33.2 C
Jakarta

Revolusi Suriah Mengubah Hizbut Tahrir Menjadi Gerakan Jihad

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahUlasan Timur TengahRevolusi Suriah Mengubah Hizbut Tahrir Menjadi Gerakan Jihad
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Revolusi Suriah Mengubah Hizbut Tahrir Menjadi Gerakan Jihad

Ayik Heriansyah*

Suriah yang digadang-gadang akan menjadi bumi khilafah penuh berkah sejak revolusi 2012, malah membawa malapetaka kepada kelompok pejuang khilafah. Kelompok-kelompok pejuang khilafah tercabik-cabik. Baku tembak satu sama lain. Semua kelompok merasa berhak menginisiasi berdirinya khilafah, harus gigit jari.

Boro-boro hidup sejahtera dalam naungan khilafah dengan menumbangkan pemerintahan Basyar Assad, para pejuang khilafah disibukkan dengan konflik-konflik internal sesama mereka. Perpecahan kelompok jihadis global terkemuka, al-Qaeda yang membelah mereka menjadi dua kubu besar, ISIS dan kubu Jabhan Nushrah, sudah banyak dibahas.

Yang menarik dan belum banyak dibicarakan adalah perpecahan di tubuh Hizbut Tahrir internasional.

Saat ditanya wartawan Tabloid Media Umat Joko Prasetyo, apa peran Hizbut Tahrir? Ketua Lajnah Tsaqafiyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia Hafidz Abdurrahman menjawab: “Hizbut Tahrir memobilisasi para pejuang Islam di sana untuk menandatangani Mitsaq al-‘Amal li Iqamati al-Khilafah. Hizbut Tahrir juga telah menyiapkan RUUD Negara Khilafah yang siap kapan saja diterapkan. Hizbut Tahrir juga telah mempersiapkan para aktivis terbaiknya untuk menjalankan roda pemerintahan.”

Melalui Hizbut Tahrir Suriah, Atha Abu Rusytah ingin men-dubbing dan me-leading jalannya revolusi agar sesuai dengan skenarionya, mewujudkan Khilafah Tahririyah dengan membai’at dirinya menjadi khalifah. Pertama-tama, Hizbut Tahrir menyatakan mendukung revolusi Suriah untuk menumbangkan pemerintahan Basyar Assad. Hizbut Tahrir menggalang dukungan publik dengan menyebarkan opini dan mendadakan acara-acara diskusi, seminar dan unjuk rasa di berbagai negara termasuk di Indonesia.

Bahkan Hizbut Tahrir membiarkan anggotanya terlibat langsung dalam kancah perang sipil. “Secara personal anggota Hizbut Tahrir terlibat dalam jihad di Suriah, karena dalam kondisi seperti di Suriah secara fardhu ain jihad menjadi wajib bagi seseorang ketika diserang,” ujar M. Ismail Yusanto (Jubir HTI) sewaktu menggelar acara konferensi pers pada saat berlangsungnya Muktamar Khilafah di stadion Gelora Bung Karno, Ahad kemarin (2/6/2013) seperti dilansir beberapa media.

Amir Hizbut Tahrir kemudian membuat manuver dengan menyatakan dukungan kepada faksi militer terkuat yang satu visi, ingin mendirikan khilafah. Jubir HTI menambahkan bahwa secara kelembagaan, Hibzut Tahrir juga pernah mengikuti sumpah setia dengan banyak kelompok mujahidin yang ada di Suriah termasuk mujahidin Jabhah Al-Nusrah, untuk memastikan bahwa jihad di Suriah dalam upaya untuk menegakkan syariat Islam di bawah naungan khilafah Islamiyah.(kiblat.net).

Jabhah Nushrah faksi terkuat sebelum ISIS datang. Mereka berafiliasi dengan jaringan al-Qaeda. Meski sama-sama menginginkan khilafah, antara al-qaeda dan Hizbut Tahrir ada perbedaan mendasar. Sulit rasanya bagi Jabhah Nushrah menerima skenario Hizbut Tahrir di Suriah. Jabhah Nushrah dan al-Qaeda internasional mempunyai rencana sendiri.

Menyadari ambisinya menjadi khalifah sulit diwujudkan dengan mendukung faksi-faksi yang ada, lalu Amir Hizbut Tahrir membuat manuver baru. Ia menginisiasi berdirinya faksi-faksi bersenjata yang terdiri dari anggota Hizbut Tahrir dan pendukungnya.

Faksi-faksi ini menggunakan nama samaran, bukan nama Hizbut Tahrir. Faksi-faksi itu adalah Brigade Anshar Al Syariah, Brigade Abdullah Ibn El-Zubeir, Brigade Rijalullah, Brigade As-Syahid Mustafa Abdul-Razzaq, Brigade Syaifur Rahman. Kesemuanya tergabung dalam koalisi brigade Liwa Anshar Khilafah (koalisi pendukung khilafah).

Faksi Liwa Anshar Khilafah terindikasi kuat bentukan Amir Hizbut Tahrir dari Mitsaq al-‘Amal li Iqamati al-Khilafah yang mereka proklamirkan dan tawarkan ke faksi-faksi yang lain.

Isinya:

Pertama, Kami berjanji kepada Allah Tabaaraka wa Ta’ala untuk berjuang menggagalkan tegaknya Daulah Madaniyyah yang bersifat Demokratis (berdasarkan sistem Demokrasi) di Suriah, dan menegakkan Daulah al-Khilafah al-Islamiyyah yang tegak di atas asas-asas sebagai berikut:

  1. Kedaulatan di tangan syara’. Maka materi-materi konten UUD dan perundang-undangan yang ada yakni hukum-hukum syara’ yang digali dari dalil-dalilnya yang terperinci.
  1. Kekuasaan di tangan umat. Maka kaum muslimin (wajib) memilih (mengangkat) seseorang untuk menjadi Khalifah (berdasarkan aturan2 Islam-pen.), dan mereka membai’atnya untuk menegakkan kekuasaan yang tegak di atas asas kitaabullaah dan sunnah Rasul-Nya.
  1. Mengangkat Khalifah yang satu –untuk seluruh dunia- merupakan kewajiban bagi kaum muslimin. Maka diharamkan secara syar’i ada Khalifah yang lebih dari satu dalam satu masa.
  1. Khalifah memiliki hak untuk mengadopsi (satu hukum) dari apa-apa yang dipandangnya (paling kuat dalilnya) dari hukum2 syara’ yang bersifat ijtihadi. Yang dimasukkan ke dalam UUD dan Perundang-undangan.

Kami berjanji kepada Allah ‘Azza wa Jalla, agar saling tolong menolong dalam kebenaran sesuai dengan kemampuan kami (dengan segenap kemampuan-pen.).

Kedua, kami akan mengadopsi Rancangan Perundang-Undangan yang disampaikan oleh Hizbut Tahrir, dan akan menetapkannya sebagai Piagam Konstitusi Negara ini (al-Dawlah al-Islaamiyyah), disertai kemungkinan adanya modifikasi yang sejalan dengan ijtihad-ijtihad yang syar’i dan benar, yang diusulkan oleh para ulama.

Dan Allah akan menjadi saksi atas apa yang kami sampaikan. Tertanggal: 15/11/2012

Isi dan redaksi Mitsaq al-‘Amal li Iqamati al-Khilafah copy paste dari pemikiran Hizbut Tahrir dan qassam Hizb. Yang mau menerima Mitsaq ini hanya faksi-faksi buatan Hizbut Tahrir. Faksi-faksi lain, menolak. Buktinya, ketika Kepala Kantor Media Hizbut Tahrir Suriah, Hisyam Baba dengan percaya diri mengundang para milisi berrtemu di masjid ‘Amawi dekat Damaskus untuk memberi bai’at kepada Amir Hizbut Tahrir agar menjadi khalifah, ternyata tidak satu pun milisi yang datang. Termasuk faksi buatan Amir HT juga absen. (Hafidz Abdurrahman yang berjudul “Kembalinya Suriah Bumi Khilafah yang Hilang” penerbit Al-Azhar Freshzone cetakan Mei 2013).

Manuver-manuver politik Amir Hizbut Tahrir di atas, mengundang protes dari sejumlah elite Hizbut Tahrir Internasional (Lajnah Qiyadah). Yang paling vokal adalah Abu Iyas. Amir Hizbut Tahrir dianggap telah melenceng dari thariqah dakwah Hizb. Disinyalir oleh elite Hizbut Tahrir, Atha Abu Rusytah menerima bantuan senjata dari intelijen Turki. Padahal gerakan bersenjata bukan metode Hizb dalam mendirikan khilafah.

Setelah 8 tahun revolusi Suriah, kekuasaan Basyar Assad tetap kokoh. Pejuang khilafah satu per satu bertumbangan. Yang paling apes, Hizbut Tahrir. Alih-alih Amir mereka dibai’at umat menjadi khalifah, malah perpecahan internal yang terjadi.

Manuver-manuver politik Amir Hizbut Tahrir, Atha bin Khalil Abu Rusytah di tengah perang sipil di Suriah 2012 – sekarang, menjadi blunder bagi Hizb. Yang berujung kepada perpecahan di tingkat elite yang sangat memalukan dan memilukan sepanjang sejarah Hizbut Tahrir.

*Ayik HeriansyahPengamat Sosial Keagamaan, dan Mantan Ketua DPD HTI Bangka Belitung

 

Ayik Heriansyah
Ayik Heriansyah
Mahasiswa Kajian Terorisme SKSG UI, dan Direktur Eksekutif CNRCT

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru