26.1 C
Jakarta

Terorisme Ala “Jihad” Agama di Era Millenial (2/2)

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanTerorisme Ala “Jihad” Agama di Era Millenial (2/2)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Terorisme itu identik dengan kekerasan dan semua agama tentunya melarang perbuatan atas nama kekerasan. Jelaslah bahwa terorisme itu sebagai musuh bersama bukan hanya dinul Islam juga agama lainnya. PR kita semua dalam menangkal dan membasmi terorisme itu bukanlah hal mudah. Pemerintah bersama semua elemen negara dan agama berusaha  mewujudkan agenda moderasi keberagamaan, sudah tentu ini bukan perkara mudah, meski juga bukan mustahil. Realita di era informasi dan teknologi yang begitu cepat dan perkembangan terus berubah dalam setiap dimensi waktu, sudah waktunya semua elemen dan lintas dimensi secara bersama dan merealisasikan terorisme dan “kawan-kawan”nya sebagai musuh bersama.

Kita sangat berharap,  peran aktif para tokoh agama dan masyarakat serta organisasi kemasyarakatan-keagamaan untuk terus menerus mempromosikan pentingnya beragama secara moderat, toleran dan inklusif. Para tokoh agama diharapkan mampu menyampaikan ajaran agama secara santun dan tidak mengumbar ujaran kebencian pada kelompok agama lain. Para tokoh agama yang memiliki otoritas untuk menafsirkan teks-teks keagamaan idealnya mampu mengejawantahkan ajaran agama ke dalam bingkai kerukunan dan perdamaian.

Sosok agamawan merupakan sang aktor penting yang berperan membentuk kesadaran keberagamaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Lebih lanjut, bukan hanya agamawan juga relasi dengan ormas keagamaan juga memiliki peran signifikan dalam agenda moderasi praktik keberagamaan. Ormas keagamaan diharapkan mampu membangun satu narasi keagamaan yang mencerahkan sebagai narasi tandingan untuk melawan pandangan keagamaan yang eksklusif dan konservatif. Dengan terciptanya sinergi antara pemerintah, masyarakat sipil, tokoh agama dan ormas keagamaan ini, diharapkan terorisme dapat diberantas tidak hanya di permukaan, namun hingga ke akarnya.

Dalam perspektif agama Islam, secara idealitas, sebenarnya mengandung misi fundamental universal, yakni perlindungan terhadap hak asasi manusia (HAM). Hal ini sebagaimana pesan Nabi Muhammad SAW, “Wahai sekalian manusia, sebarluaskanlah perdamaian, eratkanlah tali persaudaraan, berikan makan, kerjakanlah shalat ketika kebanyakan orang tidur di waktu malam, maka kamu akan masuk surga dengan penuh kesejahteraan”.  Pesan itu mengajarkan, bahwa agama Islam mengandung ajaran mulia, karena norma-normanya bermisikan memuliaan atau memartabatkan manusia. Tentunya perbutaan yang bermuara kepada Kekerasan tidak boleh diajukan sebagai pilihan untuk mewujudkan cita-cita, keyakinan, kepercayaan, namun islam dengan sangat mulia mempunyai cita untuk menjalin tali persaudaraan antar ummat, mewujudkankan perdamain dunia, tolenan terhadap ummat beragama, serta meraih Ridha-Nya

Diantara upaya yang dapat dilakukan lahirnya terorisme itu, yaitu:  Pertama, memberikan  ilmu pengetahuan dengan baik dan benar terlebih dengan pemahaman agamanya yang benar dengan sanad ilmu yang berdasarkan dari para ulama hingga Rasulullah Saw. Kedua, berperan aktif dalam melaporkan radikalisme dan terorisme. Ketujuh, meningkatkan pemahaman akan hidup kebersamaan. Toleransi dan solidaritas yang tinggi tentunya diperlukan untuk membentuk Negara yang kuat dan bebas kasus terorisme.  Ketiga, meminimalisir kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial di antara sesama masyarakat juga dapat memicu munculnya benih-benih terorisme. Keempat, menjaga persatuan dan kesatuan. Dengan latar belakang yang sangat beragam maka rasa persatuan dan kesatuan ini harus dipupuk dengan baik sehingga interaksi dan kesenjangan social dapat diminimalisirkan.Kelima,  menyaring informasi yang didapat dan ikut aktif menyosialisasikan radikalisme dan terorisme. Memilih informasi yang baik dan yang buruk juga sangat penting dilakukan, hal ini bertujuan agar informasi yang diperoleh tidak “simpang-siur” atau bahkan sesat. Sulit memang membedakan berita yang mengandung propaganda ataupun tidak, namun pembaca diharapkan mampu menjadi pembaca yang cerdas dalam memilih berita. Jika memang pemberitaan itu bersifat negatif dan menyudutkan salah satu pihak, pembaca juga harus melakukan check, recheck, dan crosscheck guna menghindari propaganda.

BACA JUGA  Mengatasi Kemiskinan dengan Memiskinkan Koruptor atau Menaikkan Gaji Pejabat?

Era millennial saat ini, meningkat frekuensi isu mengarah kepada disintegrasi yang didegungkan kaum penggiat khilafah dengan berbagai cara dan beberapa dekade terakhir yang dikategorikan sebagai tindakan terorisme yang didorong oleh ajaran-ajaran agama atau atas nama Tuhan menimbulkan tiga jenis pendapat dari para ilmuwan yang meneliti gejala terorisme. Sebagian ilmuwan berpendapat bahwa tidak ada hubungan agama dengan tindakan-tindakan kekerasan, termasuk yang dikategorikan sebagai terorisme. Sebagian lagi percaya bahwa agama dapat menjadi motivasi dan justifikasi bagi timbul semua perbuatan, termasuk tindakan-tindakan terorisme. Sebagian dari kelompok kedua ini mengatakan bahwa tindakan terorisme dimotivasi oleh agama dan memunyai tujuan agama saja. Sebagian lagi mengatakan bahwa terorisme keagamaan dimotivasi dan bertujuan politik dan keagamaan. Tujuan utama mereka bersifat keagamaan, sedangkan tujuan jangka pendek mereka bersifat politik. Ditinjau dari sudut lain, ajaran-ajaran agama merupakan penyebab utama atau prakondisi (root cause atau precondition) timbul tindakan terorisme suci atau keagamaan, sedangkan faktor pemicunya atau pendorongnya (trigger cause atau precipitant) adalah peristiwa-peristiwa khusus, baik yang berhubungan dengan faktor agama maupun yang tidak. Terorisme keagamaan, karena terjadi dalam konteks yang bermacam-bermacam, tidak dapat dihindari bisa juga dimotivasi oleh faktor politik dan faktor-faktor lainnya. Hal ini harus diakui karena dalam bertindak manusia didorong oleh berbagai macam motif. Hanya saja dalam terorisme keagamaan, yang dominan adalah motif keagamaannya. (Abdul Muis Naharong, 2013)

Berdasarkan dari penjelasan di atas, di era millenail saat ini, ancaman teroriasme dapat dihindari sebagaimana yang telah dipaparkan diatas termasuk cirri-ciri terorisme itu sendiri. Dengan demikian, upaya pencegahan terorisme harus diketahui dan dilakukan oleh siapapun, terlebih generasi muda yang merupakan ujung tombak penerus bangsa di masa depan. Apalagi mengingat generasi muda masih mudah terpengaruh dengan pemahaman-pemahaman baru yang biasanya muncul di tengah-tengah masyarakat sehingga mereka rentang terpancing untuk terpengaruh ke dalamnya. Sedemikian sehingga mudah tertanam di pikirannya untuk mengikuti pemahaman-pemahaman radikal yang dapat memicu tidak kekerasan dan konflik.  Sekali lagi, mari kita bersama-sama berusaha mencegah lahirnya terosrisme mulai dari kita sendiri dan keluarga serta saudara kita lain. Masihkah kita membiarkan terorisme itu berkembang di sekitar kita?

 

Tgk. Helmi Abu Bakar El-Lamkawi
Tgk. Helmi Abu Bakar El-Lamkawi
Guru Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga dan Dosen IAI Al-Aziziyah Samalanga, Bireuen dan Ketua PC Ansor Pidie Jaya, Aceh.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru