32.9 C
Jakarta

Spiritualitas Baru di Era New Normal

Artikel Trending

KhazanahSpiritualitas Baru di Era New Normal
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Wabah virus corona memberikan imbas pada semua sisi kehidupan, baik dalam ranah pendidikan, agama, ekonomi, maupun politik. Untuk memutus rantai penyebaran virus corona, pembatasan  jarak (physical distancing) diperlukan, padahal keempat ranah tersebut banyak menyandarkan pada keterlibatan banyak orang. Di negara-negara yang religius, posisi agama menjadi penting, bukan hanya sebagai ranah yang terkena dampak virus corona, namun bagaimana agama bisa berperan positif dalam memerangi virus corona.

Wabah virus corona memaksa para tokoh agama untuk mendesain ulang penyelenggaraan ibadah. Tokoh-tokoh agama Islam, terutama sekali yang tergabung dalam MUI, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, memberikan acuan bagi masyarakat dalam menyelenggarakan ibadah. Mereka ini menekankan bahwa shalat jamaah di masjid hendaknya dikurangi demi menghindari penyebaran virus corona. Sholat jumat pun yang bersifat wajib dan biasanya diselenggarakan di masjid diperbolehkan untuk diganti dengan sholat dhuhur di rumah.

Wacana new normal yang disampaikan oleh pemerintah sejak akhir Mei terutama sekali untuk pemulihan ekonomi yang terhantam oleh badai virus corona. Namun pemerintah sendiri menekankan bahwa ranah pendidikan dan ranah agama adalah ranah yang perlu pertimbangan khusus  untuk pelaksanaan new normal dalam waktu dekat, demi keselamatan bangsa.  Dalam ranah agama, ibadah berjamah bisa diselenggarakan dengan protokoler kesehatan yang ketat.

Era new normal adalah sebuah fase peralihan (liminal), di mana penyebaran virus corona sudah relatif terkendali. Dan hal ini membutuhkan partisipasi dari semua elemen masyarakat untuk menekan penyebaran virus corona. Jangan sampai new normal membuat semua orang lengah, berlomba-lomba memanfaatkan kebebasan untuk melakukan aktivitasnya masing-masing. Alangkah elegannya bila umat Islam menjadi teladan dalam memutus penyebaran virus corona. Ajaran-ajaran Islam tentang bersuci (thoharah) sangatlah relevan untuk memutus penyebaran virus corona, dan akan lebih bermanfaat bagi bangsa jika dibarengi dengan kelegawaan untuk mematuhi protokoler kesehatan terkait covid 19 terutama terkait physical distancing.

Umat Islam saat tanggap darurat Covid-19 diharapkan untuk legawa, untuk sementara waktu menyelenggarakan ibadah di rumah, sekalipun kerinduan mereka pada masjid sangat tinggi. Mereka diharapkan menyelenggarakan ibadah di rumah. Dari sisi ini, ada sisi positif yang bisa dikembangkan oleh keluarga Muslim, yakni munculnya keluarga sebagai pusat peradaban dan pendidikan Islam.

Wabah corona seharusnya membuat umat Islam berpikir reflektif dan merenungi laku ibadahnya, Ibadah yang diselenggarakan oleh umat Islam selayaknya selaras dengan prinsip kemaslahatan manusia, karena agama itu diturunkan untuk kemaslahatan manusia. Ibadah tidak harus dilaksanakan secara kaku tanpa melihat konteks keselamatan dan kemaslahatan.

Covid -19 seharusnya membuat umat Islam menjadi sadar bahwa ada yang lebih penting daripada “kecintaan pada masjid”, yakni “kecintaan pada Allah”. Kecintaan pada Allah adalah suatu hal yang paling mendasar dalam laku beragama. Cinta adalah urusan hati. Muslim sejati tentu tidak akan merasa berkurang keimanannya hanya karena sementara waktu tidak bisa melaksanakan sholat jamaah di masjid. Hal ini selaras dengan pernyataan para tokoh Sufi bahwa ‘qalb al-mu’min baitullah’ (hati seorang mu’min adalah rumah Allah).

BACA JUGA  Perang Gaza dan Matinya Kemanusiaan di Barat

Di era new normal ini alangkah baiknya bila umat Islam mengembangkan pola keberagamaan yang lebih substantif, yakni pola keberagaman yang bertumpukan pada pengayaan pengalaman batin dan spiritualitas yang mendalam (esoterisme). Umat Islam seperti ini tidak akan tergoda pada isu-isu yang tidak relevan semisal bahwa penutupan masjid adalah bentuk sabotase oleh rezim anti-Islam.

Esoterisme dalam khasanah Islam terutama sekali terlihat dalam tradisi tasawuf. Tasawuf adalah bentuk keberagaman Islam yang menekankan pada kekayaan pengalaman batin. Keberagamaan ini dalam konteks kemunculannya seringkali menjadi alternatif bagi pola keberagamaan yang mengandalkan pada pengalaman lahir, yang seringkali menimbulkan keberagamaan yang formalistik. Bagi pengikut pola keberagaman yang formalistik, terwujudnya simbol-simbol keagamaan lebih penting dari pada yang lainnya.

Sebalikya, keberagamaan yang esoteris lebih mengacu pada hal-hal yang substansial. Ditutupnya masjid dari kegiatan sholat berjamaah tidak menjadikan mereka kecil hati. Namun sebaliknya itu adalah sumbangsih dari umat Islam untuk memutus rantai penyebaran covid 19. Mereka bisa melihat hal itu secara positif. Ada saatnya umat Islam di saat jeda sholat jamaah tersebut merenungi tujuan dan dampak ibadahnya, apakah ibadahnya berdampak pada penguatan spiritual dan  kemaslahatan manusia.

Lebih lanjut, alangkah indahnya bila umat Islam bisa mengembangkan “spiritualitas baru” (new spirituality).  “Spiritualitas baru” ini bisa menjadi alternatif dari spiritualitas yang bersifat eksklusif (untuk tidak mengatakan ‘egoistik’), misalnya  beribadah hanya demi kepuasan batin semata, dan berkomunikasi dengan Tuhan hanya demi memenuhi dahaga spiritual semata. ‘Spiritualitas baru’ idealnya memberi ruang pada berkembangnya penghayatan dan pengalaman batin yang selaras dengan kemaslahatan umat manusia. Sudah saatnya spiritualitas itu tidak hanya dinikmati sendiri namun ada dampaknya bagi kemaslahatan umat manusia. Sebuah spiritualitas yang sangat sadar dan responsif terhadap persoalan-persoalan kesehatan, lingkungan dan masa depan umat manusia secara umum. Sebuah spiritualitas yang bukan saja meningkatkan imunitas pelakunya, namun bisa memberi energi dan kontribusi positif bagi pemecahan masalah bangsa, terutama sekali dalam memutus rantai penyebaran virus corona.

Oleh: Prof. Dr. phil. Asfa Widiyanto, M.A.

Guru Besar dan Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga, alumnus Universitas Bonn, Jerman dan Universitas Leiden, Belanda.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru