26.3 C
Jakarta

Serial Pengakuan Mantan Napiter (L-V): Yudi, Eks PNS yang Memilih Bergabung Kelompok Teroris

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Mantan Napiter (L-V): Yudi, Eks PNS yang Memilih Bergabung Kelompok...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Bagaimanapun keburukan tidak bakal punah seiring dengan perkembangan masa. Buktinya, terorisme yang sampai detik ini masih eksis. Paham ini telah merasuk ke pikiran banyak warga Indonesia. Salah satunya, Yudi.

Yudi, bila ditelisik latar belakangnya, adalah seorang napi teroris yang dulunya pernah jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dia merupakan lulusan sekolah abdi negara, STPDN, atau yang kini menjadi Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).

Yudi meninggalkan PNS-nya dan memilih terjun ke dalam paham radikal berwajah terorisme. Dia bergabung dengan kelompok teroris Aman Abdurrahman dan Dulmati. Sehingga, dia dipercaya menjadi korlap di Aceh. Mungkin, karena dia mengenali wilayah Aceh.

Semenjak bergabung dengan kelompok teroris, Yudi jelas sangat membenci NKRI. Sayang, pada tahun 2010 dia ditangkap oleh polisi, bahkan dia masih jadi PNS aktif. Dia merasa tidak takut dan memilih ikhlas bahwa setiap perjuangan pasti ada konsekuensi.

Titik balik Yudi terjadi saat berada di penjara. Dia ditakdirkan bertemu dengan mantan napiter Ali Imron. Di sana dia mendapatkan banyak nasihat dari Ali untuk kembali ke NKRI. Hingga akhirnya Yudi memilih jalan yang dilalui Ali: jalan hijrah yang sebenarnya dari radikalisme ke moderatisme.

Hijrah Yudi dari terorisme juga diperkuat dengan pesan yang disampaikan orangtuanya. Katanya, “Kalau ajaran agama kamu memutuskan silaturahmi dengan orangtua, saya yakin ajaran kamu salah, di Al-Qur’an saja rida Allah adalah rida orang tua.” Yudi pernah memutus hubungan dengan orangtuanya sejak gabung dengan kelompok teroris.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXVII): Eks Napiter Sri Pujimulyo Siswanto Menceritakan Alasan Terpapar Terorisme

Sebagai bentuk penebusan terhadap dosa sosial yang telah dilakukan, Yudi melakukan kontra radikalisme dan kontra terorisme. Salah satu yang ia perbaiki ialah pertentangan antara agama dan negara, yang menjadi dasar pemikiran para teroris.

Negara dan agama, bagi Yudi saat hijrah, tidak boleh dipertentangkan. Karena, negara dibutuhkan dalam kehidupan manusia untuk mengorganisir mereka. Dengan adanya negara, secara tidak langsung membedakan kehidupan manusia yang terorganisir dengan kehidupan orang yang tak teratur di hutan rimba.

Selain itu, fungsi negara adalah menghadirkan kesejahteraan dan perdamaian. Karena itu, semua manusia hidup berdampingan satu sama lain. Sehingga, kesuksesan akan tercapai secara bersamaan. Sebaliknya, manusia tanpa negara akan kelaparan persis seperti Suriah yang warganya kelaparan dan kedinginan.

Yudi tidak pernah takut apa yang dia hadapi selepas hijrah. Dia bakal diterima di tengah masyarakat lagi. Selama dia hijrah dengan hati yang tulus. Karena, apa yang dilakukan dengan hati akan sampai di hati juga.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru