Harakatuna.com. Jakarta-Badan Intelijen Negara (BIN) pernah menyebut sebanyak 50 penceramah dari 41 masjid di lingkungan pemerintah terpapar radikalisme. Data itu didapatkan BIN dari survei P3M (Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat) NU.
Untuk menangkal hal tersebut, Forum Silaturahmi Takmir Masjid Kementerian/Lembaga dan BUMN (FSTM-KLB) telah menyiapkan daftar rekomendasi khatib yang berhaluan moderat.
“Kita sudah menyiapkan daftar ustaz-ustaz moderat yang nantinya bisa dijadikan referensi pengurus DKM masjid kementerian, lembaga, dan BUMN. Di mana para ustaz itu komitmen kebangsaan dan ke-Islamannya tidak diragukan lagi. Dengan cara seperti itu kita bisa mencegahnya,” kata juru bicara FTSM-KLB, Faizi, usai FGD dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di D’Hotel, Jakarta, Sabtu (2/3).
Faizi menyebut sudah seharusnya para penceramah di masjid pemerintah memiliki pandangan Islam yang moderat dan sesuai semangat institusi masing-masing.
Ia mencontohkan penceramah di masjid Kemenpora, seharusnya isi khotbahnya berisi tentang pandangan Islam terhadap pemuda dan olahraga.
“Misalnya di Kementerian Pemuda dan Olahraga, konten khotbahnya harus berwawasan mengembangkan pemuda, berwawasan ke-Islaman,” kata Faizi.
Tak hanya memiliki penceramah yang berhaluan moderat, Faizi mengaku pihaknya juga memiliki daftar khatib yang dilarang atau masuk zona merah. Bagi penceramah yang masuk daftar merah, kata Faizi, FTSM-KLB tidak akan merekomendasikannya ke masjid pemerintah.
“Bila dalam daftar masing-masing DKM ada (penceramah) dalam zona merah, maka kita menolak merekomendasikannya,” terang Faizi.
Faizi menyebut istilah merah itu digunakan untuk penceramah yang konten khotbahnya sudah menganjurkan khilafah, pembangkangan terhadap pemerintah, dan menghasut.
Faizi berharap dengan mempromosikan ustaz-ustaz yang moderat, nantinya para penceramah yang memiliki pandangan radikal akan tersingkir dengan sendirinya.
“Banyak sekali ustaz yang moderat (tapi) mereka cenderung tidak tampil atau silent majority. Inilah yang ingin kita bangkitkan supaya jadi voice majority. Kita ingin, dalam menyampaikan Islam yang rahmatan lil alamin, the silent majority supaya bangkit.
Sumber: Kumparan