30 C
Jakarta

Toleransi PSBB dan Kebijakan

Artikel Trending

Milenial IslamToleransi PSBB dan Kebijakan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Seluruh umat beragama patut bersyukur terhadap kerukunan di tengah penerapan pembatasan sosial berskala besar (toleransi PSBB). Tetapi, ihwal PSBB masih menjadi polemik bagi kelompok-kelompok ekstrem. Lalu, kita bertanya benarkah kebijakan pemerintah kini sesuai syariat Islam?

Munculnya PSBB selalu memicu perhatian kelompok-kelompok ekstrem, pandangan mereka tentang ihwal tersebut adalah negara tidak mampu mengatasi wabah virus corona atau Covid-19 tanpa peran agama. Namun, modus kelompok-kelompok ekstrem itu terkesan menaruh api dalam sekam.

Persatuan demi persatuan ingin mereka hancurkan demi kepentingan ideologi, sedangkan intoleransi agama menjadi senjata pamungkasnya. Bahkan, salah satu wacana provokatif kerapkali keluar dari petinggi eks Hizbut Tahrir. Misalnya, menurut mereka khilafah solusi mengatasi corona.

Corona memang ujian umat beragama. Tetapi, secara rasional tidak ada hubungannya dengan ideologi dan kebijakan itu sendiri. Pada dasarnya, corona hanya musibah yang menjadi hak prerogatif Tuhan apakah mau diturunkan atau tidak. Jadi jangan menarik kesimpulan bahwa virus itu buatan pemerintah.

Media jadi sarana efektif bagi kelompok-kelompok ekstrem yang ingin menebar ujaran kebencian dan intoleransi. Dengan demikian, hal itu hanya mengundang perpecahan, dan permusuhan hingga kekerasan di antara umat beragama. Sehingga mereka berhasil merubah situasi negara lebih darurat.

Kenyataannya, fenomena corona semakin mereke leluasa menebar intoleransi. Intoleransi merupakan teladan buruk yang dalam dunia kebhinekaan. Kecuali, dalam sejarah Nabi Muhammad SAW. Di mana ia memimpin negara Madinah dengan prinsip kesopanan, kesantunan, dan kebijaksanaan.

Sebagian umat muslim menuduh pemerintah memproduksi virus corona (tho’un), tuduhan tanpa fakta merupakan musuh nyata sumber agama. Oleh karena itu, mereka melakukan tindakan yang melebihi dari kejahatan sebagaimana hadis Nabi tentang “Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan.”

Toleransi PSBB

Menurut Koffeman (2016: 2) “Toleransi dapat dimaknai sebagai kesediaan orang atau pihak yang berkuasa untuk meninggalkan penggunaan kekuasaan dalam berhubungan dengan mereka yang kurang atau tidak berkuasa.”[hal. 5]

Toleransi di era Pandemi Covid-19 perlu kesanggupan kita untuk praktik dalam keberagaman negeri. Berbeda pandangan tentang PSBB seolah-olah beda iman, dan melebihi dari penerapan kebijakan itu sendiri. Lantas, bagaimana metode penyelesaiannya? Untuk apa hidup toleran di tengah situasi ini?

BACA JUGA  Politik Dinasti dan Politik Identitas, Bahaya Mana?

Jika mereka tidak mentaati PSBB sama dengan menentang kebijakan yang bersifat Islami. Dalam konteks Islam, penerbitan peraturan pemerintah nomor 21 tahun 2020 tentang PSBB telah sesuai ajaran Islam. Selain agama membenarkannya, secara hukum itu mengupayakan preventif, dan edukatif.

Tafsir di balik kebijakan PSBB adalah anjuran agama tentang pentingnya merawat kesehatan. Pun ketika masyarakat Madinah diserang wabah tho’un alias corona Nabi Muhammad SAW saja juga memerintahkan ke seluruh sahabat dan masyarakat. Agar tidak memasuki daerah yang terkena zona merah.

Hukum pembatasan sosial di era Nabi tidak memilah-milah etnis, suku, dan agama. Ia lebih bersikap bijaksana terhadap seluruh sahabat dan masyarakat bahwa mereka memiliki kedudukan yang sama (equality before the law) demi menjaga kesehatan. Sehingga kebijakan Menteri Kesehatan –RI dapat diyakini ujung tombaknya adalah kemaslahatan.

Keteladanan Nabi

Daulat kita melawan corona ibarat melindungi badannya dari serangan wabah, seperti yang pernah dilakukan Nabi. Sejarah Islam menjawab kebijakan pemerintah kini merupakan teladan yang dimiliki Nabi Muhammad SAW, jika masih ada di antara kita yang menolak, maka itulah penghancuran sejarah.

Menyikapi dua sejarah ini memiliki keselarasan dan metode pencegahan yang bersifat positif, termasuk dalam merawat toleransi dan menebus dosa di bulan puasa. Oase toleransi terhadap PSBB harus menjadi pelajaran berharga bagi kita di tengah-tengah keberagaman dan perbedaan pandangan (plural).

Negeri ini sejak dulu kala hingga kini terkenal sebagai kiblat negara lain apalagi kaitannya dengan toleransi. Sebab itu, toleransi dapat dimaknai nilai dasar kemanusiaan yang mampu menerima pendapat orang lain walau beda iman. Dengan kekuatan iman membuat hati dan akal kita kebal melawan corona.

Satukan persepsi, visi dan misi, pemerintah perlu peran dari masyarakat agar bersiap-siap menjadi relawan. Relawan kemanusiaan atas korban Covid-19, tanpa berbagi peran, maka tidak ada kehidupan toleran, sedangkan prinsip toleran bisa jadi akar tumbuhnya permasalahan. Pesan terakhir kita harus optimis.

Hasin Abdullah
Hasin Abdullahhttp://www.gagasahukum.hasinabdullah.com
Peneliti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru