28.6 C
Jakarta

Serial Pengakuan Eks Wahabi (CC): Perjuangan Eks Wahabi Hibbi setelah Hijrah

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Eks Wahabi (CC): Perjuangan Eks Wahabi Hibbi setelah Hijrah
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Radikalisme cukup berbahaya terhadap masa depan bangsa. Mereka banyak yang mengorbankan akhlaknya dengan mencaci orang lain, menyudutkan orang lain dengan klaim syirik, dan membunuh orang dengan aksi-aksi terorisme.

Radikalisme yang mau dibahas pada tulisan ini adalah Wahabisme, paham yang dibawa oleh Muhammad bin Abdul Wahhab. Dan, orang yang pernah terpapar Wahabisme dan sekarang sudah bertobat adalah Hibbi (nama samaran, bukan nama sebenarnya).

Hibbi adalah lelaki berusia 24 tahun yang pernah menjadi pendukung Wahabisme. Dia masih ingat bagaimana dulu menyebut bahwa amaliah yang ditradisikan oleh orang-orang Nahdlatul Ulama (NU) adalah syirik. Sebut saja, amalan maulidan, tahlilan, dan lain sebagainya.

Padahal, Hibbi sendiri terlahir dari keluarga yang berideologi NU tulen. Abah dan umminya penggemar pemikiran pendiri NU KH. Hasyim Asy’ari yang menentang radikalisme berwajah Wahabisme. Hibbi ternyata berideologi berlawanan dengan orang tuanya.

Hibbi terpapar Wahabisme sejak berteman dengan Labib (nama samaran, bukan nama sebenarnya). Kedekatannya dengan Labib membuat Hibbi semakin tertarik terhadap Wahabisme. Katanya, Wahabisme lebih tegas dalam memberantas kemusyrikan dibanding ormas keagamaan yang lain.

Hibbi kemudian hijrah dari Wahabisme setelah kalah berdebat dengan Kyai Idrus Ramli, seorang tokoh NU yang cukup getol dan berani melawan Wahabisme. Kekalahan debat ini membuat Hibbi sadar bahwa ideologi Wahabi cukup lemah dibanding NU. Maka, sangat rentan menuju kehancuran jika bersandar kepada sesuatu yang lemah.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXIX): Eks Napiter Sri Puji Bertobat dan Kembali ke NKRI

Setelah hijrah dari Wahabisme, Hibbi terus melakukan kontra narasi terhadap paham yang dibawa Muhammad bin Abdul Wahhab. Dia siap keliling pesantren untuk mengingatkan para santri untuk berhati-hati dengan Wahabisme.

Wahabisme, kata Hibbi, adalah musuh bersama. Membiarkan Wahabisme tumbuh dan berkembang di Indonesia akan berpotensi mengganti Indonesia menjadi negara yang kaku. Sebab, negara ini akan membatasi berpikir sebatas bertumpu pada teks semata, dan melupakan konteksnya.

Indonesia yang dikenal sebagai negara plural dan terbuka terhadap kemajemukan berpikir dan beragama akan berganti menjadi negara eksklusif yang menekankan pada kebenaran sepihak. Ini cukup berbahaya terhadap kemajemukan yang sudah lama berpijak di negara ini.

Sebagai penutup, Hibbi menyatakan rasa syukur karena Tuhan masih menyayanginya. Buktinya, Tuhan menyadarkan Hibbi untuk kembali ke jalan yang benar: hijrah dari Wahabisme menuju pluralisme. Hijrah semacam ini adalah anugerah yang sangat besar.[] Shallallahu ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru