30 C
Jakarta

Syariat Itu Lucu, Benarkah?

Artikel Trending

Asas-asas IslamSyariahSyariat Itu Lucu, Benarkah?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sudah berapa persen kita bersyariat? Ketika kita melihat sampah bertulisan “organik” dan “anorganik” kita lebih memilih membuang sampah diluar tempatnya, di sekelilingnya. Kita menganggap sekitar tempat sampah juga bagian dan tempat sampah itu sendiri. Dan justru merasa lucu jika melihat ada orang memilah milah sampahnya untuk dipisahkan antara organik dan anorganik. Dengan dalih, jika sampai Tukang sampah pun tetap dijadikan satu juga

“Kalau kita menerapkan syari’at yang benar malah kelihatan lucu lho mas.” Begitu kata ustadz Ardiana rohimahullah kepada saya dan teman-teman, dalam artian “Dari pandangan orang awam.” Yang mana sebelum itu beliau menaruh sutrah berupa ember di depannya ketika sholat malah ada yang ngambil. Memang. banyak yang telah melupakan atau tidak tahu akan sunnah tersebut (sutrah). Dan banyak sunnah-sunnah lainnya tentunya. Bahkan, kita tidak tahu, dan tidak mau mencari tahu, seolah agama kita sudah cukup sampai sini saja. Yang lebih parah lagi kita menjadikan sunnah sebagai olok olok, mencaci, memaki dan mengkritik orang yang baru belajar dan mencoba dengan sungguh-sungguh yang ia bisa untuk menerapkan sunnah, Banyak contohnya. Seperti cadar, jilbab besar, celana cingkrang, jenggot, tidak mau menyentuh lawan jenis non mahrom (padahal dikatakan ditusuk kepalanya dengan besi panas, lebih mending dari menyentuh lawan jenis non mahrom) dan sebagainya. Apalagi dengan menudingkan jari dan berteriak “Dia mabuk agama dan bukan golongan kita.”

Pernah mendengar kalimat “Dunia dan akhirat harus seimbang, 50:50”? Itu hanya kalimat bualan, kalimat kedustaan kepada Allah yang maksud aslinya adalah “Akhirat nggak penting, dunia harus diutamakan.” Biasanya disampaikan kepada orang yang dirasa sholatnya terlalu banyak, puasa terlalu sering, belajar agama terlalu tekun, terlalu menutup aurat, terlalu taat akan perintah Allah dan terlalu takut berbuat maksiat. Kalimat itu dijadikan dalih ketika memburu dunia dan mencukup seadanyakan akhirat. Allah berfirman:

مَنۡ كَانَ يُرِيۡدُ الۡحَيٰوةَ الدُّنۡيَا وَ زِيۡنَتَهَا نُوَفِّ اِلَيۡهِمۡ اَعۡمَالَهُمۡ فِيۡهَا وَهُمۡ فِيۡهَا لَا يُبۡخَسُوۡنَ‏ ١٥ اُولٰٓٮِٕكَ الَّذِيۡنَ لَـيۡسَ لَهُمۡ فِىۡ الۡاٰخِرَةِ اِلَّا النَّارُ‌ ‌ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوۡا فِيۡهَا وَبٰطِلٌ مَّا كَانُوۡا يَعۡمَلُوۡنَ

“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.”

Perintah Allah jelas. menyuruh manusia agar mengutamakan akhirat jauh diatas dunia.

Coba renungkan, Kalaupun kalimat “Dunia dan akhirat harus seimbang. 50:50” adalah benar, coba cek pada diri kita, apakah sudah benar seimbang antara dunia dan akhirat kita?. Berapa jam yang kita sediakan untuk belajar Ilmu dunia, berbandingkan dengan berapa jam kita belajar agama? Kita semangat mewujudkan cita-cita, cita-cita dunia, seimbangkah dibanding semangat kita untuk masuk surga dan menjauhi neraka? Cinta kita kepada anak, istri, saudara, sahabat, harta dan diri sendiri atau apapun yang sejatinya milik Allah, apakah seimbang dengan cinta kita kepada Allah, Rasulullah dan syari’atnya? Yang mana kita masih nyaman bermaksiat dan Allah Maha Pengampun.

BACA JUGA  Apakah Menelan Dahak Membatalkan Puasa?

Syariat itu lucu, kalau harus disesuaikan dengan akal kita. Syari’at itu lucu, kalau harus disesuaikan dengan nafsu kita. Akan kita tertawakan orang yang benar-benar berpegang pada syariat, tentu karena kebodohan kita. Cinta kita kepada wanita, tidak boleh melebihi cinta kepada Allah. Dan nafsu kita akan berteriak “Hati mana yang kuat?” Contoh saja, ketika dipanggil gebetan dengan “P” kita langsung semangat membalasnya, berbeda dengan panggilan Allah akan sholat 5 waktu. Semangat? Padahal cewek yang belum mahrom belum boleh mendapat hati atau rasa cinta sedikitpun dari kita, haram, dosa. Justru, ketika ada gerakan #indonesiatanpapacaran, ramai ramai massa jahil menghujatnya.

Virus Wahn (cinta dunia, takut mati)

Rasulullah bersabda “Hampir tiba masanya kallan diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya. “Apakah karena sedikitnya jumlah kita?”  “Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al Wahan.” Seseorang bertanya “Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi shallallahu alaih wa sallom bersabda “Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)

Kita makhluk akhir zaman ya ikhwah. Jangan tertawakan saya karena memakai kata ikhwah. Kesempatan masuk surga semakin sedikit. Dari sekian banyak orang yang islam, hanya sedikit yang benar-benar kuat imannya. Sisanya, punya penyakit Wahn.

Contoh konkrit saja, ketika tersebar wabah corona, kepanikan massa dimana-mana, masker langka, orang melakukan segala cara agar terhindar darinya. Kenapa tidak berlaku kepada syariat yang lucu ini? Ketika ada ancaman neraka (hal yang jauh lebih mengerikan dari mati) semuanya biasa saja. Bahkan, ada yang bilang “Di neraka dulu sebentar tidak apa apa.”  Atau orang yang rela menggadaikan akhiratnya demi dunia dan bilang “Saya di neraka tidak apa-apa.” Ingat!, tidak ada siksa yang ringan dan tidak ada dosa yang tidak dibalas.

Mohammad Asmudy Amirulloh

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru