29.7 C
Jakarta

Rekam Jejak Hijrah Mantan Radikalis

Artikel Trending

KhazanahInspiratifRekam Jejak Hijrah Mantan Radikalis
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Tadi pagi saya menghadiri sebuah acara bedah buku di Auditorium Harun Nasution UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Buku yang dibedah bertema Hijrah dari Radikal kepada Moderat yang ditulis oleh Haris Amir Falah, mantan radikalis.

Menarik mengikuti acara semacam itu. Karena, selain mempertemukan perbedaan, forum yang demikian besar ini mampu menghadirkan pembicara internasional. Sebut saja, cendikiawan muslim dan guru besar UIN Syarif Hidayatullah Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, CBE, tokoh Muhammadiyah dan direktur Pusat Studi Islam dan Pancasila FISIP UMJ Dr. Ma’mun Murod al-Barbasy, M.Si, dan keynote speaker rektor UIN Syarif Hidayatullah Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, Lc. MA.

Seperti judul buku yang sedang dibedah, diskursus hijrah bukanlah isu yang baru. Nabi Muhammad Saw. beserta sahabatnya sering menyebut migrasi dari kota Mekkah menuju kota Madinah dengan “hijrah”. Namun, seiring perkembangan zaman hijrah mengalami perkembangan. Hijrah, sebut Bu Amany, tidak lagi dibatasi dengan perpindahan tempat, namun pula perpindahan pemikiran.

Pandangan Bu Amany itu kurang lebih menggambarkan isi dari buku yang sedang dibedah tersebut. Di dalam buku itu digambarkan perjalanan Ustaz Haris hijrah (berpindah) dari pemikiran radikal—mungkin yang lebih benar disebut “ekstrem”—menuju pemikiran moderat (wasathiyyah). Karena, radikal itu bukan ajaran Islam. Islam adalah agama yang moderat. Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA menyebutkan, bahwa moderat secara sederhana terbuka terhadap perbedaan. Perbedaan bukan diklaim sebagai kekeliruan, bahkan kesesatan.

Lebih jauh, moderasi Islam, sebut Bu Amany, memiliki sekian prinsip, yaitu: musyawarah, toleransi, saling tolong-menolong, keadilan, bahkan kewarganeraan (citizenship). Prinsip-prinsip ini sesungguhnya telah disebutkan secara komprehensif dalam Al-Qur’an. Sebut saja, soal toleransi beragama, Islam memegang prinsip: Untukmu agamamu dan untukku agamaku (Qs. al-Kafirun [109]: 6); terkait tolong-menolong, disebutkan pula dalam ayat Al-Qur’an: Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (Qs. al-Maidah [5]: 2); dan seterusnya.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXX): Eks Napiter Khoirul Ihwan Ternyata Pernah Gabung dengan HTI

Sebagai paham yang menyimpang, radikalisme-ekstremisme kerapkali disandarkan kepada Islam, sehingga ia dapat diterima oleh dan membodohi banyak orang, termasuk umat Islam sendiri. Prof. Azra menyebutkan, bahwa kelompok yang telah memulai menggiring teks-teks Al-Qur’an untuk membenarkan paham radikalnya adalah Sekte Khawarij dan Neo-Khawarij. Khawarij berani mengkafirkan, bahkan menghalalkan darah orang yang memutuskan suatu hukum di luar hukum Allah. Disebutkan dalam Qs. al-Maidah [5]: 44, yang artinya: Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.

Pemikiran Khawarij yang tertutup ini jelas pemikiran radikal. Karena itu, ia bertentangan dengan nilai-nilai moderasi Islam. Prof. Azra melihat, bahwa gaya hijrah Khawarij jelas berbeda dengan hijrah Ustaz Haris. Hijrah Khawarij adalah berpindah dari nilai-nilai yang tidak Islami menuju Islam garis keras. Sedang, hijrah Ustaz Haris merupakan bagian dari hijrah dari Islam yang radikal menuju Islam yang moderat. Sehingga, dengannya, makna hijrah tidak selamanya dinilai positif. Perlu ditelaah lebih mendalam bentuk hijrahnya.

Setelah dari sekian ide bantahan terhadap radikalisme disampaikan oleh para pemikir, Pak Ma’mun memiliki cara pandang yang berbeda. Memang radikalisme bukan ajaran Islam. Tapi, tidak cukup kita melihat radikalisme berhenti pada sang pelaku. Sebagai pengamat hendaknya selalu menaruh kecurigaan dalang di balik pelaku radikalisme. Dalang itu jelas memiliki pengaruh yang besar terhadap tumbuh dan berkembangnya radikalisme.

Saya membayangkan setelah diskusi hampir mau selesai, bahwa perjalanan hijrah Ustaz Haris adalah bukti kekeliruan pemikiran radikal. Masihkah kita mau mengulang benang kusut seperti yang pernah dilakukan Ustaz Haris?[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru