34 C
Jakarta

Serial Pengakuan Mantan ISIS (XX-VIII): Iman Korban Propaganda ISIS

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Mantan ISIS (XX-VIII): Iman Korban Propaganda ISIS
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Pengaruh ISIS sangat kuat mencuci otak manusia. Tidak sedikit warga negara Indonesia (WNI) yang terbuai dengan propaganda ISIS. WNI rela meninggalkan tanah kelahirannya dan memilih hijrah di Suriah, negara ISIS. Hijrah mereka tak lain hanya untuk belajar Islam dengan ISIS. Memangnya Islam di Indonesia kurang keren?

Salah satu yang terbebas dari ideologi ISIS adalah napiter yang berinisial Iman. Iman berangkat ke Suriah bersama rombongan keluarga besarnya pada tahun 2015. Rombongan ini berjumlah belasan. Iman dengan keluarga besarnya mendapatkan iming-iming hidup nyaman dan sejahtera dari negara ISIS.

Sayangnya, janji-janji ISIS hanyalah isapan jempol belaka. Bullshit, omong kosong. Tidak sampai beberapa tahun semua janji itu tidak tercapai dan tidak ada hal berharga yang diberikan oleh ISIS kepada Iman dan keluarganya. Iman menyesal terdampar di negeri orang. Segala penyesalan tak dapat dipungkiri. Hanya satu harapan berupa pertolongan Tuhan yang ia harapkan.

Sampai pada akhirnya Iman dan beberapa anggota keluarga tertangkap oleh petugas keamanan Turki dan dikembalikan ke Indonesia. Iman beserta keluarganya terperangkap di Suriah bersama pasukan-pasukan oposisi yang tidak jelas membela siapa. Dua tahun kemudian sisa keluarga besar Iman kembali ke Indonesia dideportasi oleh pihak otoritas Turki.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXVII): Eks Napiter Sri Pujimulyo Siswanto Menceritakan Alasan Terpapar Terorisme

Iman beserta dua anggota keluarganya ditahan oleh Densus 88 AT Polri karena terlibat pelatihan militer senjata di Suriah. Iman ditahan di Mako Brimob hingga Lapas NK. Iman selama ditahan mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari simpatisan ISIS di dalam sel. Lalu, Direktorat Idensos yang dipimpin oleh Pak Shodiq mengetahui hal tersebut. Pada akhirnya, Tim Idensos turun membantu permasalahan yang dialami oleh Iman sehingga dipindahkan ke Rutan Polda.

Di Rutan Polda ini Iman beserta keluarganya mendapat perlakuan yang sangat menyenangkan. Iman seakan mendapatkan kesejahteraan hidup. Sebuah pertanyaan tiba-tiba muncul: Apakah ini Islam yang sesungguhnya? Kenapa saya harus belajar Islam jauh ke Suriah? Sedang, Islam sendiri adalah perkataan yang ramah dan perbuatan yang santun. Aku belum menemukan Islam yang ramah di Suriah.

Iman kemudian sadar, bahwa Islam yang sesungguhnya ditemukan di negara kelahirannya sendiri, Indonesia. Sejak itu, Iman berjanji tidak akan meninggalkan Indonesia. Indonesia adalah tanah airnya sendiri dan di sanalah makna Islam ia peroleh. Iman berjanji pada diri sendiri: Saya akan berubah dan tidak mau mengulanginya lagi, saya akan berpikir ke arah moderat.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru