Harakatuna.com. Kabul-Sampai sejauh ini, pasukan Amerika Serikat (AS) masih berdiam berjaga-jaga di daerah kekuasaan Taliban. Bersamaan dengan itu, sejauh ini perpecahan dan kecamuk antara Afganistan dan Taliban masih terus berlanjut. Perjanjian damai tidak kunjung selesai antara kedua belah pihak. Alih-alih ditambah dengan keterlibatan AS dalam kasus kedua negara ini. Sebab itulah militer Taliban akan teruskan serangan pasukan AS.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid pada Ahad (6/10) menuturkan bahwa pihaknya tetap merasa terganggu dengan keterlibatan AS dalam kasus ini. Sebab itulah, Zabihullah dikutip laman Sputnik berkomitmen akan lanjutkan serangan pasukan AS. “Sampai tidak ada kesepakatan dengan AS, kami akan melanjutkan serangan terhadap pasukan AS,” ujar Zabihullah.
Dia pun menegaskan kembali bahwa Taliban masih tetap menolak untuk melakukan pembicaraan dengan Pemerintah Afghanistan. “Kami telah menolak pembicaraan seperti itu sebelumnya,” ujar Zabihullah.
Sebelumnya, Taliban dan AS dilaporkan tengah berupaya melanjutkan kembali perundingan damai. Negosiasi itu memang telah dihentikan secara sepihak oleh Presiden AS Donald Trump pada 8 September lalu. Keputusan itu diambil Trump setelah Taliban mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom di Ibu Kota Afghanistan Kabul. Sebanyak 12 orang tewas dalam insiden tersebut, termasuk satu tentara AS.
Trump, termasuk Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, menganggap serangan itu merupakan taktik Taliban untuk memperkuat posisinya dalam perundingan. Harapannya agar hasil pembicaraan dengan AS dapat sesuai dengan kehendak atau keinginan mereka.
Sejak tahun lalu, AS telah menjalin negosiasi dengan Taliban. Permasalahan utama yang mereka bicarakan adalah tentang penarikan pasukan AS dari Afghanistan. Militer AS diketahui merupakan sekutu utama Pemerintah Afghanistan dalam memerangi Taliban.
Terdapat sekitar 14 ribu pasukan AS di Afghanistan. Mereka telah berada di sana selama sekitar 18 tahun.