32.9 C
Jakarta

Teroris, Jejak Hitam Jamaah Islamiyah

Artikel Trending

KhazanahTelaahTeroris, Jejak Hitam Jamaah Islamiyah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Densus 88 kembali menangkap sekelompok orang terduga teroris. Sebanyak 12 orang ditangkap dalam aksi tersebut. Mereka adalah jaringan Usman bin Sef alias Fahim. Dulu pernah jadi Ketua Jamaah Islamiyah (JI) wakalah Jawa Timur dan sempat ditangkap karena membantu melindungi Noordin M Top setelah pengeboman JW Marriott tahun 2003, Sabtu (27/2/2021).

Hingga saat ini, tercatat 22 orang diduga teroris ditangkap di Jawa Timur dalam penangkapan satu pekan terakhir. Teroris Jatim dikenal sebagai kelompok Fahim yang berafiliasi kepada Jamaah Islamiyah (CNN Indonesia).

“22 Tersangka yang diamankan di Jawa Timur,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigadir Jenderal Rusdi Hartono kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (3/3).

Lagi-lagi Jamaah Islamiyah menambah catatan hitam dalam jejak perjalanan terorisme di Indonesia. Gerakannya semakin kuat, apalagi pasca dibebaskannya Abu Bakar Ba’asyir yang menjadi otak dari gerakan terorisme di Indonesia. Bukan hal tidak mungkin jika ke depan kita selalu merasa kecolongan dengan gerakan-gerakan mereka yang licin seperti belut.

Ditangkapnya para teroris secara masif bukanlah sesuatu yang membuat kita lengah, apalagi berpuas diri atas prestasi yang ditorehkan oleh Densus 88. Keberadaan para teroris tersebut selayaknya pohon pisang, mati satu tumbuh seribu. Hingga penangkapan tersebut dilakukan, gencaran strategi, kuantitas massa teroris tentu terus dilakukan dengan berbagai cara sesuai tujuan awal.

Jamaah Islamiyah Dkk

Gerakan Jamaah Islamiyah semakin populer diketahui semenjak peristiwa pengeboman di Bali pada 12 Oktober 2002 silam. Gerakan ini merupakan nama gerakan Muslim yang beroperasi di Asia Tenggara. Gerakan ini pula merupakan transformasi gerakan Darul Islam yang pernah memberontak sekitar tahun 1950-an, dengan tujuan yang sama, yakni ingin mendirikan Negara Islam Indonesia (NII).

Gerakan JI ini tertata rapi dengan baik, terorganisir. Kalimat “sempurna” sangat bisa disematkan kepada gerakan JI untuk afiliasi gerakan jahat yang terstruktur. Apalagi kalau kita ingat sebuah kalimat bahwa “kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan dengan kebaikan yang tidak terorganisir”.

Peneliti terorisme Al Chaidar pun pernah mengatakan betapa rapinya JI, apalagi jika dibandingkan JAD. Bisa diihat ketika seorang pimpinan tertangkap, salah satunya. Maka sel yang dia pimpin dihapuskan. Di JI pun tak sembarangan orang bisa masuk, sementara di JAD siapa pun bisa “asal mau jihad.” Atas dasar tersebut, membongkar semua jaringan JI bakal lebih rumit dan lama dibanding, lagi-lagi, JAD. (tirto.id)

Tidak hanya itu, sosok Abu Bakar Ba’asyir masih menjadi tokoh penting dan terlibat dalam gerakan ini. Lagi-lagi, kedatangan ABB yang berhasil bebas dari penjara menjadi babak baru dari perjalanan gerakan-gerakan teroris di Indonesia. mereka akan lebih leluasa dalam bergerak, strategi yang digencarkan juga melakukan banyak penyegaran dll.

BACA JUGA  Melihat Potensi Perpecahan Pasca Pemilu

Pendirian Negara Islam Tidak Bisa Ditolerir

Menggunakan cara apapun, gerakan-gerakan yang berafiliasi terhadap pendirian negara Islam di Indonesia tidak dibenarkan dan wajib dibumihanguskan di Indonesia. Gerakan tersebut tidak bisa ditolerir, sebab Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentuk dari berbagai suku, adat, agama, dan ini bersifat. Sebutan NKRI Harga Mati memang perlu didoktrin kepada bangsa kita agar tidak mudah tergerus oleh segala bentuk gerakan yang berafiliasi pada doktrin khilafah, NKRI bersyari’ah dll.

Parahnya, gerakan-gerakan ini mencederai nama Islam untuk kepentingan politik yang jelas-jelas sangat jauh dari nilai keislaman. Membunuh tidak dibenarkan oleh agama Islam dalam hal apa pun. Kelompok-kelompok ini yang menimbulkan stigma negatif tentang Islam. Sebutan Islam sebagai agama teroris, Islam mewajibkan membunuh, dan stigma negatif lainnya terus melekat akibat tindak kejahatan yang dilakukan oleh kelompok ini.

Meski demikian, sebenarnya yang tidak kalah berbahayanya adalah gerakan gerakan kelompok yang melalui jalur dakwah, fenomena takfiri dan gerakan licin tanpa kekerasan yang dilakukan oleh segelintir kelompok. Mereka lebih tepatnya menjadikan Islam sebagai alat kepentingan sebagai pembenaran untuk mendirikan negara Islam.

Pengetahuan semacam ini menjadi penting bagi kita, anak muda khususnya yang menjadi sasaran utama gerakan radikalisme dan terorisme. Pencarian jati diri, haus pengetahuan agama, dan butuh agama sebagai sandaran, dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok ini dengan memberikan balasan syurga sebagai ganti dari usaha yang harus dilakukan untuk mendapat bayaran syurga tersebut. wallahu a’lam

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru