31.7 C
Jakarta

Siapakah Sebenarnya “di balik” Sikap Ekstrem Prabowo dan Sandi?

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanSiapakah Sebenarnya “di balik” Sikap Ekstrem Prabowo dan Sandi?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Semenjak beberapa hari di desa aroma Pilpres semakin tidak tercium. Masyarakat pedesaan bersikap “bodo amat” dihadapkan dengan kisruh pasca Pilpres yang tak berkesudahan. Masyarakat lebih disibukkan dengan bekerja dan bekerja daripada berbuat makar di belahan Nusantara.

Hanya sebagian kecil yang mengikuti berita kisruh pasca Pilpres di pedesaan. Beda hal, masyarakat perkotaan, lebih-lebih masyarakat Jakarta, masih aktif dan update mengikuti berita kisruh pasca Pilpres hari demi hari. Masyarakat milenial yang interaksinya lebih banyak di media sosial atau medsos merasa dan merespons isu kisruh sekte Prabowo-Sandi mulai tercium aroma makarnya. Netizen mulai jenuh digiring sana-sini dengan narasi yang dibumbui kata-kata hoax. Tak heran hujatan demi hujatan berhamburan di laman komentar.

Saya sudah sebutkan pada tulisan sebelumnya, bahwa sikap people power yang dalangnya adalah sekte Prabowo-Sandi merupakan gambaran dari sikap sekte Khawarij yang menolak sikap demokratis Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sufyan. Sekte Khawarij tidak menganut ideologi Sunni yang berpegang pada Islam moderat (wasathiyyah al-Islam). Karena, sekte ini gemar mengkafirkan dan menyesatkan perbedaan. Karenanya, sekte ini tidak diterima di Indonesia yang membutuhkan moderasi karena Indonesia termasuk negara pluralistik yang mencakup aneka perbedaan: agama, suku, ras, dan bahasa.

Kenapa sekte Prabowo-Sandi gemar bertindak ekstrem? Sederhananya, sekte ini dipengaruhi oleh kelompok Islam garis keras, seperti FPI, HTI, dan beberapa kelompok Islam garis keras yang lain. Beberapa bulan silam HTI sudah dihapus oleh pemerintah Indonesia, karena visi yang ditegakkannya bertentangan dengan spirit Indonesia yang menghendaki NKRI. HTI bersikeras menegakkan sistem khilafah dan bermaksud menghapus NKRI.

Kendati dihapus, ideologi HTI masih bergentanyangan. Legalitas organisasi berbasis Wahabi ini memang di-block, tapi soal ideologi sepertinya amat sangat sulit dilupakan. Tak heran, masih banyak penganut HTI yang berseliweran di bumi Nusantara. Sukanya mengampanyekan khilafah secara tersembunyi. Biasanya pengikut HTI serba tertutup, baik cara berpikirnya maupun cara bersikapnya. Ideologi memang sulit dilupakan dan diubah karena ia termasuk “anutan”, bukan “paham”.

BACA JUGA  Momen yang Tepat Kelompok Radikal Refleksi di Malam Lailatul Qadar

Organisasi FPI masih diakui legalitasnya di Indonesia. Pengikutnya lumayan banyak, terutama pengikut yang berasal dari pedesaan. Kuantitas pengikut FPI dapat dilihat saat aksi 212 dan aksi people power pasca Pilpres. Kendati mereka bukan semua secara legal dan terdaftar sebagai pengikut, tapi secara ideologis mereka sudah terbawa arus politik FPI. Memang FPI secara tegas mengakui NKRI, tapi sikap jihadnya cenderung sempit sehingga cara dan sikapnya terkesan ekstrem. Mereka klaim diri mereka sendiri mengaplikasikan Islam moderat, tapi mereka bertindak ekstrem. Sikap dan pengakuannya terkesan berlawanan. Bukankah itu tanda orang yang munafik?

Semangat FPI membangun Indonesia selalu membawa instrumen agama dalam segala bidang, lebih-lebih dalam persoalan politik. Menghubungkan agama dengan politik rentan menyulut konflik. Karena, agama seharusnya dibedakan dengan politik. Buktinya FPI menolak kepemimpinan Ahok karena faktor agama, bukan faktor leadership. Yang dibutuhkan dalam politik adalah leadership. Tidak penting agamanya apa bila mampu memimpin dan bertanggung jawab, maka layak dipilih sebagai pemimpin (leader).

Dakwah FPI yang cenderung ekstrem melukis wajah Indonesia tercoreng. Bukankah banyak yang dirugikan rakyat Indonesia akibat dakwah FPI yang menggunakan kedok sekte Prabowo-Sandi? Kerugian ini paling tidak terlihat dari pecahnya persatuan, putusnya tali persaudaraan, dan sempitnya ruang gerak persahabatan. Indonesia seakan terpecah menjadi dua kelompok: kelompok Kampret yang menuhankan Prabowo-Sandi dan kelompok Cebong yang mendukung Jokowi-Makruf.

Dari uraian tersebut, sekelumit dapat dicatat, bahwa sekte Prabowo-Sandi cenderung bersikap ekstrem karena mereka terintimidasi oleh kelompok Islam garis keras, seperti FPI dan HTI. Sekarang, tinggal pilih, mau Islam garis keras atau Islam moderat? Sedang, Nabi Muhammad Saw. sendiri menghendaki Islam moderat. Teladani Islam Nabi yang santun dan tidak menggurui.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru