29.7 C
Jakarta

Teriak Terorisme Yes! Teriak Komunis No!

Artikel Trending

EditorialTeriak Terorisme Yes! Teriak Komunis No!
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Gus Nadir (02/09) melalui channel youtubenya Nadisryah Hosen, ia dengan tegas berkata, perbedaan pendapat ulama jangan sampai merusak ukhwah Islamiyah di kalangan umat. Pada editorial ini, mengulas perbedaan pendapat di kalangan ulama, apakah penusukan Syekh Ali Jaber adalah murni terorisme? Ataukah fenomena itu gaya ulama yang teriak komunis?

Seluruh masyarakat dibikin gaduh akibat fitnah isu neo-PKI, di sisi yang lain, masyarakat begitu resah karena bahaya terorisme yang mulai terang-terangan menteror ulama di hadapan jamaah. Ditambah lagi, Syekh Ali Jaber ditikam di masjid. Alih-alih ulama radikal berkesimpulan komunis, sedangkan ulama moderat mengatakan hal itu murni aksi terorisme.

Lantas, bagaimana respon masyarakat kepada isu gangguan jiwa yang pihak famili tentu lebih tahu kondisi pelaku? Apakah hal itu hanya sandiwara belaka saja? Atau ada skenario politik yang mana para ulama radikal baik di FPI, PA 212, dan GNPF ulama sengaja memancing air keruh dengan menebar isu kebangkitan komunis dan memperkuat fitnah dengan sejarah masa lalu?

Dilansir CNNIndonesia.com PA 212, FPI, dan GNPF ulama menabur seruan kepada segenap umat Islam Indonesia untuk siaga jihad melawan segala bentuk propaganda dan makar serta rongrongan neo PKI kapan saja dan di mana saja (15/09). Bahkan, Slamet Maarif (2020) Ketum PA 212 mengecam pembunuhan masjid di OKI, Sumsel, dan penusukan Syekh Ali Jaber di Lampung (sumber: detik.com).

Dan ia secara lantang menyerukan kepada umat Islam untuk memberlakukan hukum adat dan hukum qisas jika hukum negara tidak bisa ditegakkan terhadap para pelaku percobaan pembunuhan kepada para ulama dan di NKRI (sumber: detik.com). Sebuah ajakan yang amat sempurna, agar masyarakat tidak lagi percaya kepada pemerintah dan aparat penegak hukum.

Jika hukum di negeri ini tidak mampu tegak adil bagi pelaku penusukan Syekh Ali Jaber, maka PA 212, FPI, dan GNPF Ulama berpikir keras bagaimana meyakinkan masyarakat supaya solusi masalah ini dapat diatasi dengan solusi menegakkan khilafah, hukum Islam, hingga hukum adat sekali pun.

Penusukan Ali Jaber, Murni Terorisme

Syekh Ali Jaber tidak sungkan menyampaikan terimas kasih kepada Mahfud MD yang telah menjenguk. Ia pun juga menitip pesan salam sungkem kepada Mahfud MD untuk presiden Joko Widodo (kompas.tv, 15/09). Ucapannya merupakan cermin dari ulama yang bijaksana, selain taat kepada negara, juga memberikan kepercayaan penuh kepada aparat kepolisian supaya segera diusut tuntas kalau memang itu fenomena terorisme.

BACA JUGA  Kelompok Rentan Harus Jadi Prioritas Utama dalam Pencegahan Terorisme

Berbeda pendapat dengan ulama-ulama radikal yang masih setia dengan konsep khilafah ala Hizbut Tahrir, mereka malah suka menebar fitnah, ghibah, dan ghirah agama. Tujuannya dalam upaya melenyapkan bukti jejak teroris, dan membelokkan peristiwa yang yang benar-benar terjadi. Lalu, menggoreng keras pemerintah seolah-olah pro PKI alias komunis.

Kelompok radikal mulai dari PA 212, FPI, dan GNPF Ulama ini sudah lama berkomplot mencitra-negatifkan pemerintah di hadapan masyarakat banyak. Seluruh tenaga mereka kerahkan bukan untuk menebar kebenaran dan kebaikan. Melainkan sebaliknya, malah menebar kebohongan, dan propaganda kebencian yang berpotensi memicu api permusuhan.

Syekh Ali Jaber dengan tegas mengulang ucapannya, agar peristiwa terorisme tersebut tidak dikait-kaitkan dengan isu apa pun. Apalagi isu pemerintah komunis yang dituduhkan kelompok-kelompok radikal itu? Dalam setiap peristiwa, memang ulama-ulama mereka melihat persoalan di negeri ini dengan kacamata kebencian, narasi manipulatif dan subjektif pula.

Penusukan Syekh Ali Jaber jelas fenomena terorisme, sehingga tidak etis jika segelintir ulama di lingkaran kelompok radikal kesannya menuduh pemerintah dalangnya. Perbedaan pendapat ulama soal terorisme dan komunis ini bisa saja melahirkan peperangan besar, dan mengikis persaudaraan kemanusiaan. Di mana terorisme merupakan kejahatan kemanusiaan.

Mewaspadai Propaganda

Untuk mencegah propaganda neo-komunis ulama perlu mendorong masyarakat terutama umat Islam, setidaknya melihat fenomena terorisme dengan secara sempurna dan utuh. Langkah ini,  agar tidak menimbulkan mispersepsi atau pun semacam kecurigaan besar kepada pemerintah itu sendiri. Kalau memang peristiwa ini terbukti tindak terorisme, tentu tetaplah terorisme.

Teriak Terorisme Yes! Teriak Komunis No! harusnya menjadi tema dan narasi yang betul-betul mendeskripsikan bagaimana fenomena tersebut tidak dikait-kaitkan dengan isu komunis sekali pun. Oleh sebab itu, pembuktian aparat kepolisian sangat penting demi meluruskan propaganda PKI yang dewasa ini dinarasikan oleh kelompok-kelompok radikal.

Pendek kata, kesaksian Syekh Ali Jaber menjadi bukti kuat bahwa fenomena terorisme terjadi, dan argumen tersebut mematahkan tuduhan jika tindakan itu dianggap model PKI. Jadi, hentikan narasi provokatif-manipulatif, masyarakat butuh informasi yang cerdas dan objektif. Bukan informasi yang keras yang akhirnya timbul pendapat tidak etis, artinya, tidak didasarkan kepada kompetensi. Sebab, ini adalah kapasitas kepolisian.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru