27.1 C
Jakarta

Serial Pengamatan Mantan Napiter (L-IV): Pengamatan Ustaz Haris Amir Falah terkait Munculnya Teroris Perempuan

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengamatan Mantan Napiter (L-IV): Pengamatan Ustaz Haris Amir Falah terkait Munculnya...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Meski tidak asing lagi di benak banyak orang, diakui atau tidak terorisme termasuk satu-satunya ideologi yang berbahaya. Terorisme bukan hanya menyasar orangtua yang dangkal pengetahuan keagamaannya, tetapi juga anak-anak milenial, generasi yang masih dibilang produktif dalam membangun masa depannya.

Seorang mantan teroris Haris Amir Falah membenarkan pengaruh ideologi terorisme telah merenggut anak milenial. Bahkan, katanya, yang paling mengejutkan ideologi ini banyak menyasar orang perempuan. Ustaz Haris sangat kaget tentunya melihat pengaruh terorisme yang cukup cepat. Karena, pada waktu gabung di lingkaran kelompok teroris, Ustaz Haris tidak pernah melibatkan aksi-aksi terorisme bagi perempuan.

Bukti keterlibatan perempuan dalam aksi-aksi terorisme dapat dilihat dalam beberapa peristiwa bejat ini di beberapa wilayah di Indonesia. Sebut saja, bom di Surabaya yang dilakukan oleh sekeluarga yang tentunya di situ ada perempuan, bom di Gereja Katedral Makassar yang dilakukan oleh pasangan suami istri, dan penembakan di Mabes Polri Jakarta Selatan yang dilakukan oleh seorang perempuan bernama Zakiah Aini.

Keterlibatan perempuan di dalam aksi-aksi terorisme merupakan sesuatu yang baru terjadi belakangan ini. Karena, perempuan sejauh akal sehat menjangkaunya tidak bakal melakukan tindakan keji itu. Perempuan sudah diciptakan oleh Tuhan dengan karakter yang lembut dan sangat penyayang. Kendati begitu, tidak menutup kemungkinan karakter baik ini akan terkalahkan oleh doktrin terorisme yang dapat mencuci otak perempuan.

Bahkan, Ustaz Haris menceritakan temannya yang ditinggalkan, bahkan dikafirkan oleh istrinya sendiri lantaran tidak ikut bergabung dalam jaringan terorisme. Jaringan terorisme yang dimaksud adalah Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang didirikan oleh napiter Aman Abdurrahman. JAD ini termasuk salah satu jaringan terorisme, yang dalam analisis mantan HTI Ayik Heriansyah, yang menyebabkan pasangan suami istri melakukan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar kemarin.

Pengamatan Ustaz Haris tersebut dapat dibenarkan dan tak terbantahkan. Dengan keterlibatan perempuan dalam jaringan terorisme, maka penting diperhatikan beberapa hal sebagai bentuk pencegahan: Pertama, penyetaraan hak perempuan dengan laki-laki. Maksudnya, perempuan hendaknya diperlakukan setara seperti laki-laki. Mungkin dengan penyetaraan ini perempuan mendapat hak yang sama untuk masa depannya. Semisal, hak untuk belajar tidak dibedakan dengan laki-laki. Terus, hak berpendapat diberi kebebasan persis seperti kebebasan yang diterima laki-laki.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXX): Eks Napiter Khoirul Ihwan Ternyata Pernah Gabung dengan HTI

Kedua, membentengi perempuan dengan pendidikan yang benar. Pendidikan yang benar di sini hendaknya dilihat dari sumber di mana seseorang belajar. Sumber di sini adalah guru. Guru yang bijaksana akan mengantarkan muridnya menuju masa depan yang baik. Sebaliknya, guru yang picik akan menggiring murid terjerumus dalam jurang kesesatan atau lebih tepatnya jaringan terorisme.

Perempuan dari dulu hingga sekarang masih banyak yang tidak mendapatkan pendidik yang benar. Karena, dalam benak orangtua, perempuan cukup sebatas di kasur, sumur, dan dapur. Padahal, agama tidak mengajarkan cara berpikir sempit ini. Agama membebaskan kepala siapapun, laki-laki dan perempuan, belajar sejauh dan setinggi pun. Karena, belajar ini dapat dilakukan oleh semua manusia tanpa terkecuali. Coba renungkan bunyi pesan Nabi: “Thalab al-ilm faridah ala kulli muslim wa muslimah. Mencari ilmu diharuskan bagi laki-laki dan perempuan muslim.”

Membatasi perempuan dalam belajar yang baik dan mendalam akan sangat rentan terjerumus dalam jaringan terorisme. Sebab, terorisme ini menyasar orang, termasuk perempuan, yang dangkal pengetahuan keagamaannya. Agama, bagi orang yang dangkal pengetahuannya, berkutat pada halal-haram, muslim-kafir, dan benar-sesat. Padahal, di dalam agama sendiri bukan sebatas itu saja. Di sana terdapat pelajaran cinta kasih yang harus dimiliki oleh semua pemeluk agama. Cinta ini dapat mengantarkan seseorang melihat orang seperti dirinya sendiri, sehingga di situ timbul cinta untuk saling menjaga, bukan merugikan satu sama lain.

Cerita yang dibagikan Ustaz Haris tersebut dapat dijadikan renungan bagi semua orang. Ustaz Haris bercerita tentu bukan mendongeng. Cerita ini diambil dari pengamatan. Apalagi, ia pernah terlibat dalam jaringan terorisme sebelum hijrah. Cerita ini tentu harus disikapi dengan positif dan lebih dari itu sebagai bentuk penebusan dosa sosial Ustaz Haris selama terjebak dalam jaringan terorisme.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru