25.6 C
Jakarta

Ternyata Ada yang Membela Palestina untuk Mengasongkan Khilafah

Artikel Trending

Milenial IslamTernyata Ada yang Membela Palestina untuk Mengasongkan Khilafah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Ketika eks-Kepala BIN Prof AM Hendropriyono menyatakan bahwa Palestina dan Israel bukan urusan Indonesia, pro-kontra kemelut konflik Israel-Palestina kembali ramai. Ketika Prof Hendropriyono mengatakan bahwa banyak pihak sudah terbawa arus pengkhianatan mendukung ideologi khilafahisme, liberalisme, kapitalisme, dan komunisme, pelintiran terhadap statement tersebut pun tak terbendung. Benarkah membela Palestina itu tidak harus karena Indonesia juga banyak masalah?

Tidak lama dari itu, Muhammadiyah melalui Lazismu berhasil kumpulkan donasi 7 miliar untuk Palestina. Sama dengan nasib statement Prof Hendropriyono, nyinyir pada Muhammadiyah juga berdatangan. Jadi, di negeri ini, yang pro dan kontra pada persoalan membela Palestina itu, sejatinya, sama-sama suka nyinyir: tidak ada beda, sama buruknya. Sekarang, dari kedua hal tersebut, kita perlu bertanya: siapa yang bertingkah di balik kenyinyiran-kenyinyiran itu?

Statement Prof Hendropriyono tentu tidak terjadi karena kecerobohan. Lulusan terbaik Sekolah Staf dan Komando ABRI tahun 1989 dan penerima anugerah Wira Karya Nugraha tersebut merupakan profesor ilmu filsafat intelejen pertama dan satu-satunya di dunia, maka adalah niscaya, bahwa pernyataannya memiliki latar belakang pemikiran dan kearifan tersendiri. Ia hanya mewanti-wanti, misalnya, bahwa jangan sampai kita membela Palestina dari konflik, tapi di negara sendiri, kita kecolongan.

Artinya, ia tidak kontra-Palestina. Prof Hendropriyono tidak akan berseberangan pendapat dengan pemerintah RI yang berkomitmen kuat membela Palestina secara konstitusional. Muhammadiyah juga demikian, menjadi tangan pengulur bantuan, sebagai langkah lanjutan kepedulian Indonesia pada Palestina. Dengan bahasa yang singkat, sebenarnya Prof Hendropriyono dan Muhammadiyah itu searah: membela Palestina, mendukung pemerintah, tetapi tetap jangan lupa negara sendiri.

Atas linearitas substansial tersebut, sangat mengherankan melihat nyinyiran yang menimpa keduanya. Boleh jadi, kenyinyiran itu sengaja dicipta untuk menegasikan komitmen pemerintah, memojokkan pemerintah atas komitmennya sendiri. Tujuannya jelas, melalui pro-kontra membela Palestina, mereka bisa menganjlokkan integritas pemerintah itu sendiri. Kalau sudah demikian, pelakunya jelas: para aktivis khilafah. Bukankah mereka yang demo di Kedubes AS kemarin?

Aktivis Khilafah Membela Palestina

Jadi poinnya adalah, ada semacam upaya mengalienasi peran pemerintah dalam hal membela Palestina, umpamanya, melalui pelintiran atas statement Prof Hendropriyono. Mereka membela Palestina untuk mengasongkan khilafah, maka usaha menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah menjadi siasatnya. Kejanggalan mereka dapat dilihat melalui sebuah pertanyaan: mengapa mereka masih demo di depan Kedubes AS, sementara AS juga mendesak PM Israel untuk genjatan senjata?

Dari situ menjadi jelas, sebenarnya mereka bukan membela Palestina, melainkan sedang mengasongkan khilafah. Ini terbukti dengan konferensi internasional Hizbut Tahrir beberapa hari sebelumnya yang memberikan komando setiap jubirnya agar memobilisasi para aktivis ke jalanan. Meski sebetulnya aksi-aksi seperti itu tidak berfaedah, tidak berdampak apa pun pada Palestina apalagi Israel, dan bahkan memalukan. Kedubes AS pasti melihat, betapa mereka suka memanfaatkan momentum.

Momentum apa pun diproyeksikan untuk menawarkan konsep khilafah ala Hizbut Tahrir. Di depan Kedubes AS, mereka mengibarkan bendera bertuliskan kalimat tauhid dengan tuntutan: “Kirim Tentara Muslim Bebaskan Palestina”. Bahkan dengan kegigihan pemerintah melalui birokrasi Menlu RI Retno Marsudi di Majelis Umum PBB mereka abai, buta, seolah pemerintah lamban karena belum mengirimkan tentara ke Palestina. Tuntutan yang naif dan kurang akal.

BACA JUGA  Kepala BNPT Instruksikan Lawan Ideologi Radikal, Emang Bisa?

Lalu apakah aktivis khilafah tidak berhak membela Palestina? Tidak demikian. Siapa pun boleh membela Palestina, tetapi dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan, menentang penjajahan, bukan untuk menyisipkan asongan Hizbut Tahrir. Lagi pula, aksi jalanan bawa-bawa bendera itu berdampak apa? Buang-buang waktu. Justru karena ketidakmurnian mereka itu, kita harus melawan mereka. Seperti kata Prof Hendropriyono, sejatinya mereka yang menggerus tanah air kita ini dengan pelan-pelan.

Maka perlu digarisbawahi, bukan membela Palestina yang harus kita perdebatkan, melainkan oknum-oknum yang bermain di baliknya. Kita mesti memahami statement Prof Hendropriyono untuk mengantisipasi kemungkinan buruk tertipunya kita oleh para aktivis khilafah. Adalah tidak baik jika kita terjerembab dalam isu-isu membela Palestina yang alih-alih menentang penjajahan Israel ke Palestina justru kita tengah dijajah mereka, para aktivis khilafah.

Narasi Memojokkan

Narasi singkat saja, “Kirim Tentara Muslim Bebaskan Palestina,” kalau kita telaah, esensinya adalah memojokkan pemerintah. Nanti kalau pemerintah tetap tidak juga mengirim bantuan militer, mereka akan nyanyi lagi di jalanan bahwa pemerintah kita anti-Islam dan tidak peduli saudara Muslim Palestina. Iya, mereka memang selicik itu.

Kendati begitu, kita tidak perlu banyak harap bahwa mereka akan maklum dengan tidak hadirnya tentara Indonesia dalam kasus Palestina. Mereka, para aktivis khilafah, memang fungsinya mengasongkan khilafah, masa bodoh dengan tuntutan yang absen akal sehat. Misalnya kita mau bertanya, “mengapa mereka tidak paham bahwa kasus Palestina itu tak semudah yang mereka bayangkan, dan bahwa Indonesia tidak berhak lakukan intervensi militer?”

Pertanyaan tersebut tidak perlu kita ajukan. Kodrat aktivis khilafah memang begitu: defisit akal. Bagaimana tidak, mereka menghina dan mengafirkan Syiah, padahal Muslim Syiah di Iran memiliki andil besar dalam membantu Palestina. Sementara itu, mereka mengidolakan Hizbullah Lebanon, padahal Hizbullah itu sendiri adalah paramiliter Syiah. Otak para aktivis khilafah di Indonesia tidak akan paham alur geopolitik. Bagi mereka, apa pun masahanya, pokoknya khilafah harus diasongkan.

Membela Palestina dalam rangka mengasongkan khilafah jelas bukan intrik baru. Sebelum kebodohan tersebut dilakukan, mereka sudah pernah menjadikan Al-Qur’an dan Islam secara keseluruhan untuk meraih simpati umat—umat awam, tentunya. Ada kasus ini, demo. Ada kasus itu, demo lagi. Pokoknya persoalan apa pun, demo solusinya. Dan masalah apa pun, khilafah solusinya. Hakikatnya, mereka berkomplot untuk memojokkan musuh, yakni pemerintah, dan menghilangkan perannya.

Jadi kenapa kita tidak bisa menelan statement Prof Hendropriyono mentah-mentah? Karena ternyata, di tengah kita, ternyata ada yang membela Palestina untuk mengasongkan khilafah. Cukup jelas duduk perkaranya, bukan?

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru