29.1 C
Jakarta

Terorisme: Semakin Meluas dan Menjelma dari Berbagai Ruang

Artikel Trending

KhazanahTelaahTerorisme: Semakin Meluas dan Menjelma dari Berbagai Ruang
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Lagi dan lagi. Penangkapan teroris oleh densus 88 selalu terjadi seperti sepanjang waktu. baru-baru ini, 2 terdugas teroris ditangkap di Tasikmalaya, salah satunya bekerja di RS (Kompas.com), beberapa waktu lalu densus 88 juga menangkap 11 teroris di Papua. Mereka berasal dari berbagai kelompok teroris yang berbeda. Mulai dari Jamaah Islamiyah (JI), Jamaah Ansharut Daulah (JAD), dan beberpaa kelompok lain yang pergerakannya sama, yakni membunuh secara tidak manusiawi.

Fakta yang ada menunjukkan bahwa pergerakan teroris semakin sat-set, tidak kasat mata akan tetapi perkembangannya selalu meningkat. Sebaran di berbagai daerah kian merata. Teroris tidak hanya menjelma sebagai orang yang seolah-olah paham agama, akan tetapi jika dilihat dari berbagai penangkapan teroris yang terjadi. Orang yang sudah masuk dalam cengkraman terorisme bisa dari semua kalangan, mulai dari lulusan universitas ternama, pegawai rumah sakit, PNS, dll.

Gerak para teroris yang begitu sat-set

Tidak butuh waktu lama untuk menyebarkan ajaran-ajaran tentang kekerasan dan pembunuhan oleh para teroris. Masalah terorisme ini tidak hanya masalah nasional, akan tetapi problem global yang terus ada di berbagai negara belahan dunia. kita bisa melihat, aksi terorisme yang diwaktu yang sama di negara Niberia, tepatnya di Kebbi.

Dilansir dari CNBC Indonesia, sekelompok teroris menyerang sekolah dan menewaskan 1 orang serta menculik 80 anak. Para teroris sangat membuat kita terheran-heran dengan aksinya yang brutal, penuh kejahatan dan tidak manusiawi. Keberadaannya yang meresahkan, membuat masyarakat sangat takut dengankelompok-kelompok ini. Apalagi, ketika menggunakan dalih agama, muara ajarannya pada citra buruk agama yang dijadikan dasar dari aksi-aksi keji terorisma itu sendiri.

Negara-negara di berbagai belahan dunia, juga merasakan dampak yang buruk akibat adanya aksi-aksi terorisme. Jika ditilik lebih jauh, usut punya usut semuanya berbaiat kepada ISIS, dewanya para teroris yang memberikan pendidikan, pembinaan terorisme kepada berbagai kelompok yang membumikan aksi-aksi terorisme.

Membumikan Islam pribumi sejak dini

Aksi terorisme di Indonesia tidak jauh berbeda dengan aksi-aksi terorisme di negara lainnya. Akan tetapi, minimal kita punya gambaran aksi terorisme yang terjadi di Indonesia selama ini erat kaitannya dengan penyebaran keagamaan, khususnya ajaran Islam yang diidentikkan dengan kekerasan, pembunuhan dan ayat-ayat tidak manusiawi lainnya.

BACA JUGA  Penganiayaan di Pesantren Kerap Terjadi, Mengapa Menyalahkan Sekularisme?

Padahal, tidak sedikitpun mengiyakan bahwa Agama Islam adalah agama pembunuhan, apalagi bagi seorang yang cakap secara keilmuan, tentu tidak akan mengiyakan tentang aksi kekerasan ini. akan tetapi, pemahaman ajaran Islam keras ini tidak memandang siapa pemeluknya. Terbukti, pembelajar yang sudah memiliki keilmuan secara matang, dengan berbagai pengetahuan lainnya belum cukup dijadikan dalih bahwa pendidikan seseorang berbanding lurus pemahaman Islam yang syarat akan kasih dan sayang.

Ini menunjukkan bahwa literasi keagamaan menjadi penting untuk dimiliki setiap orang dan dipahami sejak dini. Pemahaman tentang agama Islam sangat penting diberikan kepada anak, utamanya oleh keluarga yang menjadi tempat hidup pertama seorang anak. Pemahaman Islam yang diberkian tidak hanya sekedar pemahaman Islam yang tekstual dan kaku serta dipahami satu sisi semata. Sebagai pemeluk agama Islam yang tinggal di Indonesia, kita perlu memahami

Ada beberapa aspek Islam pribumi yang harus dipahami,  diantaranya: Pertama, kontekstual. Pemahaman Islam tidak berdasarkan pada ayat tekstual yang tercantum dalam Alqur-an dan hadis. Lebih dari itu, seharusnya Islam dipahami sebagai ajaran yang kompleks dengan beragama pemaknaan yang begitu kaya. Sehingga hal ini menjadi kesadaran dalam diri untuk memahami pandangan yang muncul.

Islam pribumi juga toleran, menghargai perbedaan. Kemajemukan yang dimiliki Indonesia tidak lantas menjadikan Islam kaku lalu halal membunuh orang-orang non muslim yang tidak pernah melakukan tindak kejahatan apapun.

Islam pribumi sangat menghargai tradisi. Dalam konteks sejarah masuknya Islam oleh para ulama yang menggunakan pendekatan budaya, ini berarti kita harus memahami bahwa Islam pribumi sangat menghargai tradisi, menghargai nilai-nilai leluhur. Tujuannya tidak lain untuk melihat bahwa Islam itu sendiri tidak kaku, fleksibel berkembang dimanapun dan kapanpun.

Selain poin diatas, Islam pribumi juga progressif dan membebaskan. Ini artinya pemahaman atas keilmuan dan berbagai hasil pemikiran lainnya akan sangat bagus untuk membuka cakrawala keilmuan, ini juga sebagai upaya bahwa Islam pribumi tidak kudet dan hanya terbuai oleh masa lalu saja. (Ahmad Baso:2015)

Pemahaman Islam semacam ini perlu ditanamkan sejak dini, ketika akarnya sudah kuat, maka sebuah pohon akan tingggi menjulang, berbuah dan memberikan kebermanfaatan bagi banyak orang. Wallahu a’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru