28 C
Jakarta

Spirit Perdamaian di Bulan Ramadhan

Artikel Trending

KhazanahOpiniSpirit Perdamaian di Bulan Ramadhan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Tidak terasa, bulan Ramadhan sudah sampai di sepuluh hari terakhir. Terdapat pesan tersirat dari perintah puasa Ramadhan untuk seluruh umat manusia. Kalau dilihat lebih rinci, ada kesan bahwa dalam ibadah puasa terdapat keutamaan yang sangat besar dan berharga bagi umat manusia. Dengan mengambil makna al-imsak, puasa Ramadhan dapat diartikan sebagai menahan, menahan diri dari segala hal yang menimbulkan keburukan.

Dalam pelaksanaannya, ada orang yang meniatkan puasa Ramadhan untuk diet, menuntut ilmu tertentu, dan menyehatkan badan. Selain itu, ada juga yang berpuasa karena riya, sehingga dia bersifat sombong dan tidak mau menerima pendapat dari orang lain. Orang ini dipandang sebagai orang yang tidak bisa mengendalikan egonya dan merasa menang sendiri.

Sebagai makhluk fisik, selain mempunyai kebutuhan fisik seperti makan dan minum, manusia juga mempunyai kebutuhan rohani seperti berdekatan dengan tuhannya, cinta kedamaian, dan tenggelam didominasi hawa nafsu. Memang tidak bisa dipungkiri kebutuhan akan makan, minum, tamak, haus kekuasaan, dan kebutuhan seksual sering muncul setiap saat.

Namun, justru sifat inilah yang menyebabkan manusia tega untuk menumpahkan darah saudaranya sendiri seperti kasus bom dan penembakan yang belakangan ini sering terjadi.

Segala bentuk konflik dan peperangan sejatinya muncul karena keadaan manusia yang tidak mampu mengendalikan emosi dan hawa nafsunya. Akhirnya bumi tidak lagi damai dan dipenuhi dengan peperangan. Hubungan antarnegara diwarnai rasa curiga, sehingga seorang teman sekalipun dianggap sebagai seorang musuh yang patut dicurigai karena bisa menyerang kapan dan di mana saja. Akhirnya kata sapaan tidak lagi terdengar di antara mereka, karena telah tenggelam dalam bumbu kecurigaan.

Dengan keadaan yang seperti ini, Allah menganjurkan manusia untuk berpuasa sebagai sarana untuk melatih hawa nafsu. Dengan berpuasa, manusia akan menyadari hakikat dirinya dan tanpa sadar akan mengarahkan dirinya menjadi manusia yang lebih beradab dan berperasaan. Dengan begitu, dirinya akan benar-benar memperjuangkan agama demi kebenaran dan kemanusiaan, bukan demi jabatan ataupun kekuasaan.

Selain itu, puasa Ramadhan juga dapat menjadikan pelakunya bersikap egaliter, maksudnya pelakunya akan lebih menonjolkan toleransi dalam menjalani kehidupannya. Orang yang berpuasa akan menyadari bahwa Allah tidak membedakan makhluknya berdasarkan hal-hal yang bersifat duniawi. Melalui perintah yang diturunkan melalui Nabinya, Allah tidak pernah membedakan perintahnya antara orang kaya dan orang miskin. Semua perintahnya bersifat universal, artinya semua umat diperintahkan untuk melakukan hal yang sama.

BACA JUGA  Ini Kriteria Profetik Calon Pemimpin yang Wajib Diketahui

Puasa Ramadhan juga dapat membuat pelakunya lebih inklusif terhadap pemeluk agama lain. Melalui buku-buku sejarah, kita mengetahui bahwa puasa tidak hanya dijalankan oleh umat Islam saja, melainkan hampir semua agama melakukan ibadah puasa. Selain itu, perintah puasa telah lama diturunkan oleh Allah dari nabi pertama hingga nabi terakhir. Sehingga untuk menciptakan persatuan akan lebih mudah karena hampir semua umat melakukan hal yang sama.

Dengan demikian, sebetulnya kedatangan bulan Ramadlan tahun mengajak semua umat beragama untuk mengaca diri dan melakukan segala bentuk penghayatan terhadap nilai-nilai puasa. Meskipun secara spesifik perintah puasa ditunjukkan kepada umat Islam, namun sejatinya umat beragama lainnya merasa terpanggil dan ikut melakukan dan mendalami nilai-nilai puasa. Bagaimanapun juga meraka merasa terpanggil dengan perintah puasa yang diturunkan.

Terlepas dari agama apa pun yang dianut, perintah puasa sebenarnya diperuntukkan Allah swt untuk seluruh manusia. Dengan katra lain, seandainya agama tidak memerintahkan untuk berpuasa, manusia harus menjadikan puasa sebagai sebuah kewajiban. Sebabnya, puasa melatih manusia untuk mengendalikan hawa nafsunya yang cenderung mengarahkan kepada keburukan. Jika manusia mampu mengendalikan hawa nafsunya, segala bentuk kekerasan seperti pengeboman dan penembakan akan dapat terhindarkan.

Seluruh rangkaian kejahatan, akan bisa dihentikan dengan adanya pengekangan nafsu dengan penguatan spirilitualitas. Dan pada akhirnya, puasa bisa menjadi ladang penahan keburukan bagi manusia. Menjadi pendongkrak kebaikan karena keberlimpahan pahala yang dijanjikan. Dalam beberapa ayat Al-Qur’an, bisa ditemukan dengan mudah adanya keutamaan-keutamaan dalam setiap rangkaian ibadah. Setiap ibadah akan dinilai berlipat ganda karena datangnya bulan Ramadhan.

Begitu pula, pintu ampunan dibuka selebar-lebarnya untuk memeluk ribuan manusia dalam gelora kebaikan. Semoga Ramadhan tahun ini bisa mempererat tali kemanusiaan. Dan semoga Rammadhan tahun ini bisa menarik banyak orang ke dalam pintu tobat, beralih pada jalan-jalan kebaikan. Spirit perdamaian di bulan Ramadhan harus kita amalkan bersama-sama.

M. Nur Faizi
M. Nur Faizi
Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Bergiat sebagai reporter di LPM Metamorfosa, Belajar agama di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru