(فرع) قال اصحابنا إذا صلي الفريضة في السفينة لم يجز له ترك القيام مع القدرة كما لو كان في البر وبه قال مالك واحمد وقال أبو حنيفة يجوز إذا كانت سائرة قال اصحابنا فان كان له عذر من دوران الرأس ونحوه جازت الفريضة قاعدا لانه عاجز فان هبت الريح وحولت السفينة فتحول وجهه عن القبلة وجب رده إلى القبلة ويبى علي صلاته بخلاف ما لو كان في البر وحول انسان وجهه عن القبلة قهرا فانه تبطل صلاته كما سبق بيانه قريبا قال القاضي حسين والفرق أن هذا في البر نادر وفى البحر غالب وربما تحولت في ساعة واحدة مرارا
[ CABANG ]
Berkata pengikut-pengikut as-Syaafi’i “Bila seseorang shalat diatas perahu tidak diperkenankan baginya meninggalkan shalat dalam keadaan berdiri bila ia mampu seperti halnya shalatnya didaratan, pendapat ini selaras dengan Imam Malik dan Ahmad sedang Imam Abu Hanifah membolehkannya saat perahunya telah berlayar”.
Berkata pengikut-pengikut as-Syaafi’i “Bila baginya ada halangan untuk menjalani shalat dalam perahu dengan berdiri semacam kepalanya berputar-putar dan lainnya maka boleh baginya menjalaninya dengan duduk, apabila angin bertiup membelokkan arah perahu dan memalingkan wajahnya dari kiblat maka wajib baginya kembali lagi menghadap kiblat dan meneruskan shalatnya berbeda saat ia shalat didaratan saat terdapat orang lain memalingkan wajahnya dari kiblat maka batal shalatnya seperti dalam keterangan yang telah lalu”.
Berkata alQaadhi Husain “Perbedaannya adalah kasus berpalingnya wajah didaratan langka sedang dilautan hal yang jamak dan dalam sesaat terkadang bisa berpaling wajahnya berulang-ulang”.
Sumber: http://www.piss-ktb.com/2012/02/429-sholat-di-atas-kapal-saat-berlayar.html?m=1