31.4 C
Jakarta

Tragedi Khashoggi Nyaris Terulang Kembali

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahUlasan Timur TengahTragedi Khashoggi Nyaris Terulang Kembali
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Belum hilang dari ingatan sisa-sisa genangan darah Jamal Khashoggi yang dimutilasi di konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki pada Oktober 2018 lalu, kini Mohammed bin Salman (MBS), putra mahkota Arab Saudi kembali berulah. Seolah tak pernah jera, MBS begitu gencar memburu orang-orang yang dinilai berseberangan dengan pemikirannya atau memiliki potensi membahayakan terhadap suksesinya menuju singgasana raja.

Seorang eks Kepala Intelijen Arab Saudi, Saad Al-Jabri, yang bekerja di bawah otoritas Mohammed bin Nayef (MBN), putra mahkota yang dicopot oleh Raja Salman pada tahun 2017 dari jalur suksesi, sudah lama mensinyalir adanya upaya operasi pembunuhan yang mengintainya. Ia mulai diburu oleh MBS setelah dua minggu pasca tragedi yang menimpa Jamal Khashoggi.

Baru-baru ini, operasi pengejaran Al-Jabri dilakukan kembali. Hal ini terungkap dari dokumen setebal 107 halaman yang berisi gugatan Al-Jabri terhadap MBS dan beberapa pejabat kerajaan lainnya ke pengadilan Washington DC. Dalam dokumen tersebut disebutkan bahwa MBS dituduh mengirim pasukan khusus, Firqah Al-Namir (Tiger Squad) ke Kanada yang dilengkapi dengan berbagai peralatan medis untuk melancarkan operasinya. Selain itu, Al-Jabri juga menyebutkan bahwa operasi ini berhasil digagalkan oleh otoritas pihak keamanan Kanada. Pasca kejadian ini, Al-Jabri mendapatkan fasilitas keamanan ketat di tempat tinggalnya di kawasan Toronto.

Dengan memilih pengadilan di Washington, Al-Jabri seperti ingin memberi daya kejut terhadap Donald Trump yang selama ini selalu membela kepentingan sekutunya, MBS. Kini Trump menghadapi pilihan yang sulit, ia tak mungkin banyak melakukan pembelaan pada MBS atas kasus ini, karena ia harus menjaga reputasi dan elektabilitasnya menjelang pemilu presiden September nanti. Al-Jabri telah memperhitungkan dengan cermat waktu yang tepat untuk melayangkan gugatan terhadap MBS.

Sebagaimana Amerika sedang dalam situasi pertarungan politik menuju pilpres, Arab Saudi juga dalam situasi yang tak kalah rumitnya. Terutama karena faktor kesehatan Raja Salman sempat memburuk beberapa waktu yang lalu. Bila Trump khawatir kalah dari penantang kuatnya, Joe Biden, MBS juga khawatir jika pada detik-detik akhir, skenario yang ia rancang menuju suksesi mengalami kegagalan dan membuatnya terpental dari singgasana. Memang secara de facto, MBS adalah satu-satunya putra mahkota, tapi perkembangan beragam isu terakhir yang kian menyudutkan namanya, sudah cukup membuat dirinya selalu waswas.

Baik Trump maupun MBS, keduanya sama-sama sedang mempertaruhkan jabatannya dan sama-sama tak bisa saling mengulur tangan untuk menyokong satu sama lain.

Al-Jabri dan Khashoggi: Dua Target yang Berbeda Level

Sebagai orang dari latar belakang intelijen dan memiliki akses ke beberapa ring utama dalam lingkaran kerajaan Arab Saudi, sudah pasti Al-Jabri memegang rahasia-rahasia kunci yang berhubungan dengan ‘kotak hitam’ di balik kebijakan-kebijakan stategis yang dikeluarkan oleh MBS. Al-Jabri juga banyak mengetahui petualangan-petualangan MBS yang seringkali penuh risiko dan nyaris tanpa perhitungan serta kalkulasi yang terukur, agresi atas Yaman, misalnya.

Seharusnya sejak awal, MBS sadar betul bahwa target yang ingin ia habisi saat ini sangat berbeda levelnya dengan Khashoggi yang seorang sipil. Operasi yang sama tak akan mudah melumpuhkan orang yang sudah lama berkecimpung dalam dunia intelijen. MBS ingin menangkap ikan yang berbeda, tapi menggunakan umpan yang sama. Jelas, hasilnya akan nihil! Melihat pola yang terjadi, MBS bukan orang yang bisa tenang dalam waktu lama. Ia selalu butuh aksi nyata untuk menghibur dirinya dari ketakutan-ketakutan yang diakibatkan oleh tindak-tanduknya sendiri. Nyatanya, kecerobohan MBS terulang kembali, ia terjerembap ke dalam jurang yang sama dua kali.

Meskipun operasi pembunuhan kali ini menggunakan pola yang sama dengan operasi penghilangan Khashoggi, tapi nilai targetnya sangat berbeda, kini targetnya begitu ‘istimewa’ bagi MBS. Khashoggi dibenci MBS karena terlalu berani melancarkan kritikan atas sejumlah kebijakannya dan mengkampanyekan kebebasan berpendapat di Dunia Arab, sementara Al-Jabri, selain memiliki banyak rahasia kunci tentang kebijakan MBS, ia juga merupakan salah satu orang yang masih memiliki loyalitas pada pesaingnya, yaitu Mohammed bin Nayef (MBN).

Sejak menjabat menteri dalam negeri, MBN memiliki kendali atas aparat intelijen dan keamanan Arab Saudi. Saad Al-Jabri yang waktu itu mengepalai badan intelijen, berperan sebagai penghubung komunikasi antara intelijen Arab Saudi dengan CIA, Amerika. Hubungan kedekatan MBN dan Al-Jabri dengan intelijen Amerika terus terjalin dalam kerja sama memberantas terorisme. Hingga pada 2017, keduanya dituduh terlibat dalam kasus penyelewengan dana senilai 11 miliyar dolar AS, yang membuat MBN lengser dari jalur suksesi dan membuat Al-Jabri hengkang dari Arab Saudi.

Al-Jabri kini mulai melakukan serangan balik terhadap MBS. Ia menempuh perlawanan dengan jalur lagal melalui pengadilan. Al-Jabri tentu sadar bahwa yang dia hadapi adalah ‘raksana’ yang tak mudah dia tundukkan. Tapi setidaknya, apa yang sekarang ia perjuangkan di pengadilan, akan menyadarkan dunia bahwa rezim Arab Saudi, masih terus dibayang-bayangi sisi brutalitas Mohammed bin Salman.

Wallahua’lam.

Musyfiqur Rahman
Musyfiqur Rahman
Mahasiswa Pascasarjana Kosentrasi Kajian Timur Tengah, UIN Sunan Kalijaga. Redaktur sastraarab.com

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru