan untuk lancarnya proses vaksinasi tersebut. Jokowi sendiri dalam sambutan pada waktu harlah NU yang dilakukan secara virtual (27/02/21), turut meminta kepada para ulama NU untuk membantu terlibat langsung/mensukseskan vaksinasi. Tidak terbatas pada ulama NU semata, ulama-ulama memang sudah seharusnya menjadi bagian sentral dalam proses vaksinasi Covid-19.

Ulama dan Suksesnya Vaksinasi Covid-19

Salah satu dampak Covid-19 yang masih membekas dalam diri masyarakat secara luas yakni wafatnya para ulama akibat Covid-19. Kita kehilangan banyak tokoh ulama yang selama ini kehadirannya sangat penting bagi masyarakat, perkembangan pesantren bahkan terhadap tegaknya ajaran Islam pada suatu wilayah.

Bagi masyarakat Islam, kiai menduduki posisi terhormat dengan berbagai wibawa yang melekat dalam dirinya. Kiai adalah kacamata, role model masyarakat dalam menjalani kehidupan. Seringkali keputusan-keputusan penting yang ada di suatu masyarakat bergantung kepada pandangan kiai. Mereka menjadi corong komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah dalam beberapa kasus, khususnya vaksinasi Covid-19.

Salah satu narasi yang tersebar tentang penolakan rakyat Aceh terhadap vaksin ialah karena haram. Nyatanya informasi tersebut adalah hoaks. Kabar tersebut setidak-tidaknya akan menambah kekhawatiran masyarakat. Apalagi ketika bersinggungan dengan halal-haram. Perkara agama selalu memiliki sensitivitas yang begitu kuat bagi masyarakat.

BACA JUGA  Perceraian: Jalan Terbaik Perempuan Keluar dari Lingkaran Setan Terorisme

Gerak cepat yang MUI lakukan dalam menghalalkan vaksin Sinovac (10/01/21/) perlu mendapat apresiasi yang cukup bagus, melihat beberapa kelompok yang selalu mengambil kesempatan untuk terus mengadu domba, menghalalkan segala cara dalam mengkampanyekan narasi agama dengan berbagai tipu daya dll.

Fenomena vaksinasi Covid-19 ini beberapa waktu terakhir justru sangat meresahkan. Di samping narasi yang menyebutkan bahwa vaksin ini haram, berbahaya dan sebagainya, masyarakat justru takut dengan tingkat pengetahuan yang rendah akan informasi tersebut.

Upaya tersebut juga akan menyebabkan perpecahan melalui narasi-narasi keislaman lainnya. Ketakutan masyarakat akan semakin bertambah, hilangnya kepercayaan terhadap pemerintah dll. Ulama bisa hadir dalam femonena ini.  Salah satu upaya yang ulama Banten lakukan dalam menangkal Hoak berkenaan dengan haramnya vaksin, bahaya vaksin dll.

Kalangan ulama sendiri sebenarnya membutuhkan sosialisasi pemahaman vaksin untuk meminimalisir berbagai pandangan buruk tentang vaksin (Republika). sebab nantinya, ulama memiliki tanggung jawab penuh dalam memberikan edukasi masyarakat untuk bersinergi dengan pemerintah dalam proses vaksinasi. Maka dari itu, ulama harus bisa menerima vaksin, dan mendukung pemerintah dalam proses vaksinasi.

Keterlibatan para ulama dalam proses vaksinasi menjadi salah satu bentuk panutan yang bisa menjadi contoh masyarakat.  Ulama-ulama kita tidak hanya menjadi panutan di masyarakat, akan tetapi memiliki santri yang didik menjadi orang dengan pribadi yang berwawasan luas, pengetahuan agama yang mumpuni.

Proses vaksinasi pada ulama tersebut tidak lain untuk membangun optimisme para santri bahwa kondisi pandemi tidak menyurutkan proses pembelajaran di pesantren. Covid akan segera selesai, pondok pesantren akan terus berjalan sebagaimana mestinya.

Pasca vaksinasi, kondisi herd immunity terus berlangsung dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Namun, proses pembelajaran di pesantren terus berlangsung. Kiai yang sudah menjalani proses vaksinasi, begitupula dengan santrinya setidaknya mengalami fase tenang, proses vaksinasi menjadi bagian dari upaya untuk menularnya virus. Semoga proses vaksinasi terus menjadi ikhtiar agar pandemi segera berakhir. Wallahu a’lam

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru