30.9 C
Jakarta

Tafsir Jalalain yang Membumi di Pesantren

Artikel Trending

Asas-asas IslamAl-Qur’anTafsir Jalalain yang Membumi di Pesantren
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Penulis masih teringat ketika mangaji ttudang (bahasa Bugis bermaksud duduk bersila di hadapan Anregurutta yang mengajar) kitab-kitab kuning (turath) di Pondok Pesantren Darud Dakwah Wal Irssyad (DDI) Pattojo, Soppeng, Sulawesi Selatan 15 tahun yang lalu. Di antara kitab yang kami baca adalah Tafsir Jalalain. Penulis yang duduk mengaji di pondok ini selama 6 tahun lebih telah menamatkan kitab tafsir ini lebih dari 2 kali. Kitab ini pun sampai sekarang diajarkan di pondok ini secara turun-temurun seolah-olah warisan yang harus dilestarikan. Kebanyakan pondok pesantren di antero Nusantara ini menganjarkan Tafsir Jalalain kepada santri. Menurut Muhammad Fadhillah Jamaluddin (2014) dalam kajiannya terhadap pengajian Tafsir Jalalain dan pengaruhnya di Dayah Tradisional Kabupaten Acheh Besar, Tafsir Jalalain sangat mudah ditemui di Aceh baik naskah yang berbahasa Arab ataupun yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kebanyakan toko-toko buku menjual tafsir ini karena minat masyarakat Aceh terlalu besar untuk mempelajarinya. Pondok-pondok di Malaysia pun tidak ketinggalan, mereka juga mengajarkan tafsir ini kepada santri yang mondok. Menurut Fakhrul Razi Wan Mohamad et al (2019), Tafsir Jalalain juga diajarkan di Pondok Moden Bachok di Kelantan. Tafsir Jalalain di pondok moden ini diajarkan dalam dua sesi pembelajaran, yaitu Tafsir 1 dan Tafsir 2. Tafsir 1 merangkumi pembelajaran terhadap sebagian surah-surah al-Quran bermula  daripada surah al-Hujurat hingga surah al-Qalam. Tafsir 2 meliputi tafsir surah al-Mulk hingga surah al-Nas dan surah al- Fatihah.

Apakah keistimewaan yang dimiliki Tafsir Jalalain sehingga ia membumi sedemikian kuat di pondok pesantrean di antero Nusantara?

Tafsir Jalalain sebenarnya ditulis oleh dua orang ulama Mesir yang terkenal, yaitu Jalaluddin al-Mahalli, Muhammad bin Ahmad (w. 864 H) dan Jalaluddin al-Suyuti, Abdurrahman bin Abi Bakr bin Muhammad  (w. 911 H). Jalaluddin al-Mahalli menulis tafsir ini bermula dari surah al-Kahfi hingga surah al-Nas. Ketika beliau berniat untuk menyempurnakan tafsir ini dengan menulis tafsir surah al-Fatihah dan surah lain, beliau meninggal dunia. Oleh itu, Jalaluddin al-Suyuti menyempurnakan penulisan tafsir ini bermula dari tafsir surah al-Baqarah hingga surah al-Isra’. Perlu diketahui bahwa corak penulisan kedua ulama ini dalam tafsir tersebut adalah sama dan hampir sukar dibedakan, bahkan sedikit sekali perbedaannya kecuali di beberapa tempat. Jalaluddin al-Suyuti yang menyempurnakan penulisan tafsir ini menjaga baik metode penulisan yang digagas  oleh Jalaluddin al-Mahalli. Sungguh sangat sukar menjaga gaya penulisan sebuah karya tafsir, namun Jalaluddin al-Suyuti berhasil melakukannya.

BACA JUGA  Saat Ramadhan, Ini Waktu Utama untuk Membaca Al-Qur'an

Menurut pandangan penulis, tafsir ini diminati ramai oleh kebanyakan pondok di antero Nusantara karena tafsir ini sangat ringkas seolah-olah seperti kamus kosa kata al-Quran. Sungguh sangat sesuai dengan keperluan santri yang ingin menguasai kosa kata al-Quran. Saya masih teringat dengan pesan rahimahullah syekh kami di Universitas Al-Azhar, Prof Dr Jum’ah Ali Abdul Qadir, “Kalian ini yang sedang belajar tafsir di Program Master seharusnya sudah menamatkan bacaan Tafsir Jalalain dan Tafsir Ibn Kathir. Kedua tafsir itu adalah asas bagi kalian sebelum mempelajari tafsir-tafsir besar seperti Tafsir al-Razi.”

Selain itu, Tafsir Jalalain tidak banyak bermain dengan masalah-masalah bahasa seperti i’rab kecuali untuk menjelaskan makna dan itu pun sangat ringkas. Kemudian, tafsir ini langsung memilih untuk para pembaca pendapat ulama tafsir yang paling kuat dalam suatu masalah. Selanjutnya, tafsir ini sangat teliti dalam membahasakan maksud ayat dengan bahasa yang mudah dipahami oleh semua orang. Tafsir ini juga hanya menyebutkan qiraat al-Quran yang muktabar dengan ringkas. Kesimpulannya, tafsir ini sungguh sangat baik bagi pemula yang ingin belajar tafsir karena tafsir ini akan memberinya kemahiran dalam penguasaan kosa kata al-Quran.

Keistimewaan yang dimiliki Tafsir Jalalain menarik perhatian ulama tafsir lain untuk memberikan penjelasan lebih lanjut dalam bentuk komentar seperti Hasyiyah al-Jamal (حاشية الجمال)  yang ditulis oleh Syekh Sulaiman al-Jamal (w. 1204 H) dan Hasyiyah al-Sawi (حاشية الصاوي)  yang ditulis oleh Syekh Ahmad bin Muhammad al-Sawi (w. 1241 H).

Dr. Muhammad Widus Sempo, Dosen Senior (Senior Lecturer) Fakulti Pengajian Quran dan Sunnah, Universiti Sains Islam Malaysia (USIM). E-mail: [email protected] dan  [email protected]

 

 

 

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru