30.1 C
Jakarta

Serial Pengakuan Mantan Teroris (XL-I): Sukanto Gabung di NII sejak SMA

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Mantan Teroris (XL-I): Sukanto Gabung di NII sejak SMA
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Menjadi muslim yang baik adalah cita-cita semua orang. Muslim yang baik persis seperti yang dikatakan Nabi, “Muslim (yang baik) itu adalah mereka yang menjaga lisan dan tangannya menyakiti orang lain.

Sayang, cita-cita mulia itu disalahpahami oleh banyak orang. Biasanya orang yang salah paham ini terjebak dalam paham radikal. Salah seorang yang terjebak paham menyesatkan ini adalah Sukanto, mantan Negara Islam Indonesia (NII).

Sukanto terjebak propaganda terorisme bermulai dari sejak SMA tahun 1996. Sukanto terdoktrin oleh orang-orang NII. Sukanto terjebak karena tidak memiliki dasar keagamaan yang kuat.

Biasanya, cerita Sukanto, orang yang terjebak paham NII adalah orang yang lemah dalam pengetahuan agama. Biasanya orang ini hanya sebatas tahu Islam adalah agama yang benar. Mereka tidak paham pemikiran yang menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya.

Islam misinya adalah menegakkan perdamaian di penjuru dunia. Perdamaian ini sejalan dengan makna kata “Islam“, yakni ” menebar perdamaian”. Orangnya adalah muslim. Jadi, orang yang belum menciptakan perdamaian termasuk belum muslim.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXIII): Badri Wijaya Terpapar Terorisme karena Ketidaktelitian Menerima Informasi

Orang-orang NII termasuk salah satu orang yang belum muslim. Karena, mereka belum menghadirkan misi perdamaian yang ditegakkan dalam Islam. Sekalipun, mereka getol menyebut dirinya paling muslim.

Sukanto menceritakan lebih lanjut, orang NII biasanya merekrut anggota dengan menyasar anak-anak yang pengetahuan keagamaannya rendah. Biasanya anak-anak ini ditemuin di sebuah kafe. Anak ini dicuci otaknya oleh banyak orang NII. Bisa jadi, tiga atau empat orang yang mendoktrin.

Anak didoktrin untuk membenarkan Negara Indonesia adalah thaghut (musuh Islam). Orang-orang yang ada di dalamnya adalah kafir. Terus, orang yang kafir halal darahnya dibunuh. Doktrin ini melekat begitu kuat di benak anak tersebut, sehingga mengantarkan anak itu menjadi teroris.

Saking tragisnya, doktrin itu mendorong anak itu menyesatkan orangtuanya sendiri. Karena itu, orangtua harus lebih waspada mendidik anaknya. Karena, paham radikal berwajah teroris belum punah. Sampai detik ini paham ini masih tumbuh subur di Indonesia. Sukanto sekarang udah bertaubat dan mengajak banyak orang memerangi terorisme.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru