Harakatuna.com. Yogyakarta – Maraknya kasus penangkapan teroris di wilayah tanah air, termasuk Yogyakarta beberapa waktu terakhir membuat sejumlah kalangan merasa prihatin dan khawatir. Sejumlah tokoh dan pemuka agama pun mendorong agar tempat ibadah khususnya masjid tangkal radikalisme di lingkungannya masing-masing.
“Sudah saatnya masjid masjid yang ada menjadi tempat yang mampu memberikan dan menyebarkan kedamaian. Bukan sebaliknya. Menjadi bukan tempat mengajarkan paham sesat maupun radikal kepada jamaahnnya. Akan tetapi bagaimanapun caranya kita upayakan masjid tangkal radikalisme,” kata Pendiri Masjid Suciati Saliman. Hal itu disampaikannya oleh Hj. Suciati Saliman Riyanto di Sleman Yogyakarta pada Jumat (17/1/2020).
Pihaknya menuturkan, stigma masjid sebagai tempat mendoktrin jamaah untuk ekslusif yang mengarah pada radikalisme harus dihilangkan. Bahkan isu yang harus dibangun adalah masjid tangkal radikalisme dengan gerakana-gerakan yang dilaksanakan di dalamnya. Tentu itu sulit, tapi setidaknya waktu masih ada untuk memulai stigmatisasi masjid itu sendiri.
Menurut Suciati banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjaga masjid sebagai tempat ibadah umat Islam. Pemilihan materi khotbah, ceramah maupun kajian yang diberikan di dalam masjid harus menyejukkana. Begitupun khatib dan ustadznya harus dipilih, bukan sembarangan. Khatib dan ustadz harus bisa berperan menjaga perdamaian dan memupuk rasa kesatuan. Sehingga upaya untuk menjadikan masjid tangkal radikalisme benar-benar dapat terwujud.
“Pihak pengelola masjid juga harus selektif dalam memilih penceramah, bila perlu diberikan diberikan rambu-rambu tentang apa saja materi yang akan diberikan,” katanya.
Suciati mencontohkan, Masjid Suciati Saliman dalam mendatangkan para ustaz untuk mengisi kajian juga mengutamakan prinsip kehati hatian. “Kalau kami mendatangkan ustaz yang banyak ditolak oleh masyarakat itu malah bikin kami repot sendiri, kami tidak mau seperti itu,” ungkap Suciati.
Masjid Tangkal Radikalisme dengan Berbagai Cara
Seperti pengajian yang digelar Masjid Suciati Saliman (17/1/2020), pihaknya sengaja memilih tema “Jalin Ukhuwah Islamiyah Demi Tegaknya NKRI”, Tolak Paham Radikalisme, Komunisme, dan Terorisme yang memang ditujukan untuk mengingatkan lagi pentingnya menjaga persatuan.
“Mari ikut berperan menjaga agar tidak muncul lagi bibit terorisme di Indonesia khususnya di wilayah Yogyakarta,” ujarnya.
Kasibinturmas Dit Binmas Polda DIY, Kompol Handiko Widiyanto menuturkan radikalisme, terorisme, dan terorisme seringkali dalam aksinya tidak menghargai keberagaman dan perbedaan. “Paham radikal maupun gerakan terorisme tidak akan tumbuh dalam lingkungan aman. Aman tidak bisa tercipta dengan sendirinya tanpa ada peran serta bersama dan kesadaran untuk menciptakannya,” katanya.
Ulama kondang Ustaz Hanan Yasir menuturkan bahwa dalam Islam tidak pernah mengajarkan radikalisme apalagi tindak terorisme. Jika ada yang melakukan hal tersebut dengan mengatasnamakan Islam, maka menurutnya itu bukanlah bagian dari Islam dan harus ditanyakan kembali ke Islamannya. “Justru dalam Islam selalu mengajarkan kedamaian dan jauh dari kekerasan. Jika ada tindak kekerasanan dengan mengatasnamakan Islam, maka itu jelas sudah keluar dari konteks Islam,” katanya.
Sumber: Times Indonesia
Editor: Ahmad Fairozi