28.4 C
Jakarta

Sahabat Muawiyah dan Penyesalan Iblis

Artikel Trending

Asas-asas IslamSirah NabawiyahSahabat Muawiyah dan Penyesalan Iblis
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Muawiyah adalah salah seorang sahabat Nabi yang menjadi juru tulis untuk mencatat Al-Quran selain Sahabat Zaid Bin Tsabit. Sahabat Muawiyah juga terkenal sebagai panglima perang. Selain itu, Muawiyah juga merupakan saudara tiri dari Ummu Habibah Ramlah, yang merupakan istri Rasulullah.

Dalam sebuah kitab yang berjudul Mastnawi karya Maulana Jalaluddin Rumi, ada sedikit kisah menarik yang di tulis Rumi mengenai kisah sahabat Muawiyah dan tipu daya Iblis dalam mengahancurkan sahabat Muawiyah.

Sebelum memulai kisah sahabat Muawiyah dan tipu daya Iblis ini  perhatikanlah Surat Al-A’raf ayat 27 yang artinya “Hai anak Adam, Janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari suga”

Ayat ini mengajak seluruh umat manusia kepada satu mahluk yang bernama Iblis atau setan. karena Iblis sudah ditetapkan oleh Allah akan menghuni neraka dan telah bersumpah akan menggoda dan mengajak manusia untuk menemaninya di neraka kelak. Oleh karenanya manusia wajib waspada terhadap tipu daya Iblis walaupun secara lahiriyah Iblis menyuruh kepada suatu kebaikan.

Sahabat Muawiyah Dan Tipu Muslihat Iblis

Diceritakaan saat Sabahat Muawiyah sedang tidur, datanglah seorang Iblis untuk membangunkannya. Iblis membangun Sahabat Muawiyah dengan membuat suara gaduh. Mendengar suara gaduh tersebut akhirnya Sahabat Muawiyah pun terbangun.

Saat terbangun dan mulai membuka matanya, Muawiyah terkaget-kaget karena mendapi seorang Iblis yang berada dihadapannya. Lantas bertanyalah Muawiyah kepada Iblis tersebut, “Mengapa engkau membangunkan tidur wahai Iblis?”

“Aku Membangunkanmu karena waktu sholat telah tiba, dan aku takut engkau akan terlambat untuk melaksanakan sholat karena tidurmu.”, Jawab Iblis kepada Muawiyah

Mendengar jawaban seperti itu, Muawiyah meragukannya seraya berseloroh kepada Iblis, “Wahai Iblis bukankah engkau diciptakan untuk menggoda manusia agar terjerumus dalam kenistaan, dan tidaklah mungkin engkau menganjurkan kepada sebuah kebaikan”.

Sang Iblis mencoba mengelak seraya meyakinkan muawiyah dengan berkata “Ketahuilah Wahai Muawiyah, saya mengabdi kepada Allah selama 700 tahun meskipun akhirnya aku membaangkangNya. Saya membangkangnya bukan karena mengkufuriNya melainkan aku cemburu kepada Adam AS, aku masih mencintaiNya”.

BACA JUGA  Ini 8 Pesan Penting Khutbah Ramadhan Rasulullah

Mendengar jawaban ini, hati Muawiyah tambah menyangkal, ini semua pasti tipu muslihat Iblis untuk menyesatkan manusia kedalam jurang kenistaan. Muawiyah lantas menyanggah perkataan Iblis deng ujaran bukankah engkaulah yang menghancurkan umat terdahulu, Umat Nabi Nuh, Nabi Musa hancur karena tipu muslihatmu.

Iblis lantas membuat tipu daya lagi seraya berkata engkau salah besar mengganggapku sebagai penyebab kehancuran umat terdahulu. Siapakah aku yang menentukan kejahatan di muka bumi..? Aku hanya boneka Allah yang tidak berdaya dihadapan kekuasaanya.

Kemudian Sahabat Muawiyah berdoa kepada Allah agar terhindar dan terlindungi dari tipu muslihat Iblis yang menghancurkan. Disisi lain Iblis masih saja ulet untuk mengelabuhi keimanan Muawiyah dengan berbagai argumennya. Namun demikian atas perlindungan Allah, Sahabat Muawiyah tetap bisa menyangkal argumen Iblis dan meminta Iblis menjelaskan alasan kenapa membangunkannya dari tidur untuk sholat

Akhirnya Iblis mengatakan yang sejujurnya kepada Muawiyah. jika engkau tertidur dan kehilangan waktu sholat maka engkau akan menyesal dan penyesalan itu akan membawawu kepada zikir kepada Allah. Zikir yang penuh penyesalan itu lebih aku takuti daripada sholatmu. Sebab zikir yang penuh penyesalan yang engkau munajatkan akan bernilai 200 kali lebih banyak dari sholat maupun doa biasanya.

Dari kisah Muawiyah dan Iblis ini bisa diambil pelajaran bahwa manusia itu selalu dianjurkan untuk selalu berbuat kebaikan. Ketika telah berbuat salah dan dosa segeralah berbuat kebaikan dengan melakukan penyesalan dan pertaubatan.

Berbuat dosa memang sebuah kesalahan, akan tetapi kesalahan yang terbesar adalah engkau tidak lekas bertaubat dan mengganggap dosa terlalu besar dan tidak akan diampuni. Dan ingatlah bahwa Allah itu maha mengampuni dan maha mengampuni segala dosa.

 

Ahmad Khalwani, M.Hum
Ahmad Khalwani, M.Hum
Penikmat Kajian Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru