26.7 C
Jakarta

Tetap Menulis dalam Kondisi Sulit, Berikut Tips Jitunya 

Artikel Trending

KhazanahLiterasiTetap Menulis dalam Kondisi Sulit, Berikut Tips Jitunya 
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Pernahkah anda berpikir membuat karya tulisan seperti sastra, dan non-sastra di dalam penjara? Mendengar hal itu mungkin kita akan mengatakan, “Memang ada yang membuat karya tulis di penjara?”. Tentu jawabannya ada. Kita pasti tidak asing dengan buku Dari Penjara ke Penjara karya Tan Malaka. Buku ini ditulis ketika Tan Malaka saat dia berada dalam penjara. Atau buku Indonesia Menggugat karya Soekarno. Buku ini juga ditulis ketika Soekarno berada di dalam penjara. 

Semangat menulis Tan Malaka dan Soekarno tidaklah redup, meskipun mereka berada dalam situasi sulit, dan kondisi yang mencekam ketika di dalam penjara. Penderitaan yang sangat telah memicu kreativitas mereka untuk menulis dengan hati. Mereka memiliki pandangan bahwa fisik boleh dikurung, namun kemerdekaan berpikir tak bisa dibatasi.

Ketika kita ingin membuat sebuah tulisan, kadang kondisi sering sekali tidak mendukung semangat kita untuk menulis. Misal, ketika kita bangun pagi hari untuk memulai hari menulis. Kondisi suasana pagi yang anginnya sangat menyejukkan ditambah lagi rasa kantuk yang belum hilang. Tentu kondisi ini membuat kita ingin kembali melanjutkan tidur pagi. Sehingga, kita pun tidak menulis di pagi hari. 

Saat di malam hari pun begitu juga. Saat sudah lelah menjalankan aktivitas selama seharian. Keinginan untuk membuka lembar tulisan rasanya sangat sulit, dan kita justru lebih memilih untuk malas-malasan. 

Jika diri kita lebih memilih menuruti kondisi lingkungan, dan rasa malas. Kapan kita bisa menciptakan karya tulis hebat seperti Tan Malaka dan Soekarno? Tentu jika kondisi dan perasaan malas itu dituruti sampai kapan pun kita tidak akan pernah menjadi penulis hebat. Atau bahkan tidak akan pernah menjadi seorang penulis sekalipun. 

Kita secara fisik dan jiwa merdeka. Walaupun kondisi pekerjaan kantor, rumah, dan lain sebagainya sangatlah banyak. Kita masih punya sisa waktu yang dapat dimanfaatkan untuk menulis. Kita juga bebas ke mana-mana seperti ke alam, ataupun kafe untuk mencari inspirasi ide untuk tulisan. 

Agar bisa menjadi seorang penulis yang tetap dapat menulis dalam kondisi sulit seperti Tan Malaka, dan Soekarno, lantas bagaimana caranya? 

Caranya dengan melakukan manajemen waktu menulis. Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, manajemen waktu sangatlah penting, dan dibutuhkan untuk bisa mencapai target yang diinginkan. Mereka yang sehari-hari hidup tanpa perencanaan akan menjalankan aktivitas tanpa memikirkan harapan apa yang diinginkan atau dikejar. 

Jika kita punya harapan menjadi penulis, maka buatlah manajemen waktu kapan waktu untuk menulis. Kita bisa manajemen waktu menulis saat di pagi hari. Misalnya saja setelah waktu salat atau mandi. Kondisi selesai salat atau mandi membuat kondisi kita lebih segar, dan tidak mengantuk. Kondisi ini tentu akan sangat membantu kita untuk menulis. Apalagi di pagi suasananya sangatlah tenang, dan pikiran juga lebih fresh. Sehingga ide-ide untuk menulis akan sangat banyak muncul ketika di pagi hari. 

BACA JUGA  Berliterasi di Media Sosial, Ini Cara yang Wajib Anda Ketahui

Sedangkan siang hingga sore harinya kita bisa memfokuskan diri untuk menyelesaikan pekerjaan kantor ataupun rumah secara maksimal. Dengan fokus menyelesaikan tugas dari pekerjaan tersebut, tentu hal ini dapat membuat kita terbantu dalam menulis. Sebab ketika menulis fokus kita hanya tertuju untuk menulis bukan lagi pekerjaan. 

Waktu istirahat siang pun kita bisa manfaatkan untuk mencari ide tulisan. Pada waktu tersebut kita bisa memanfaatkan waktu menulis lewat smartphone ataupun membuat coretan berupa outline tulisan dalam sebuah kertas. Intinya saat jam istirahat lakukan kegiatan menulis yang ringan. 

Selain manajemen waktu, kita harus juga membangun sebuah mindset bahwa hidupku selama di dunia ini harus membuat banyak tulisan. Membangun mindset ini penting sebab pikiran inilah yang akan menjadi alasan kita menulis. Tanpa upaya membangun mindset tujuan untuk menulis, saat dihadapi tekanan masalah yang ada, kita justru berhenti untuk menulis. 

Tujuan yang dibangun dalam menulis haruslah besar. Kita jangan mau hanya menjadi penulis yang biasa-biasa saja yang karya tulisnya hanya sedikit, bahkan kurang dikenal. Memang hal itu tidak masalah, namun bukankah tujuan yang besar akan membuat kita lebih bersemangat? Bahkan Soekarno pernah menyampaikan, “Gantungkan cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang”.

Dari ungkapan tersebut, ketika kita menghadapi situasi sulit, kita tidak akan berhenti menulis. Sebab kenapa? Karena kita punya tujuan, dan cita-cita besar. Kita harus memiliki tujuan besar bahwa tulisanku ini harus bisa memberikan inspirasi kepada banyak masyarakat. 

Tan Malaka, dan Soekarno bisa saja ketika mereka di dalam penjara tidak menulis. Namun karena mereka orang-orang yang punya tujuan besar untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Mereka pada akhirnya menuliskan semangat perjuangan mereka dalam sebuah tulisan. Dengan harapan bisa menjadi semangat dan inspirasi bagi pembacanya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.   

Lantas, apakah ketika kita menghadapi situasi sulit, justru kita berhenti untuk menulis? Tentu jawabannya tidak. Meskipun dipenjara sekalipun, kita masih bebas secara pikiran. Selagi tangan kita ini masih bisa menuliskan isi pikiran kita, maka menulislah. Berikanlah inspirasi kepada masyarakat lewat tulisan-tulisan hebat kita.

Muhammad Farhan
Muhammad Farhan
Mahasiswa komunikasi penyiaran Islam yang hobi nulis dan menggeluti ilmu kepenulisan. Saat ini kegiatan sehari-hari menjadi penulis.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru