Mengenai muhtadhar atau orang yang sedang sakaratul maut ini, ada hadis riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan al-Nasai, dari Ma’qal bin Yasar, Nabi SAW bersabda: “Yāsin qalbu al-Quran, lā yaqra-uhå rajulun yurīdullāh wa al-dāra al-ākhirata illā ghufira lahu, wa-iqra-ūhā ‘alā mautākum—Yāsin adalah hatinya al-Quran. Siapa saja yg membaca yasin dan menginginkan Allah dan akhirat, akan diampuni dosanya. Bacalah Yasin kepada mayat kalian.”
Dalam Subul al-Salam, makna mautaakum mencakup semua kondisi mayyit, baik saat naza’, saat wafat, maupun setelah dikubur. Meskipun Albani mendhaifkannya, tapi Ibnu Hajar dalam al-Talkhis al-Habir menyatakannya shahih karena sesuai dgn amaliyah sahabat.
Dalam Syiah, berdasarkan hadis riwayat Sulaiman al-Ja’fari pun demikian. Bahwa Musa bin Ja’far memerintahkan puteranya Qasim untuk membacakan qs. Al-Shaffat. Sedangka saat ditanya oleh Ya’qub bin Ja’far kenapa al-Shaffat, padahal sebelumnya kebiasannya adalah membaca Qs. Yasin. Imam Musa menjawab bahwa Qs. Al-Shaffat mempermudah kesulitan mayyit menghadapi maut. Ibnu Taimiyyah sendiri dalam al-Ikhtiyarat sendiri membenarkan bacaan Yasin atas orang yang menghadapi ajal.
Nisa Sabyan bukan hanya nanyiannya yang sudah mulai boring, tapi tingkahnya ikut2an menyebarkan sejenis faham takfirisme juga njembeki.
Ahmad Mustafit