29.1 C
Jakarta

Serial Pengakuan Jurnalis Timur Tengah (XL-II): Ideologi ISIS dan Masa Depan Kita Semua

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Jurnalis Timur Tengah (XL-II): Ideologi ISIS dan Masa Depan Kita...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Selepas wafatnya Nabi Muhammad beberapa abad silam, dunia diprediksi semakin damai. Dunia tidak akan terjadi peperangan lagi, seperti peperangan yang terjadi pada masa Nabi beserta sahabatnya melawan orang-orang yang mengingkari syariat Islam. Dunia sebaliknya akan damai laksana damainya saat Islam mencapai kemenangan pada masa Nabi juga.

Sayang, dunia selepas Nabi wafat masih menangis melihat peperangan terjadi di penjuru dunia. Peperangan masih menggema di Raqqah Suriah, lokasi organisasi teroris internasional Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) berkuasa. Organisasi yang digagas Abu Bakar al-Baghdadi ini mengimpikan tegaknya Negara Islam (Daulah Islamiyyah) dengan sistem Khilafah.

Orang-orang ISIS melakukan aksi-aksi kekerasan berwajah terorisme di penjuru dunia. Peperangan dilakukan tiada jeda melawan orang-orang yang menentang ideologi ISIS. Peperangan yang paling gencar terjadi di Raqqah Suriah. Dentuman bom terdengar bagai bunyi petasan meletus tak jauh dari tempat tinggal warga.

Banyak warga yang kehilangan tempat tinggal. Banyak bangunan, termasuk tempat tinggal warga, yang hancur karena kejatuhan ledakan bom. Kesedihan mencekam hati banyak warga. Kenyataan ini dapat dijadikan ibrah atau pelajaran bagi beberapa negara lain, termasuk Indonesia, yang kondisinya dalam keadaan damai dan tidak pernah terdengar ledakan bom.

Suriah termasuk negara konflik. Sampai kapanpun negara ini tidak akan damai kecuali warga negaranya mengubah ideologi yang tertutup itu menuju ideologi yang terbuka. Ideologi tertutup ini selalu mendorong seseorang melihat perbedaan itu sebuah kekeliruan. Intinya, ideologi tertutup ini tidak tahu-menahu terhadap perbedaan. Segala yang berbeda adalah keliru, bahkan sesat.

Berbeda, ideologi yang terbuka selalu melihat perbedaan itu adalah rahmat, sehingga tidak selamanya keliru. Buktinya, perbedaan yang terbentang luas di Indonesia tetap diterima dan dibenarkan. Semisal, perbedaan agama, perbedaan bahasa, perbedaan suku, dan perbedaan budaya. Perbedaan, bagi orang Indonesia, adalah bentuk kekayaan yang dimiliki sebuah negara.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXVII): Aksi dan Dukungan terhadap Eks Napiter Salsa Bangkit dari Stigma Teroris

ISIS dengan ketertutupannya merasa iri melihat perbedaan yang terbentang luas di Indonesia sehingga bermaksud menghilangkan keragaman itu. ISIS mulai menyerang Indonesia dengan kampanye pendirian Negara Islam dengan sistem Khilafah. Sistem ini bersikeras menggantikan sistem republik-demokratis di Indonesia. Sayang, niat buruk ISIS tidak membuahkan hasil sampai detik ini.

Banyak orang-orang ISIS di Indonesia yang akhirnya tidak diterima dengan baik. Mereka dari dulu sampai sekarang terus mengampanyekan berdirinya Negara Islam. Sayang, satu persatu dari mereka masuk penjara, karena buah dari perbuatannya sendiri. Kehadiran mereka selalu membuat kontroversi, sehingga berakibat terhadap perdamaian negeri ini.

Menghadapi ideologi ISIS yang sangat kejam ini perlu meningkatkan pendidikan dalam diri seseorang. Sebab, orang yang pendidikan dan pengetahuannya rendah mudah terpengaruh propaganda ISIS. Orang yang lemah ini akan gampang dicuci otaknya, sehingga membenarkan berdirinya Negara Islam dengan sistem Khilafah di Indonesia. Orang ini juga gemar melakukan aksi-aksi terorisme yang merugikan banyak orang.

Pendidikan menjadi penting karena buah pendidikan ini dapat menjaga seseorang dari pengaruh ideologi ISIS. Mencegah ideologi lebih sulit daripada mencegah peperangan terjadi. Karena, ideologi itu sifatnya adalah “anutan” atau sesuatu yang sudah melekat dalam hati seseorang dan menjelma menjadi sebuah keyakinan. Mengubah ideologi membutuhkan waktu yang cukup lama. Seseorang akan menyadari kekeliruan ideologi ISIS setelah akal sehatnya terbuka dan hati nuraninya mendapatkan hidayah.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru