29 C
Jakarta

Sikap Orang Madura Menghadapi Virus Corona

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanSikap Orang Madura Menghadapi Virus Corona
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sekitar sebulan sebelum Ramadhan saya masih di kawasan Ciputat, dekat Jakarta Selatan—Konon dulunya Jakarta. Rencananya, pulang kampung alias “pulkam” menjelang hari Raya Idhul Fitri. Saya pengin bekerja dan bekerja dulu.

Sayang, rencana itu tidak berjalan mulus. Karena, Indonesia, lebih-lebih Jakarta sedang dilanda wabah Virus Corona. Mulanya virus ini menyerang dua orang warga negara Indonesia. Selang berjalannya waktu wabah ini semakin menelan banyak korban, hingga ratusan orang.

Melihat angka korban yang semakin melesat, entah dari kalangan rakyat biasa, artis, maupun pemerintah sendiri, Presiden Indonesia Jokowi segera mengambil sikap untuk mencegah wabah ini. Sikap Presiden ini merupakan bentuk ikhtiar yang tergambar dalam surah al-Fatihah: Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. (QS. al-Fatihah/1: 5).

Surah al-Fatihah tersebut memberikan pesan bahwa meminta pertolongan (doa) seharusnya dilakukan setelah melakukan ikhtiar (menyembah). Surah ini sesungguhnya mengedukasi semua manusia hendaknya tidak melupakan ikhtiar/usaha sebelum berdoa. Sebaliknya, manusia sebaiknya tidak menuhankan ikhtiar tanpa berdoa. Hal yang paling baik adalah mempertemukan dua sisi ini: ikhtiar dan doa.

Setelah Jakarta berada pada zona merah, ditambah lagi banyak masyarakat rantau pulang kampung, saya mulai ikut pulang kampung juga. Saya khawatir Jakarta di-lockdown, sehingga tidak bisa pulang. Saya pengin merayakan Idhul Fitri bersama keluarga. Untuk bekerja, saya bisa dari rumah di kampung.

Begitu sampai di rumah saya melakukan karantina selama empat belas hari di rumah. Keluar rumah hanya untuk mandi, makan, dan belanja sembako. Sementara, tetangga saya melihat sikap saya ini beragam. Ada yang memahami secara kaca mata freewill, kehendak bebas untuk lebih mengutamakan usaha. Ada pula yang yang memahami dengan kaca mata fatalistik, sehingga hanya mencukupkan berdoa atau tawakal tanpa mempedulikan karantina.

BACA JUGA  Mengapa Konsep Perubahan Penting Ditegakkan di Negeri Ini?

Saya melihat masyarakat Madura lebih cenderung fatalistik menghadapi wabah Virus Corona. Masyarakat lebih memperbanyak berdoa, meski ikhtiar mereka jauh dari maksimal. Mereka mempercayai doa adalah satu-satunya cara untuk mencegah penyakit atau bahaya, termasuk Virus Corona. Apalagi mereka mendapat dukungan langsung dari firman Allah: Berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkannya. (QS. al-Mukmin/40: 60).

Sikap berdoa sebagai bentuk tawakal adalah ikhtiar manusia melalui jalan vertikal, ketuhanan. Masyarakat Madura sangat mempercayai secara total pertolongan Tuhan. Sebab, pertolongan Tuhan berada di atas segalanya. Sehingga, sikap tawakal ini adalah cara yang paling benar, dibandingkan mempercayai imbauan tenaga medis: pakai masker, sering cuci tangan, dan social distancing, menjaga jarak.

Sikap tawakal ini sebenarnya didasarkan pada pesan Al-Qur’an: Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS. Ali Imran/3: 159). Tawakal adalah cara paling baik untuk menghilangkan rasa panik.

Sikap masyarakat Madura, bagi saya, penting mendapat evaluasi. Karena, berpangku pada doa saja tanpa tawakal adalah sebuah pengharapan yang keliru. Begitu pula, menuhankan usaha tanpa tawakal adalah sikap yang sombong. Sebaiknya, masyarakat Madura menyeimbangkan antara doa dan usaha. Ibnu Hibban berpesan: Ikatlah untamu dan bertawakallah. Disebutkan pula dalam surah ar-Ra’d ayat 11: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka.

Melihat pentingnya menghadirkan doa dan usaha dalam menghadapi Virus Corona, masyarakat Madura hendaknya waspada tapi jangan panik. Kewaspadaan ini dengan cara menerapkan social distancing, sedang kepanikan hendaknya diatasi dengan doa. Pasrahkanlah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala usaha yang telah dilakukan. Tuhan Maha Tahu seberapa besar usaha hamba-Nya.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru