31.7 C
Jakarta
Array

‘Sembelit Sosial’ Bangsa Indonesia

Artikel Trending

'Sembelit Sosial' Bangsa Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Banyak cara untuk hidup, dari yang hanya sederhana, sampai hidup yang begitu menggunakan cara dan model yang begitu kompleks. Banyak orang berbondong-bondong memenuhi kebutuhan hidup; kebutuhan untuk satu hari ke depan, satu minggu ke depan, satu bulan ke depan sampai satu tahun ke depan. Dalam proses memenuhi kebutuhan inilah, model atau ‘cara hidup’ mempengaruhi hampir sepenuhnya. Kendati manusia tidak semuanya terpengaruh, namun model atau ‘cara hidup’ masih menjadi asumsi dasar untuk menempatkan suatu masyarakat pada kelas sosial tertentu. Itu artinya seluruh tatanan masyarakat kita perlu mencari jalan taktis keluar dari Sembelit Sosial bersama.

Persoalan yang timbul sekarang adalah, apakah model hidup itu merupakan pemberian dari Tuhan atau bukan, natural atau kontruksi masyarakat? Hal inilah yang perlu dikaji lebih mendalam dengan harapan; bahwa kita tahu model, cara, dan gaya hidup itu berasal. Sehingga, setelah kita tahu, kita tidak terjebak pada pengetahuan yang sudah ada dan berkembang di masyarakat. Bahakan, jika saya boleh berasumsi dalam hal ini, kaum terpelajar belum ada yang membahas soal ini.

Model hidup adalah tata cara hidup seseorang dalam sebuah komunitas masyarakat. Model hidup dikaitkan juga dengan cara hidup dan gaya hidup. Sehingga, dengan keterkaitan itu, semakin jelas bahwa model hidup merupakan seperangkat aktivitas manusia secara khas dalam menghadapi proses perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat.

Model Hidup dan Sembelit Sosial

Nah, model hidup ini sangat jelas terkait dengan kondisi lingkungan. Misalnya, jika ada manusia berada di suatu komunitas masyarakat muslim, hampir bisa dipastikan model hidupnya akan mirip-mirip dengan masyarakat muslim yang ada di tempat itu.

Model hidup selanjutnya adalah sangat dipengaruhi oleh alur dan gelombang ekonomi yang sedang bergerak. Manusia, atau bahkan masyarakat akan tunduk pada ekonomi. Ekonomi menjadi basis untuk melakukan kerja sosial di dalam suatu komunitas masyarakat. Sehingga jelaslah kemudian bahwa model hidup atau tata cara hidup akan mengimbangi kebutuhan-kebutuhan ekonomi, dan juga mengimbangi arus dan gelombang ekonomi yang sedang bergerak.

Setelah kita tahu bahwa model hidup atau ‘cara hidup’ sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan gelombang ekonomi, pengaruh selanjutnya datang dari sisi politik yang ada di dalam masyarakat. Politik ini mampu mengarahkan dan mendikte keinginan-keinginan dan hasrat untuk hidup, yang nantinya mewujud pada model hidup. Sisi politik ini sangat kentara jika dilihat dari; kebijakan yang dibuat.

Sampai di sini, sudah mulai nampak kejelasan bahwa model sosial dibentuk oleh kontraksi masyarakat. Artinya adalah model hidup atau tata cara sosial tidak bersifat suci, namun nisbi.

Sampai di sini juga kita paham bahwa masyarakat yang mengunggul-unggulkan seseorang karena model hidup dan gaya hidupnya adalah sebuah kesalahan. Masyarakat seharusnya tidak perlu menyulut api dalam sekam untuk lebih membarakan penindasan model hirarki sosial. Persamaan atau egalitarian seharusnya menjadi prinsip dalam bermasyarakat untuk memperindah dan mengharmoniskan kehidupan.

Mengatasi Sembelit Sosial

Perlu di pahami, model hidup yang menyebabkan Sambelit Sosial dapat dibagi menjadi dua: model hidup foya-foya (konsumerisme, hedonisme dan lainnya) dan model hidup sederhana (tidak bermewah-mewahan, membenci foya-foya dan bersyukur dengan keadaan/minimalism).

Ada satu lagi yang terlupa, model hidup seksisme. Seksisme adalah merendahkan, menganggap remeh dan menyudutkan orang. Mungkinkah kalian termasuk barisan seksisme yang absolut?

Jika dilihat dari isu-isu faktual, Indonesia kini tengah berada pada zona darurat seksisme. Bagaimana bisa bangsa yang terkenal santun tiba-tiba berubah menjadi ‘suka mencibir’, ‘suka menghujat’ dan ‘suka menshare berita hoax’? Apakah ini adalah tanda bahwa bangsa Indonesia sudah kehilangan model hidup sejatinya?

Mencibir, menghujat dan membenci menjadi sebuah role model bagi bangsa Indonesia sekarang. Ini terjadi dikarenakan masyarakat Indonesia menggunakan sosial media secara tidak bijaksana. Sebenarnya, tidak semua masyarakat Indonesia tidak bijak dalam bersosmed, namun karena yang viral adalah mereka-mereka si tukang hujat, akhirnya opini ini pun muncul di permukaan. Jika kita bersama-sama refleksi, kegiatan hujat-hujatan sudah ada sejak zaman dahulu (sampai tidak tahu kapan persisnya), kegiatan mengjujat kemudian mendapat ruang baru, yang lebih mudah pelaksanaanya, yaitu lewat media sosial. Hujat-menghujat akan segera berkembang biak, jika momen politik sudah di depan mata. Kita semua sudah tahu kasus-kasus itu.

Seksisme yang menjalar ke seluruh organ bangsa adalah kenyataan yang tak terelakkan dari dinamika kehidupan. Mari jaga dan rawat budaya, model hidup dan cara hidup bangsa sesuai dengan ‘model hidup sejati’, yaitu ‘budaya santun’.

Wallahu alam bissowab.

(Kebumen)

[zombify_post]

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru