28.6 C
Jakarta

Tafsir Surat Yunus Ayat 12: Karakter Manusia, Banyak Berdoa Ketika Terkena Musibah, Lupa Diri Ketika Diberi Nikmat

Artikel Trending

Asas-asas IslamTafsirTafsir Surat Yunus Ayat 12: Karakter Manusia, Banyak Berdoa Ketika Terkena Musibah,...
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com –  Salah satu hal yang diperintahkan Tuhan kepada manusia adalah untuk mengenal diri sendiri. Karena dengan mengenal dirinya dengan baik maka ia akan mudah pula mengenal tuhannya. Perlu diketahui bersama bahwa salah satu karakter manusia pada umumnya adalah suka mengeluh atau memperbanyak doa ketika terkena musibah, dan lupa akan tuhan ketika musibah itu dihilangkan darinya.

Dalam Surat Yunus ayat 12, Allah menerangkan dengan baik salah satu karakter manusia ini.

وَاِذَا مَسَّ الْاِنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْۢبِهٖٓ اَوْ قَاعِدًا اَوْ قَاۤىِٕمًا ۚفَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهٗ مَرَّ كَاَنْ لَّمْ يَدْعُنَآ اِلٰى ضُرٍّ مَّسَّهٗۗ كَذٰلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِيْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ 

Artinya: “Apabila manusia ditimpa kesusahan, dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri. Namun, setelah Kami hilangkan kesusahan itu darinya, dia kembali (ke jalan yang sesat) seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) kesusahan yang telah menimpanya. Demikianlah, dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas itu apa yang selalu mereka kerjakan.”

Dalam tafsir Al-Misbah, Prof Quraish Shihab menjelaskan bahwa apabila manusia mendapat musibah yang menimpa diri, harta, atau apa saja yang berkaitan dengan dirinya, seketika dirinya merasa lemah. Dia lalu berdoa kepada Tuhannya dalam segala keadaan, dengan berbaring, duduk atau berdiri, agar Allah menghilangkan cobaan itu. 

Tetapi, ketika Allah mengabulkannya dengan menghilangkan cobaan yang menimpa darinya, ia segera meninggalkan Allah dan meneruskan kedurhakaannya serta lupa akan karunia Allah pada dirinya. Seakan-akan ia tidak pernah tertimpa musibah dan tidak pernah berdoa meminta kepada Allah untuk menghilangkannya. Dengan cara seperti inilah setan menghias perbuatan jelek dan kebatilan yang orang-orang kafir lakukan.

Sementera itu dalam Tafsir Kemenag dijelaskan bahwa kharakter manusia seperti diatas menunjukkan kelemahan – kelemahan manusia. Dan menunjukkan ketergantungan manusia kepada rahmat dan karunia Tuhan Pencipta dan Yang Mengatur kehidupannya. Karena itu hendaklah orang-orang yang beriman ingat dan jangan lupa kepada Pencipta dan Pengawasnya, baik dalam keadaan kesulitan dan bahaya, maupun dalam keadaan lapang dan senang. Semua itu merupakan cobaan Tuhan kepada hamba-hamba-Nya untuk menguji kekuatan iman mereka.

BACA JUGA  Membangun Jembatan Makna: Kontribusi Semantik Al-Qur’an terhadap Penafsiran

Orang yang berhasil mengatasi segala cobaan yang dialaminya baik berupa kesulitan maupun kesenangan, mereka itulah yang berhak memperoleh kebahagiaan abadi di dunia dan di akhirat.

Pada umumnya karakter manusia adalah seperti yang digambarkan pada ayat diatas. Yaitu banyak mengeluh dan berdoa ketika terkena musibah dan lupa ketika musibah itu dicabut. Oleh karenanya dalam hadisnya, Rasulullah dengan tegas memerintahkan kepada orang beriman untuk bersabar ketika terkena musibah. Dan untuk bersyukur ketika mendapatkan nikmat. Karena hal demikian merupakan kebaikan dan hal yang amat menakjubkan bagi orang yang beriman.

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ. إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Artinya: “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)

Walhasil sebagai orang yang mengaku beriman kepada Allah sudah sepatutnya untuk mengamalkan dalam diri bersabar ketika terkena musibah dan bersyukur ketika mendapat nikmat. Dan bukan malah melakukan karakter manusia seperti yang diungkap dalam Surat Yunus, Ayat 12 diatas, Wallahu A’lam Bishowab.

Ahmad Khalwani, M.Hum
Ahmad Khalwani, M.Hum
Penikmat Kajian Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru