25.3 C
Jakarta

Serial Pengakuan Eks Returnis ISIS (C-LI-XLIV): Semangat Jihad Eks ISIS Walid yang Berujung Dilema

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Eks Returnis ISIS (C-LI-XLIV): Semangat Jihad Eks ISIS Walid yang...
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Setelah banyak warga Indonesia yang hijrah ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS, maka pemerintah Indonesia melakukan deradikalisasi untuk menyadarkan mereka bahwa paham ISIS tidaklah benar dan bertentangan dengan kemanusiaan.

Deradikalisasi yang dilakukan pemerintah benar-benar membuahkan hasil yang cukup membanggakan. Banyak yang hijrah dari ISIS dan kembali ke jalan yang benar, yaitu kembali ke NKRI dengan paham moderasi. Karena, paham moderasi adalah paham yang dijunjung tinggi oleh bangsa ini.

Salah seorang yang sudah hijrah dari ISIS dan kembali ke jalan yang benar adalah Walid (bukan nama sebenarnya). Seorang pemuda keturunan etnis Arab asal sebuah kota di Jawa Timur yang saat itu (2019) berumur 28 tahun, anak kelima dari enam bersaudara. Pendidikan terakhir S1 Teknik Informatika sebuah universitas terkemuka di Jawa Timur.

Pada saat ditangkap Densus Walid sedang akan memulai kuliah S2 mengambil jurusan Digital Forensik. Hal ini ia lakukan setelah menikah sepulang dari Suriah dengan tujuan ingin lebih mendalami digital forensik yang telah banyak ia kuasai sebelumnya sekaligus untuk mendapatkan sertifikasi dari bidang keahliannya itu.

Kakek dari jalur ibunya masih ada di Saudi, dan ia memiliki banyak kerabat di Saudi sana. Mereka yang di Saudi itu kebanyakan adalah keluarga kaya, karena setiap bulan Ramadhan dan Dzulhijjah mereka memiliki tradisi mengeluarkan zakat mal dan sedekah dari masing-masing orang yang besarnya cukup untuk membangun sebuah masjid kampung lengkap dengan AC dan ambulans.

Sebelum ditangkap oleh Densus 88 Walid ditunjuk sebagai pengelola dari setiap zakat dan sedekah dari keluarga besarnya yang di Saudi sana untuk disalurkan ke daerah yang membutuhkan masjid di Indonesia. Itu sudah menjadi program tahunan keluarga besarnya.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXVIII): Eks Napiter Poso Mie Kembali ke Pangkuan NKRI

Kelak di kampung istrinya itu kebetulan ada beberapa anggota kelompok pelaku Bom Thamrin yang tinggal di sekitarnya, di mana Walid kemudian dianggap sebagai orang yang memiliki jaringan pendanaan internasional gara-gara ia menyalurkan sedekah dari kerabatnya di Saudi untuk pembangunan masjid di daerah itu.

Lebih konyol lagi dalam BAP pelaku Bom Thamrin itu ada disebutkan bahwa mereka menyebut Walid akan membeli persenjataan untuk melakukan teror di Indonesia. Padahal Walid sama sekali tidak ada niatan untuk membuat aksi di Indonesia karena menurutnya jihad itu hanya ada di wilayah konflik seperti Suriah. Namun gara-gara asumsi sesat dan tidak terkonfirmasi, kelompok pelaku Bom Thamrin menyeretnya dalam kasus Bom Thamrin yang sama sekali tidak diketahuinya.

Di BAP pun akhirnya pasal yang dituduhkan bukan kasus Bom Thamrin, melainkan kasus pelatihannya di Suriah yang memang diakuinya. Yang menjengkelkan adalah di persidangan ketika para pelaku Bom Thamrin jadi saksinya, keterangannya justru memberatkannya. Yaitu menyebut bahwa kalau teror yang dilakukan oleh kelompok Thamrin itu skalanya lokal saja, sedangkan Walid malah skala internasional.

Sebagai penutup, dari kasus Walid, hendaknya lebih berhati-hati terlibat dengan kelompok radikal, seperti ISIS. Karena, keterlibatannya dengan ISIS akan memberikan petaka di kemudian hari. Lihat saja kasus Walid.[] Shallallahu ala Muhammad.

*Tulisan ini disadur dari cerita eks returnis ISIS Walid yang dimuat di media online ruangobrol.id

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru