28.9 C
Jakarta

Radikalisme-ekstremisme Muncul Akibat Imajinasi Utopis Kejayaan Islam Masa Lalu

Artikel Trending

AkhbarNasionalRadikalisme-ekstremisme Muncul Akibat Imajinasi Utopis Kejayaan Islam Masa Lalu
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta – Harakatuna Media menggelar Webinar Nasional dengan tajuk “Strategi Pencegahan Paham Radikalisme dan Terorisme Berbasis Partisipasi Masyarakat” melalui aplikasi Zoom Meeting dan live YouTube, Sabtu (24/10) kemarin. Harakatuna.com bekerja sama dengan Center for Narrative Radicalism and Cyber Terrorism (CNRCT), LAN RI, Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia, dan ruangobrol.id.

Webinar Nasional yang berlangsung lebih dari tiga jam tersebut dipandu oleh Ridwan Bahrudin sebagai host dan Nikmatus Sholikah sebagai moderator, dan dihadiri langsung oleh Ketua Prodi Kajian Terorisme SKSG UI Muhammad Syauqillah, serta Noor Huda Ismail, pendiri ruangrobrol.id, akademisi dan praktisi yang saat ini sedang Visiting Fellow RSiS, NTU, Singapura.

Dalam presentasinya, Noor Huda Ismail memperkenalkan gagasan tentang ‘Lived Islam vs Imagined Islam Co-Active Community Engagement’. Menurutnya, sebagian umat saat ini Islam justru terjebak dalam imajinasi utopis kejayaan masa lalu, dan dari situlah radikalisme-ekstremisme hadir. Kehidupan Islam yang seharusnya, oleh mereka, justru di-thaghut-kan, di-takfir-kan, dan narasi-narasi sejenisnya.

“Lived Islam itu praktik-praktik Islam yang sudah lama dan tidak hanya hari ini terjadi di Saudi Arabia saja, tapi juga di negara lain. Kalau imajined Islam itu menjadikan ‘Oh Islam tuh harusnya begini’, harusnya begini. Sebetulnya gimana sih masyarakat biar bisa ikut terlibat (mencegah radikalisme-terorisme, red.). Makanya pakai namanya Co, artinya dua, Active itu aktif. Seluruh program yang kita bikin itu bukan one way, tetapi two ways,” terangnya.

BACA JUGA  Hikmah di Penghujung Ramadan: Ibadah Puasa dan Zakat untuk Kemanusiaan

Jika Noor Huda bertolak dari strategi mikro, Muhammad Syauqillah justru bertolak dari strategi makro. Menurutnya, untuk mencegah radikalisme-terorisme, terlebih dahulu problematikanya. Setelah, pencegahan menyesuaikan dengan masalah yang melatarbelakanginya. Pelibatan keluarga, penggunaan seni, pemanfaatan teknologi, WNI simpatisan ISIS, media sosial, pendanaan, narasi khilafah, dan lainnya, mesti ditanggulangi dengan cara yang sesuai.

“Karena kalau kita langsung menyasar apa yang kita harus lakukan tanpa melihat problematika terror yang ada, nanti kita akan salah sasaran,” tutur pria yang akrab disapa Syauqi.

Webinar tersebut berjalan hangat, diskusi dengan para audien pun terjadi melalui banyak pertanyaan yang diajukan. Salah satu peserta, Ainul Yaqin, yang hampir terjerumus propaganda radikal melalui internet mengaku terkesan dengan pemaparan kedua pemateri. Strategi mencegah radikalisme-terorisme yang ditawarkan, bagi Yaqin, harus segera dieksekusi.

“Tidak hanya opini, beliau (pemateri, red.) menjelaskan dan menawarkan sesuatu yang referensial dalam menanggulangi problem radikalisme dan terorisme. Saya sangat bersyukur bisa mendengar pemaparan Pak Syauqi, saya juga suka dengan pengalaman lapangan Pak Noor Huda. Karenanya, saya sangat berterima kasih atas penyelenggaraan webinar ini. Sangat bermanfaat,” pungkasnya. (Khr)

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru