31.8 C
Jakarta

Teroris JAD Mau Ngebom Gereja, Maunya Apa Sih?

Artikel Trending

Milenial IslamTeroris JAD Mau Ngebom Gereja, Maunya Apa Sih?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Densus Khusus Antiteror (Densus) 88 meringkus 10 anggota terduga teroris yang diduga merencanakan bom bunuh diri di Merauke, Papua. Kapolres Merauke AKBP Untung Sangaji mengatakan para terduga teroris itu telah ditahan sejak Jumat (28/5) (CNN, 30/5/2021).

Kini pihak kepolisian tengah menyelidiki kasus tersebut. Tapi Untung sejauh ini tak menjelaskan secara rinci asal terduga teroris. Polisi kata dia, terus berupaya mengembangkan kasus tersebut.

Tapi yang menjadi pertanyaan besar, mengapa tiba-tiba di Papua ada teroris di mana mereka tujuannya mau ngebom gereja? Dan kini tiba-tiba ditangkap oleh Densus Khusus Antiteror (Densus) 88.

Selama ini kita tahu, Papua jauh dari teroris bermotif agama. Dan, di sana aman-aman saja. Hanya pemberontakan kecil-kecilan yang dilakukan KKB. Apa tujuan mereka? Jika kita lihat, mereka sengaja mau membuat teror dan ingin mencari peluang hura-hara yang terjadi di Papua. Kemaruknya Papua dengan Pemerintahan sepertinya ingin dijadikan momentum oleh para teroris.

Jika para teroris bisa mengebom gereja di Papua sangat mungkin orang Papua akan mempertanyakan tanggung jawab negera. Dan KKB atau orang-orang yang sejak dulu kala sangat ingin pisah dengan Indonesia, mereka akan suara kencang. Bahwa Indonesia akan dikatakan tidak becus menghapus penyakit yang sangat kecil yang ada di dalam negara Indonesia.

Siapakah yang Bermain di Balik Teroris Itu?

Pada Juli 2021, Densus 88 menyatakan bahwa ada kelompok terduga teroris yang berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Papua, yaitu Jamaah Ansarut Daulah (JAD).

Teroris itu disinyalir bagian dari jaringan JAD dan sejak tahun 2018 telah terdeteksi di Papua.

Meski sudah terdeteksi selama dua tahun di Papua, JAD baru aktif selama setahun belakangan. Densus 88 juga dilaporkan pernah melakukan upaya penindakan hukum saat kelompok itu hendak melakukan aksi pengeboman di Polres Manokwari tahun 2018 (CNN, 30/5/2021).

Pertanyaannya dari masyarakat, kalau sudah terdeteksi sejak awal mengapa mereka tidak ditangkap? Tidak segegabah itu saya kira. Jika mereka ditangkap sejak awal, selain kurang bukti, juga kita akan kecolongan terhadap teman-teman para teroris yang tersembunyi itu. Atau bahkan atasan para teroris atau otak dan orang yang menggerakkan mereka.

Teroris di Indonesia bagi banyak pengamat dianggap sulit terdeteksi karena mereka pasif. Bahkan yang membantunya termasuk para kerabatnya, mereka sangat pasif. Sehingga, persembunyiannya sangat sulit ditemukan. Mereka mau keluar apabila dikasih restu oleh para ketuanya, yang menjadi Tuhannya.

Dari situlah membingungkan dan membuat sulit kita. Bahkan kendati itu, Indonesia bagi banyak pengamat diandaikan berada “di tubir” negara gagal dan surplus kesengsaraan. Terjadinya demikian, akibat kobaran rasisme, terorisme, pandemi, dan hantaman dakwah kebencian di media sosial. Sehingga, tidak boleh tidak harus dicegah sejak dini.

BACA JUGA  Propaganda Jihad sebagai Jalan Manipulasi Umat Islam

Bagaimana Cara Menghadapi?

Memberantas terorisme harus meraibkan ideologi teroris. Di samping itu, pihak terkait harus disodorkan nilai dan pilar-pilar kebangsaan dan keindonesiaannya.

Caranya? Kita jangan bosan untuk membuat kontra ideologi dan kontra narasi di media sosial. Dengan kontra-kontra ideologi dan kontra narasi dengan perspektif agama dan sosio-origin dan keindonesiaan yang utuh, seperti website Harakatuna.com ini paling tidak itu menjadi penyeimbang narasi terorisyang bertebaran di media sosial.

Ideologi radikal, teroristik, KKB, dan problem sosial, tidak bisa kita hadapi dengan wacana dan tindakan rapresif. Kendati itu akan mengganggu stabilitas kewarganegaraan kita. Maka pendekatannya harus dipikirkan dengan matang.

Pendekatan militeralistik pasti perlu, tapi jelas bukanlah itu satu-satunya cara. Kita bisa melihat Aceh, konflik Poso, Ambon, dan sejenisnya, telihat tidak efektif dan malah kontraproduktif. Sebabnya, solusi komprehensif untuk menyelesaikan terorisme dan radikalisme dan sebangsanya, harus melalui sosio-kultural dan origin dari agama dan masyarakat setempat.

Di tengah, disoreintasi nilai-nilai masyarakat yang mengalami krisis, dan karena itu mereka mudah terpapar gagasan transnasional teroristik, perlu dikembalikan kembali ke jalan pencerahan. Maka itu, derevitalisasi lewat pendekatan sosio-kultural dan ceramah dakwah cinta.

Dengan ditingkatkanya revitalisasi sosio kultural masyarakat, secara tidak langsung atau langsung, pasti memiliki efek dan potensi besar untuk mengembalikan dan memperkuat jalinan tenunan masyarakat yang pernah terbelah. Masyarakat dapat merajut kembali kohesi sosialnya. Solidaritas bakal hidup dan pencegahan dini dari infiltrasi anasir terorisme mereka akan mudah dicegah.

Di samping pendekatan sosio-kultural, kita juga harus berjihad kepada pendekatan sosio-ekonomi. Pemberdayaan masyarakat secara ekonomi sangat penting digalakkan di tengah hantaman pandemi Covid-19 ini. Hasil penelitian menyebutkan, bahwa faktor ekonomi, sangat menentukan gejala terorisme dan juga raibnya terorisme, seperti di Poso. Teorinya, jika segala kebutuhan tercukupi, maka masyarakat tidak mungkin melakukan tindakan semena-mena pada sesamanya. Tetapi bila kebutuhan ekonominya kurang dan rapuh, pasti mereka mudah emosi dan cemburu kepada yang lian, seperti konflik di Ambon.

Selain itu, kita butuh memperkuat dialog antar umat. Keterbelahan akibat ulah politik identitas yang membelah harmonisnya masyarakat, harus kita pulihkan dengan cara kita sediri. Tentunya bukan dengan kekerasan. Kita perlu merapatkan barisan dengan meningkatkan persaudaraan, tali silaturrahim, kohesi sosial dengan mengaktualisasikan dakwah berasas cinta.

Penyerapan pemahaman dakwah keagamaan dan kebangsaan dan mazhab-mazhab lain di luar menjadi kunci dalam aktivitas kehidupan. Agar, ia menjadi pandu dalam perjalanan kehidupan kita dan umat manusia, bukan hanya pada lanskap dunia, tetapi juga pada akhirat.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru