30 C
Jakarta

Ramadhan Darurat Terorisme

Artikel Trending

Milenial IslamRamadhan Darurat Terorisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Puasa ramadhan adalah bulan tempat untuk memohon ampunan dari segala dosa-dosa yang telah kita lakukan. Bulan suci ini tampak dikotori oleh aksi kelompok terorisme yang berbuat kekerasan, di mana kekerasan itu tumbuh dan berkembang ketika ingin melampiaskan emosi hingga berbalas dendam.

Terorisme mati satu tumbuh seribu, ini realitas di tengah ramadhan. Pra-ramadhan aparat kepolisian menangkap teroris yang berasal dari kelompok Anarko, dan Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Kenyataannya, pemberantasan paham radikalisme dan praktik kekerasan oleh terorisme muncul secara sistemik.

Dilansir tempo.co Densus 88 kembali menangkap terduga teroris berinisial JH alias AF [30/04/20]. Di waktu terdekat, dilansir reqnews.com Densus 88 kembali berhasil meringkus terduga teroris di Pandeglang.[02/05/20] Inilah bukti bahwa horor terorisme akan menghantui negeri ini.

Term terorisme pasti menggunakan dalil agama dalam praktik kekerasan, sempitnya pemikiran dan pemahaman jihad mereka terjerumus pada ruang kebebasan. Jalan pembenaran sepihak selalu bermuara pada ideologi takfiri dan mengklaim mereka paling benar bertjihad dengan kekerasan.

Kekerasan atas nama agama kerapkali teridentifikasi Islam, perbuatannya menodai doktrin spiritual agama yang menjadi acuan suci umat beragama. Semua agama itu memiliki fitrah untuk mengajak pada kebenaran, toleransi, dan perdamaian. Lain halnya, dengan jihad teroris itu sendiri.

Ancaman krisis ekonomi dan ketidakadilan sosial di era Pandemi Covid-19 memupuk suburnya kelompok radikalisme dan terorisme. Fenomena penangkapan mereka memang bukan apa-apa bagi kita. Tetapi, bahaya pemahaman mereka pasti merusak potret keberagaman negara Pancasila tercinta.

Ramadhan, seharusnya, membuat para teroris hijrah berubah dan mencintai toleransi, dan perdamain. Justru, sebaliknya, kelompok mereka malah makin gemar dan mencintai tindakan kekerasan. Kenapa mereka tidak pernah sadar? Apakah karena saking kerasnya pengaruh ideologi agama?

Puasa menjadikan semua umat Islam berlomba-lomba meraih kemenangan dan pahala dengan beribadah. Jihad kelompok terorisme itu bukan menambah pahala, yang ada menumpuk dan menaburkan banyak dosa. Sebagaimana tindakan tersebut membuat seluruh masyarakat terancam dan ketakutan.

Dosa-dosa Terorisme

Puasa ramadhan dalam perspektif tasawuf mendorong umat Islam mengamalkan kesalehan dan etika sosial. Bukan mengurai masalah sosial yang berujung pada korban kemanusiaan. Tentu, dalam teori viktimologi setiap korban kejahatan kemanusiaan yang patut dikategorikan korban tindakan segelintir teroris.

Lembaran-lembaran dakwah jihad yang mengarah pada kebaikan. Pada kenyataannya, konsep tersebut disalahgunakan oleh kelompok teroris dan oknum muslim yang ingin menghancurkan persatuan dan persaudaraan sesama umat Islam. Realitas seperti ini memicu kebencian umat beragama pada ajaran Islam.

BACA JUGA  Serangan Moskow dan Bukti Kekejaman Teroris di Bulan Ramadan

Begitu besar dosa-dosa mereka yang merusak citra doktrin Islam, api permusuhan antara umat muslim dan non-muslim tampak menjadi potret hitam terhadap tumbuhnya perdamaian. Apakah hidup di dunia ini hanya untuk ingin masuk neraka. Tetapi, bukan surga? Jangan semena-mena gunakan doktrin agama.

Meminjam pandangan Hidayat Nur Wahid dalam buku (Menangkal Terorisme: 2018). Mengatakan, bahwa “Jika syariat jihad diartikan sebagai salah satu bentuk perlawanan yang bersifat terorisme, tentu tidak ada perintah untuk menahan diri saat seseorang menyatakan syahadat secara lisan.”

Dalam konteks ini, syariat jihad yang dipahami teroris dibangun dari sudut pandang negatif bukan untuk hal yang positif. Sehingga hal itu terkesan sempit dan terbatas, ketika tidak mampu menahan diri yang terjadi hanyalah pelampiasan jihad oleh teroris, dan mampu mengontrol hawa nafsunya.

Bagaimana terorisme tidak semakin darurat, jika konsep jihad yang mereka pahami menggunakan metode penafsiran kelompok terorisme atau yang sekarang muncul kelompok salafi-wahabi. Mereka kerapkali menggunakan pendekatan-pendekatan tafsir terhadap teks keagamaan yang sifatnya limitatif.

Meraih Ampunan

Dalam Islam ilmu tasawuf sebagai amalan hidup untuk membenahi etika dan perbuatan-perbuatan dosa. Bersikap lemah-lembut sangat menjadi anjuran doktrin Islam, daripada bersikap keras yang tidak mencerminkan ajaran Islam. Itu sama dengan melawan perintah Tuhan dan melanggar ajaran Nabi.

Nabi Muhammad SAW terbukti sebagai manusia paling mulya di muka bumi karena mendapat ampunan dari Tuhan. Gransinya adalah surga. Akhlak Nabi memiliki kesamaan dengan ajaran Islam yang mencintai ajarannya. Lalu, bagaimana caranya? Caranya dengan bersikap sopan dan santun.

Terorisme salah satu akar persoalan kekerasan yang membebani kita sebagai umat Islam, prilaku sopan dan santun merupakan cerminan spiritual yang harus kita renungkan. Tanpa mengenal ajaran Islam seutuhnya, pengamalan nilai-nilai tersebut sangat berarti dan memberikan makna yang membuat keislaman kita semakin sempurna.

Dan kesempurnaan itu, tidak boleh dengan mengamalkan kekerasan. Tetapi, membangun semangan Islam yang mencintai tanah air, persaudaraan, dan keberagaman bangsa. Inilah wujud Islam rahmatan lil ‘alamin yang memerlukan kasih sayang dari seluruh umat Islam di muka bumi ini.

Bahwa Islam tanpa bersikap lemah lembut itu cerminan sikap kelompok teroris, sedangkan Islam yang ramah itu mengendalikan hawa nafsu dari hilangnya perbuatan kekerasan. Untuk itu, terorisme yang mengatasnamakan agama menjadi tugas kita semua untuk merubah pola pemahamannya.

Hasin Abdullah
Hasin Abdullahhttp://www.gagasahukum.hasinabdullah.com
Peneliti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru