31 C
Jakarta

Tulisan Kita Ditolak, Siapa Takut?

Artikel Trending

KhazanahTulisan Kita Ditolak, Siapa Takut?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Bagaimanakah sikap kita ketika tulisan yang kita kirimkan ke media massa cetak atau media daring dikembalikan atau tidak dimuat oleh media tersebut? Tulisan kita ditolak oleh Redaktur, siapa takut?

Bisa jadi tulisan atau karangan yang kita kirimkan ke media massa cetak atau media daring dikembalikan atau tidak dimuat. Penulis terkenal pun pernah mengalami hal yang demikian.

Saat menghadapi hal seperti itu, kita harus bersikap pantang menyerah, tidak pernah berputus asa, dan maju terus pantang mundur. Dalam ungkapan Bung Karno, Presiden Pertama Republik Indonesia, “rawe-rawe rantas malang-malang putung”.

Tulisan Layak Muat

Menurut Kuncoro (2009) tidak hanya kalangan mahasiswa yang artikelnya ditolak redaktur. Bahkan, profesor atau dosen senior pun tidak jarang mengalami kenyataan bahwa artikel yang dikirimnya ke media masa cetak dItolak. Artikel yang ditulis oleh mahasiswa sering kali ditolak karena analisisnya terlalu dangkal. Artikel yang ditulis profesor atau dosen senior juga ditolak karena bahasanya dinilai terlalu ilmiah sehingga sulit dipahami oleh masyarakat yang awam akan bidang tulisan tersebut.

Danim (2010: 58-60) menyebut tujuh syarat yang harus dipenuhi tulisan yang kita kirimkan ke media massa cetak layak muat. Pertama, pada umumnya media massa hanya akan memuat tulisan yang sesuai dengan visi, misi, dan karakter media tertentu. Kedua, gagasan yang futuristik. Ketiga, keunikan dan keklasikan gagasan. Keempat, penggunaan bahasa yang baik dan benar, serta memenuhi kriteria sopan dan santun secara sosial. Kelima, kemanfaatannya bagi pembaca. Keenam, tema yang spesifik dan faktual. Ketujuh, substansi tema atau ide tulisan bukan hasil plagiat atau jiplakan.

Itu sebabnya, kita harus benar-benar selektif dalam mengirimkan tulisan ke sebuah media. Tentu tidak tepat ketika kita mengirimkan tulisan bertopik pertanian ke tabloid Kontan. Juga tidak tepat saat kita mengirimkan tulisan bertopik ekonomi ke majalah Trubus Sebab, tabloid Kontan itu tabloid khusus yang memuat tulisan-tulisan yang berkaitan dengan ekonomi, bisnis, dan perdagangan, sedangkan majalah Trubus itu majalah yang khusus memuat tulisan-tulisan yang berhubungan dengan pertanian, berkebun, dan agrikultura.

Ketekunan dan Tak Pantang Menyerah

Ada beberapa contoh yang dapat kita jadikan pelajaran. Dr. Sumardi, M.Sc., dosen Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ), ketika masih kuliah pada tingkat pertama Fakultas Sastra Indonesia di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta pada tahun 1968, mengirimkan artikel lebih dari sekali ke berbagai media massa cetak yang terbit di Jakarta. Setelah mengirimkan sekitar 30 artikel, sebuah artikelnya dimuat di koran Sinar Harapan.

Victor Zebua, mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM pada tahun 1980-an, telah menulis 22 artikel yang dikirimkan ke harian Kompas dan semuanya dikembalikan. Ia tidak putus asa. Ia mencoba lagi. Pada kali yang ke-23 artikelnya baru lulus dari penilaian Redaksi Kompas. Artikelnya dimuat di halaman 4 (empat).

Joni Ariadinata sewaktu masih mahasiswa di IKIP Muhammadiyah Yogyakarta berniat menjadi penulis cerita pendek (cerpen). Ia pun mencoba mengirimkan cerpen-cerpennya ke berbagai majalah dan koran, termasuk ke harian Kompas.Kesemua cerpennya ditolak. Akan tetapi, ia pantang menyerah. Ia tetap mengirimkan cerpen-cerrpennya, meskipun juga selalu ditolak.

BACA JUGA  Baca Buku Tapi Lupa Isinya, Rugi Dong?

Karena ketekunannya, cerpennya berjudul “Lampor” dimuat di harian Kompas pada tahun 1993. Bahkan cerpennya tersebut terpilih sebagai cerpen terbaik harian Kompas pada tahun 1994. Hingga kini cerpen-cerpennya dapat kita baca di berbagai koran dan majalah.

Robert M. Pirsig mengirimkan naskah Zen and the Art of Motorcycle Maintenanceke 121 penerbit dan semua menolaknya. Pada penerbit yang ke 122 naskahnya diterima dan diterbitkan pada tahun 1974. Edisi paper back bukunya terjual lebih dari tiga juta kopi. Ini mengantarkannya menjadi seorang bintang.

Jack Canfield dan Mark Victor Hansen menulis buku Chicken Soup for the Soul, buku yang mengungkapkan kisah-kisah yang memberikan inspirasi. Bahan-bahannya dikumpulkan pada tahun 1989. Naskah buku ditawarkan ke penerbit, tetapi sudah 40 penerbit menolaknya. Canfield dan Hansen tidak mau menyerah, hingga akhirnya sebuah penerbit kecil di Florida menerima naskah bukunya dan menerbitkannya.

Buku Canfield dan Hansen oleh penerbit itu ditaksir laku 20.000 eksemplar. Akan tetapi, kenyataannya lain. Buku Chicken Soup for the Soulsejak pertama kali terbit hingga kini terjual lebih dari 28 juta eksemplar, dicetak ulang berkali-kali, dan telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Kedua penulis ini kini kaya raya.

Joanne Kathleen (J.K.) Rowling sebelum terkenal seperti sekarang ini juga mengalami penolakan. Novelnya, Harry Potter, ditulis selama beberapa tahun dengan menggunakan waktu menulis ketika anaknya tidur siang. Empat belas penerbit menolaknya.

Akan tetapi, ia juga tidak pernah menyerah. Ia menawarkan lagi naskah novelnya ke penerbit berikutnya. Pada penerbit ke-15 novel Harry Potter and The Sorcerer’s Stone terbit, lalu menjadi novel yang best seller. Kemudian disusul novel seri Harry Potter yang lain hingga tujuh novel. Setelah itu ia menjadi terkenal dan kaya raya.

Direvisi atau Tidak Direvisi

Penulis juga pernah mengalami penolakan mengirimkan naskah artikel ke harian Kompas. Naskah penulis berkali-kal ditolak, tetapi penulis tidak patah arang. Penulis coba lagi dan coba lagi. Akhirnya berkali-kali pula artikel pernulis lulus penilaian dan pertimbangan Redaksi Kompas, dan dimuat di kolom Didaktika dan Forum Otonomi Pendidikan.

Naskah penulis yang dikembalikan oleh Kompas, penulis revisi dan penulis kirimkan ke harian lokal Warta Kota. Alhamdulillah, artikel penulis lulus penilaian dan pertimbangan redaksi Warta Kota, dan muncul di halaman atau rubrik opini Warta Kota.

Tulisan atau karangan yang kita kirimkan ke satu media massa cetak atau media daring dan kemudian ditolak, dapat dikirimkan ke media massa cetak atau media daring lain setelah kita melakukan revisi atau tidak melalkukan revisi sama sekali. Revisi berkaitan dengan isi, sistematika atau struktur tulisan, dan bahasa tulisan. Jika masih ditolak, kita kirimkan ke media massa cetak lain lagi. Demikian seterusnya. Tidak ada kata menyerah di dalam kamus penulis sejati. Demikiankah.

Oleh: Syukur Budiardjo

Penulis Buku, dan Pensiunan DKI Jakarta, dengan suka hati menulis artikel, cerpen, dan puisi di media cetak, media online, dan media sosial. Alumnus Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) Jurusan Bahasa Indonesia IKIP Jakarta.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru