33 C
Jakarta

Radikalisme di Indonesia Memprihatinkan

Artikel Trending

AkhbarNasionalRadikalisme di Indonesia Memprihatinkan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta – Mahasiswa Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabara An-Nahdliyyah (Matan) selenggarakan acara silaturahmi nasional. Acara ini dihadiri dan dibuka langsung oleh Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi. Acara tersebut berlangsung di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Senin 2 Maret 2020. Pada kesempatan ini Menag menyinggung kondisi radikalisme yang memperihatinkan.

“Arus gerakan radikalisme dan ekstremisme di indonesia cukup memperihatinkan, dan tidak boleh dianggap remeh. Radikalismen dan ekstremisme bermula dari nalar agama yang bersifat literalis, kaku dan tertutup. Menurutnya sifat-sifat itu menjadi pintu masuk bagi pembenihan dan persebaran sel gerakan radikal,” kata Menag Fachrul dalam pidatonya.

Fachrul menyebut, fenomena munculnya ‘ustadz seleb’ yang menghiasi layar kaca dan media sosial akhir- akhir ini. Pihaknya menyebutkan penyebaran raikalisme cenderung menyebarkan agama secara instan. Pandangan radikalisme salalu hitam-putih, dan berorientasi pada halal-haram telah menjadi satu indikasinya.

“Fenomena ini telah menyediakan lahan yang produktif bagi penyebaran nalar keagamaan yang intoleran dan anti perbedaan,” jelasnya.

Lebih lanjut, sikap intoleran dan anti perbedaan ini tengah berlangsung dengan pesat. Bahkan radikalisme yang marak sepertinya telah mewarnai kehidupan keberadaan beragama di Indonesia. Masyarakat yang tampil dalam simbol– simbol religius, tetapi di sisi lain gemar menyalahkan bahkan mengkafirkan orang lain.

BACA JUGA  Amir Mahmud Sebut Ramadan Momen Pulihkan Kebersamaan Pasca Pemilu 2024

Radikalisme yang Memperihatinkan Berawal dari Intoleransi

Truth claim merasa dirinya paling benar, paling beriman, dan paling Islami. Sehingga mereka menuduh yang lain yang berbeda pemahaman keagamaan sebagai bid’ah, munafik, kafir, dan lainnya,” jelas Fahrul.

Fachrul menambahkan, masyarakat yang intoleran dan radikal, sangat mudah di sulut untuk ‘mengabsahkan’. Cara-cara kekerasan bahkan mengatasnamakan agama. Banyaknya kelompok-kelompok agama yang berkarakter demikian menandakan semakin banyak pula. Orang orang yang mudah dikader dan direkrut menjadi bagian dari gerakan radikalisme.

“Sejalan dengan hal tersebut mulai muncul fenomena kelompok sosial yang menolak kesepakatan the founding father bangsa yaitu Idiologi Pancasila dan NKRI. Pancasila dan NKRI dianggap sebagai produk thogut karenanya harus diperangi,” tambahnya.

Kelompok ini ujar Fachrul, sering dikatakan sebagai kelompok yang mempertanyakan konsesus kebangsaan yang seharusnya sudah bersifat final mereka ingin menggantikannya dengan konsep negara Khilafah Islamiah dan bentuk lainnya sesuai dengan agenda agenda politik nya.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru