25.4 C
Jakarta

Serial Pengakuan Mantan Napiter (L-VIII): Joko Triharmanto, Mantan Teroris yang Mendirikan Yayasan Sosial

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Mantan Napiter (L-VIII): Joko Triharmanto, Mantan Teroris yang Mendirikan Yayasan...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Terorisme telah memakan banyak korban, baik pelakunya sendiri maupun orang lain. Pelaku teror kebanyakan korban dari paham radikal, sehingga ia rela mengorbankan waktu, bahkan jiwanya dalam keadaan tidak sadar.

Seorang yang pernah terpapar paham radikal sampai menjadi teroris adalah Joko Triharmanto. Joko adalah seorang mantan narapidana teroris yang pernah mendekam di dalam penjara selama empat tahun.

Joko merupakan bagian dari para pelaku Bom Bali 1. Joko memiliki keahlian merakit bom. Sehingga, Joko mendapat kepercayaan sebagai tangan kanan gembong teroris Nordin M Toop.

Perkenalan Joko dengan paham radikal bermulai sejak duduk di bangku SMA. Joko sering ikut pengajian-pengajian yang mengarah kepada gerakan radikal. Lalu, pemahamannya makin mendalam saat kuliah di Solo sekitar tahun 1997.

Saat terjadi kerusuhan di Ambon tahun 1999 Joko datang ke sana dan melanjutkan ke Poso. Di dua tempat inilah Joko mulai mengenal gerakan teroris karena banyak bergaul dengan orang Indonesia yang baru pulang dari Afganistan.

Setelah konflik Ambon dan Poso selesai, Joko kembali ke Pulau Jawa bersama rombongan tokoh-tokoh Bom Bali seperti Imam Samudra dan Amrozi. Ketika di Jawa Joko bingung ilmu membuat bom mau dikemanakan.

Akhirnya, Joko menemukan ide untuk membuat bom dan mempraktikkan di Bali. Sehingga, terjadilah Bom Bali 1. Ketika bom ini meledak, Joko melarikan diri dari kejaran polisi. Joko bersembunyi sekitar dua tahun di Jogja dan Purwokerto. Meski, pada akhirnya Joko tertangkap.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXIV): Derry Mulyawan, Eks Napi Teroris di Riau Ikut Upacara HUT Kemerdekaan RI

Selama di penjara Joko banyak merenung atas perbuatannya yang sudah-sudah. Lalu, ketika ia terbebas dari penjara, Joko bertaubat dan menata hidupnya kembali ke jalan yang benar bersama istrinya. Joko akhirnya membuka warung soto dan bengkel pembuatan blangkon.

Selain itu, Joko bersama 70 rekannya mendirikan Yayasan Gema Assalam, sebuah yayasan sosial yang diupayakan untuk menghilangkan stigma negatif di benak masyarakat. Dalam kegiatannya Joko melibatkan koramil dan polsek hingga RT RW.

Pada sebuah kegiatan yayasan tersebut, Joko berpesan bahwa hendaknya orangtua lebih memperhatikan pergaulan dari putra-putrinya. Sebab, sekarang perkembangan media sosial sangat masif, sehingga sangat mudah paham radikal mempengaruhi seseorang.

Bahkan, Joko pada setiap kegiatan deradikalisasi yang digelarnya selalu menyebutkan dia sendiri sekarang adalah warga Indonesia yang sejati. Joko sangat mencintai tanah air Ibu Pertiwi ini. Karena, di sinilah Joko dilahirkan dan dibesarkan.[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini disadur dari cerita Joko Triharmanto yang dimuat di media online Suaramerdeka.com

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru