31.4 C
Jakarta

Serial Pengakuan Mantan HTI (XXX-VIII): Tsamara Perempuan yang Terbuai Bujuk Rayu HTI

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Mantan HTI (XXX-VIII): Tsamara Perempuan yang Terbuai Bujuk Rayu HTI
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Seorang anak perempuan lahir dari seorang ayah yang getol membela NKRI. Kesibukan ayah ini dalam menjaga keutuhan NKRI diekspresikan lewat tugasnya sebagai jenderal kepolisian. Baginya, NKRI harga mati.

Perempuan itu akrab disapa Tsamara. Tak penting banyak orang tahu nama lengkapnya. Orang sebut nama Tsamara saja di kampungnya, pasti nama itu tidak bakal asing. Pasti orang-orang menyebutnya, “Si anak polisi itu kan?”

Tsamara lahir dan tumbuh dalam pengawasan sang ayah. Ibunya juga masih ada. Ibu yang tidak begitu tua memiliki kepribadian yang baik, tak terkecuali dalam melihat pentingnya berbangsa dan bernegara.

Tsamara kecil dalam pandangan banyak orang bakal meneruskan perjuangan orangtuanya: menegakkan keutuhan NKRI. Entahlah, semua itu hanyalah sebatas harapan banyak orang saja. Mungkin juga harapan orangtuanya.

Tsamara begitu dewasa mulai aktif di halaqah-halaqah yang diadakan orang HTI. Memang HTI sudah dibubarkan beberapa tahun silam. Tapi, ideologinya tetap berkembang.

Tsamara dengan kecerdasannya dipercaya memimpin HTI sembunyi-sembunyi di kampungnya. Banyak orang yang terbuai bujuk rayu Tsamara. Sampai ayahnya jengkel begitu tahu anak kesayangannya tidak mengikuti perjuangan orangtuanya.

Terjadilah perdebatan sengit dan berkepanjangan. Sampai-sampai Tsamara diusir dari rumahnya karena persoalan ideologi HTI ini. Anehnya, Tsamara memilih pergi meninggalkan orangtuanya demi ideologi HTI sesat itu.

Sikap Tsamara meninggalkan orangtuanya demi HTI jelas sesuatu yang tidak terpuji. Tapi, kepergian ini, bagi Tsamara sendiri, adalah bentuk hijrah yang dibenarkan dalam agama.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXVI): Mantan Napiter Toni Saronggalo Dapat Bantuan Wirausaha dari Polres Lamongan

Tsamara hanya ingin menghabiskan hidupnya untuk hijrah. Tsamara sudah lupa jasa orangtuanya. Padahal, berbakti kepada orangtua adalah sebuah keharusan.

Ideologi HTI sudah membutakan Tsamara melihat kebenaran. Hari-harinya hanya dihabiskan dengan dakwah memperjuangkan tegaknya khilafah di muka bumi. Tsamara bersikeras menggantikan sistem republik di Indonesia dengan khilafah.

Bertahun-tahun Tsamara meninggalkan orangtuanya. Dakwah Tsamara tidak membuahkan hasil. Banyak pertentangan datang silih berganti. Orang mulai mencium kesesatan dakwah yang disampaikan Tsamara.

Kontrakan tempat Tsamara tinggal sudah tak terbilang kali digeruduk warga. Karena, perilakunya yang meresahkan warga sekitar. Di situlah Tsamara mencoba merenung.

Sebuah hidayah tetiba datang menyelusup ke relung hati terdalam. Tsamara mulai ingat sikap tidak terpuji yang pernah dilakukan kepada orangtuanya dulu. Tak terasa bulir air mata jatuh membasahi pipinya. Kesedihan begitu mencekam dalam diri Tsamara.

Sudah banyak waktu yang dihabiskan tak berdaya guna dalam hidup Tsamara. Di sinilah titik balik yang dilakukan Tsamara. Tsamara mulai berpikir mencari dan bertemu orangtuanya.

Sesampainya di rumahnya dulu ayah dan ibunya menyambut Tsamara dengan hati yang lapang. Tsamara berlutut mencium kaki orangtuanya. Tsamara berjanji tidak bakal mengulangi lagi perbuatannya yang sudah-sudah. Tsamara sekarang berjuang menghapus dakwah masa lalunya dengan dakwah masa kini yang membela NKRI.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru