30.8 C
Jakarta

Santri sebagai Simbol Kekuatan Negeri

Artikel Trending

EditorialSantri sebagai Simbol Kekuatan Negeri
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Pada tanggal 22 Oktober 2020, gelar Hari Santri memakai hastaq Santri Sehat, Indonesia Kuat. Kalimat ini persis berdampingan dengan logonya yang setiap umat telah berbondong-bondong merayakan dan mengucapkan selamat di media sosial mereka masing-masing. Kebersamaan mereka telah membawa semangat yang tinggi dalam memajukan negeri.

Hari Santri mengingatkan kisah perjuangan para pahlawan dan santri untuk terus aktif menggelorakan Resolusi Jihad yang pernah dideklarasikan oleh kiai Hasyim Asy’ari bersama para ulama di seluruh Jawa dan Madura. Di mana momentum tersebut terjadi di Surabaya pada tanggal 21 – 22 Oktober 1945 pada saat pahlawan ingin mempertahankan kemerdekaan.

Hastaq Santri Sehat, Indonesia Kuat terdapat dua makna adanya perjuangan. ‘Santri Sehat’ sebagai kampanye jihad kemanusiaan bagi mereka, agar tetap semangat melawan Pandemi Covid-19 dengan menjaga kesehatan. Sedangkan ‘Indonesia Kuat’ merupakan simbol dari kekuatan sejauh mana perjuangannya dalam melawan kelompok kolonialisme, dan radikalisme.

Kali ini, santri telah menghadapi banyak problematika di tengah keberlangsungan hidup di negeri ini. Dalam waktu yang bersamaan, santri kian berikhtiar melawan pandemi, sisi lain, ia melawan arus radikalisasi. Tindakan tersebut karena munculnya radikalisasi agama yang banyak menggerogoti paham keagamaan, dan mengikis gairah nasionalisme para santri.

Penyebaran radikalisme agama tidak secara langsung merusak citra santri sebagai generasi representatif Islam. Karena radikalisme datang hanya merongrong dari kelompok-kelompok Islam radikal yang ingin menghancurkan kejayaan negeri ini, problem tersebut marak sekali, dan mengatasnamakan perjuangannya sebagai jihad Islam yang harus dipertahankan.

Tantangan Santri

Tantangan santri di era milenial ini adalah tidak hanya kembali melawan kolonalisme, melainkan juga santri di tengah kemajuan zaman dituntut mampu menghadapi dan mengimbangi radikalisme dakwah yang muncul dari kelompok Islam radikal. Radikalisme tidak sekedar terjadi di media-media sosial saja. Bahkan, paham tersebut muncul di situs-situs Islam ekstrem.

Politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, ia meminta para santri menyebarkan pesan perdamaian melalui identitas diri yang selama in ditampilkannya untuk menjaga persatuan bangsa Indonesia. Selama ini santri telah berperan dengan baik menjaga pagar persatuan Indonesia. Dilansir, Media Indonesia.

Ia memberikan penegasan bahwa santri harus berperan aktif terhadap kontribusi pada negeri ini. Banyak dari tokoh-tokoh yang ada di negeri ini yang ternyata adalah seorang santri. Oleh karena itu, tantangan mereka perlu hadir tampil sebagai pelopor perdamaian untuk mengatasi persoalan-persoalan radikalisme dakwah yang sangat marak belakangan ini.

BACA JUGA  Spirit Damai dalam Perayaan Nataru 2024

Wakil Presiden (Wapres) KH Ma’ruf Amin berharap para santri harus bisa menjaga keutuhan NKRI dari berbagai ancaman. Dia pun memerintahkan santri terdepan dalam menangkal paham radikal, intoleran, hingga terorisme. Tugas santri adalah bersama-sama pemerintah untuk mengawal NKRI dari paham-paham yang menyimpang.(sumber: Liputan6.com)

Kiai Ma’ruf Amin telah memberi ajakan pada kalangan santri supaya konsisten membela negara, dan menebar paham keagamaannya yang ramah. Santri sebagai generasi yang Islami, dan berakhlakul karimah perlu meluruskan pandangan-pandangan keagamaan kelompok yang menyimpang. Harapan inilah yang perlu peran para generasi negeri yang berjiiwa pahlawan.

Aktualisasi Akhlak

Kiai Mustofa Bisri alias Gus Mus (2017) mengatakan, santri tidak hanya yang tinggal di pesantren, tapi setiap orang yang memiliki akhlak dan sifat yang baik juga hormat kepada gurunya bisa disebut dengan istilah “santri”.

Pendapat Gus Mus tentang santri menyimpulkan bahwa siapa pun orang yang berakhlak selalu merenungkan perilaku mana yang pantas dan mana yang tidak. Artinya, ketika kelompok Islam radikal ingin mengganti Pancasila telah menunjukkan bobroknya akhlak mereka. Karena perbuatannya tidak menghormati jasa para ulama sebagai pahlawan negara.

Dakwah yang mereka kembangkan cenderung menabur kebencian yang dapat memicu permusuhan sesama umat Islam, perstiwa ini memang biasa terjadi ketika krisis pengamalan akhlak. Sehingga, dakwahnya terkesan tidak santun dan bertentangan dengan nilai-nilai agama dan negara. Sebab itu, akhlak menjadi esensi yang baik dalam beragama, dan bernegara.

Pada editorial ini, Harakatuna sengaja mengulas topik Hari Santri untuk meningkat aktivitas gerakan mereka dalam memajukan negeri, dan menangkal radikalisme. Dengan peran santri, Indonesia perlu menghadirkan nilai-nilai Islam yang ramah yang bisa menciptakan toleransi. Santri harus menjadi pelopor perdamaian negeri, mari bersama-sama ucapkan Selamat Hari Santri.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru