29 C
Jakarta
Array

Santri dan Tantangan Membasmi Intoleransi

Artikel Trending

Santri dan Tantangan Membasmi Intoleransi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Tak lama lagi segenap masyarakat Indonesia akan memperingati Hari Santri Nasional (22 Oktober). Hari Santri Nasional (HSN) memiliki akar sejarah yang kuat dan tentu manfaat yang besar pula. Betapa tidak. HSN merupakan momentum untuk menghidupkan kembali semangat jihad santri sebagaimana yang pernah digaungkan di era awal-awal kemerdekaan Indonesia. Singkat kata, Indonesia bisa merdeka dan eksis sampai hari ini, salah satunya, karena sumbangsih santri kala itu. Hari ini peran dan tantangan besar santri adalah untuk membasmi intoleransi.

Secara historis, HSN mencerminkan bahwa santri sebagai bagian yang urgen dan tak terpisahkan dari Indonesia, memiliki tanggung jawab besar terhadap apa-apa yang terjadi di negeri ini. Dari sini dapat ditegaskan bahwa tugas dan tanggung jawab santri sangat bergantung pada konteks kondisi bangsa kekinian dan kedisinian.

Dengan demikian, HSN adalah momentum untuk mengingatkan kembali segenap para santri akan semangat jihadnya di zaman now. Memang benar bahwa saat ini tantangan santri sangat besar sekali karena negeri ini tak pernah sepi dari ujian, seperti maraknya korupsi, LGBT, hingga intoleransi.

Mencermati kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara belakangan ini, ada satu fenomena yang perlu gerak cepat dari santri, yakni membasmi intoleransi. Sebuah penelitian yang digelar oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah mengatakan, ada 57 persen guru memiliki opini intoleran terhadap pemeluk agama lain. Sementara ada 37,77 persen berkeinginan untuk melakukan berbuatan intoleran atau intensi-aksi.

Bisa dibayangkan betapa negeri ini sedang dalam kondisi di bawah ancaman intoleransi dan kegagalan. Hal ini bukan berlebihan mengingat yang memiliki pandangan intoleran adalah mereka yang menjadi panutan oleh generasi muda Indonesia, yakni guru.

Cara Membasmi Intoleransi

Terkait dengan intoleransi dan radikalisme yang mengindap di kalangan guru, Direktur PPIM UIN Jakarta, Saiful Umam menjelaskan tiga faktor yang mempengaruhinya.

Pertama, menguatnya islamisme. Islamisme di sini diartikan sebagai suatu pandangan yang mengidamkan akan lahirnya sistem pemerintahan yang menjadikan syariat Islam rujukan utama dalam hal bernegara. Pandangan ini tentu akan berbanding lurus dengan lahirnya intoleransi karena tidak menghargai pemeluk agama lain.

Kedua, demografis. Sebagaimana disitir dari laman NU Online, dijelaskan bahwa jenis kelamin, sekolah swasta dan negeri, penghasilan guru, dan jenjang pendidikan juga terkait dengan intoleransi dan radikalisme guru. Misalnya, guru perempuan (mean=46,53) memiliki opini intoleran terhadap pemeluk agama lain lebih tinggi dari pada guru laki-laki (mean=48,05). Begitu pun dalam intensi aksi radikal: guru perempuan (mean=48,08; mean=50,08), sementara guru laki-laki (mean=55,1; mean=56,3).

Ketiga, ormas dan sumber keislaman. Elite agama, terutama ormas, sangat menjadi faktor utama munculnya intoleransi. Pandangan tokoh agama yang cenderung keras terhadap pemeluk agama lain akan diikui oleh jamaahnya, tanpa terkecuali guru.

Melihat kondisi bangsa seperti ini, santri harus diingatkan akan perannya, yakni dalam mengatasi permasalahan yang terjadi di Indonesia, terutama maraknya intoleransi.

Mengapa santri harus mengambil peran ini? Sederhanya adalah, bahwa kunci hidup harmoni di negeri yang plural adalah menjingung tinggi toleransi. Jika toleransi sudah tak menjadi sikap dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan negara, maka bangsa Indonesia sama saja sedang menandatangi kontrak kehancuran Tanah Air. Tentu kita tidak menginginkan hal ini terjadi. Maka, HSN 2018 ini kita jadikan momentum untuk meningkatkan toleransi dan membunuh benih-benih dan sel-sel intoleran.

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru