31.8 C
Jakarta

Refleksi HUT Kemerdekaan Ke-75, Perlukah HTI Merayakan?

Artikel Trending

EditorialRefleksi HUT Kemerdekaan Ke-75, Perlukah HTI Merayakan?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Baru menginjak di hari ketiga, gelar Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan negara Indonesia, sebuah momen bahagia yang sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh masyarakat di penjuru negeri ini. Perayaan 17 Agustus 2020 tersebut, telah disaksikan bersama bahwa Indonesia memasuki usia yang ke 75. Lantas, apakah HTI ikut antusias merayakan kemerdekaan ini?

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) memang tetap dari dulu sampai sekarang tidak berubah, pola gerakan dan dakwahnya selalu berseberangan dengan umat Islam. Di Indonesia, kita tidak boleh ragu menentukan apakah HTI masih konsisten menghujat umat, dan main hakim sendiri? Segala kebijakan yang diputus oleh pemerintah tidak pernah dibenarkan sedikit pun.

Bahkan, HTI seolah-olah tak ada kesempatan dalam merayakan kemerdekaan, mereka justru lebih sempat menuduh pemerintah gagal membangun negara atas dasar dugaan terjadi resesi ekonomi. Faktanya HTI tak ikut merayakan kemerdekaan ke-75, sebaliknya, mereka malah enak-enakan buat konten provokatif di kanal youtube Fokus Khilafah Channel, dan Khilafah Channel.

HTI mustahil merayakan hari kemerdekaan, jika memang hendak menyambutnya dengan antusias sama saja kelompok ini tidak mengakui keberadaan bendera bertuliskan kalimat tauhid. Dan, pasti segera meninggal khilafah untuk segera hijrah menuju jalan yang benar. Ialah menerima Pancasila.

Dilansir inisiatifnews.com (30/06) aktivis Crisis Center NII, Ken Setiawan dalam webinar bertema ‘Mewaspadai Kebangkitan Ideologi Khilafah di Tengah Pandemi’. Ia mengatakan, warna bagi mereka hanya hitam putih, memilih Pancasila atau Islam. Kenali modusnya, bila ini rahasia jangan disampaikan tapi ikuti. Ini jabakan mereka. Penipuan versi cantik. Sugestinya adalah kalau kamu melawan al-Qur’an kamu berarti kafir.

Dosa HTI pada NKRI

Sepanjang HTI hidup di bertempat di negara Indonesia, mereka tak pernah menggelar perayaan momen Proklamasi Kemerdekaan. Yang ada HTI mengusik ketenangan masyarakat yang sedang bangga merayakan HUT Kemerdekaan NKRI ke-75. Khilafah memang sangat membuat gerakan HTI semakin mendarah daging, hingga dakwahnya pun kian membabi buta.

Mengusik ketenangan itu bertanda dosa HTI berlumuran, menurut Mujahidin Nur, Direktur The Islah Center, Jakarta (20/01), tegas mengutarakan, lima dosa HTI pada NKRI. Pertama, perbuatan makar/penghianatan. Kedua, menentang nasionalisme. Ketiga, tidak takut berjuang, malah ingin menghancurkan. Keempat, mengelabuhi umat Islam dengan dogma khilafah. Kelima, gerakan bawah tanah dan ancaman terhadap budaya.

BACA JUGA  Ambil Sikap dalam Propaganda Rajab Hizbut Tahrir

Paremeter HTI mengganggu masyarakat negeri ini, adalah adanya upaya makar, dan menentang nasionalisme. Dimana jiwa nasionalisme dapat diraih melalui seseorang hendak ikut merayakan kemerdekaan yang terjadi pada 17 Agustus 1945, sehingga menghasilkan produk peraturan perundang-undangan seperti UUD 1945 sebagai titisan norma dari Pancasila itu sendiri.

Dilansir tempo.co senada dengan apa yang diucapkan cendekiawan muslim UIN Jakarta, Azyumardi Azra, baru pemerintah Joko Widodo yang mengambil langkah drastis dalam menghadapi HTI. Meskipun pemerintah tidak secara langsung membuat aturan pembubaran HTI, pemerintah membuat aturan untuk pembubaran organisasi kemasyarakatan yang dianggap tak sesuai Pancasila, dan UUD 1945.

Sulit dipungkiri, HTI yang tak pernah absen membandingkan khilafah dengan Pancasila, dan al-Qur’an dengan UUD 1945. Bukti penghianatan HTI kali ini terekam jelas, apalagi tak menggelar HUT Proklamasi Kemerdekaan sebagai tanda cintanya masyarakat negeri ini terhadap Indonesia.

HTI; Hijrah Menuju Persatuan

Dengan pembubaran HTI, pemerintah berkehendak mentolerir gerakannya, oleh karenanya, momentum kemerdekaan ini harusnya membuat dedengkot khilafah bertaubat; atau hijrah meniti jalan perubahan yang sesuai dengan Pancasila, dan UUD 1945. Misi HTI, setidaknya kembali ke jalan yang benar, dan memaknai kemerdekaan sebagai simbol untuk bersatu.

Karena itu, kemerdekaan tidak hanya sebatas perayaan mengingat jasa pahlawan saja, namun, momentum ini menjadi peluang emas bagi siapa saja; atau kelompok apa pun yang sebelumnya menyalahi dasar dalam bernegara. Untuk itu, hijrah di era kemerdekaan merupakan langkah tepat bagi HTI, agar tidak ada lagi perselisihan yang menyebabkan negeri ini terpecah.

Syarat HTI dalam berhijrah, adalah menjadikan slogan persatuan dan persaudaraan sebagai cermin karakter keberagaman bangsa, dan menerima kelompok; atau pandangan orang lain secara toleran. Dan, HTI harus mulai berhenti tidak main hakim sendiri, hingga men-thagut­-kan Pancasila sekalipun. Jadi, hijrah HTI di masa kemerdekaan ini adalah momen bersejarah yang mau tak mau gerakan ini harus segera insyaf dari bumi pertiwi.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru